Senin, 23 September 2013

Pemanasan Global (Global Warming)



A.   DEFINISI PEMANASAN GLOBAL
Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Menurut Budianto (2000:195) Perubahan iklim global sebagai peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra merah yang dipancarkan oleh bumi.
Sedangkan IPCC (2001) menyatakan bahwa climate change refers to a statistically significant variation in either the mean state of the climate or in its variability, persisting for an extended period (typically decades or longer). Selain itu diperjelas juga bahwa climate change may be due to natural internal processes or external forcings, or to persistent anthropogenic changes in the composition of the atmosphere or in land use.
Kementerian Lingkungan Hidup (2001:1) mendefinisikan perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain; suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sector kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang.
LAPAN (2002;1) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah Bumi secara keseluruhan.
Definisi yang umumnya diterima adalah berdasarkan pasal 1 Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim yang menyatakan :
“Climate change means a change of climate which is attributed directly or inderictly to human activities that alters the composition of the global atmosphere and which is in addition to natural climate variability observed over comparable time periods.”
Atau diterjemahkan :
“Perubahan iklim ialah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan”.[1]
Global warming is the rise in the average temperature of Earth's atmosphere and oceans since the late 19th century and its projected continuation. Since the early 20th century, Earth's mean surface temperature has increased by about 0.8 °C (1.4 °F), with about two-thirds of the increase occurring since 1980.
Warming of the climate system is unequivocal, and scientists are more than 90% certain that it is primarily caused by increasing concentrations of greenhouse gases produced by human activities such as the burning of fossil fuels and deforestation. These findings are recognized by the national science academies of all major industrialized nations.
Climate model projections were summarized in the 2007 Fourth Assessment Report (AR4) by the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). They indicated that during the 21st century the global surface temperature is likely to rise a further 1.1 to 2.9 °C (2 to 5.2 °F change) for their lowest emissions scenario and 2.4 to 6.4 °C (4.3 to 11.5 °F change) for their highest. The ranges of these estimates arise from the use of models with differing sensitivity to greenhouse gas concentrations.
Future climate change and associated impacts will vary from region to region around the globe. The effects of an increase in global temperature include a rise in sea levels and a change in the amount and pattern of precipitation, as well a probable expansion of subtropical deserts. Warming is expected to be strongest in the Arctic and would be associated with the continuing retreat of glaciers, permafrost and sea ice. Other likely effects of the warming include a more frequent occurrence of extreme weather events including heat waves, droughts and heavy rainfall, ocean acidification and species extinctions due to shifting temperature regimes. Effects significant to humans include the threat to food security from decreasing crop yields and the loss of habitat from inundation.
Proposed policy responses to global warming include mitigation by emissions reduction, adaptation to its effects, and possible future geoengineering. Most countries are parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), whose ultimate objective is to prevent dangerous anthropogenic (i.e., human-induced) climate change. Parties to the UNFCCC have adopted a range of policies designed to reduce greenhouse gas emissions and to assist in adaptation to global warming. Parties to the UNFCCC have agreed that deep cuts in emissions are required, and that future global warming should be limited to below 2.0 °C (3.6 °F) relative to the pre-industrial level.[2]

B.   Dampak Global warming (Pemanasan Global)
Indonesia mulai merasakan dampak pemanasan global (global warming) yang dibuktikan dari berbagai perubahan iklim maupun bencana alam yang terjadi. "Sudah banyak ditemukan dampak pemanasan global di Indonesia," kata koordinator kampanye bidang iklim dan energi World Wild Fund (WWF) Indonesia, Verena Puspawardhani di Banda Aceh.
Dampak pemanasan global (perubahan Iklim) itu di antaranya, terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30 persen atau sebanyak 90-95 persen karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut.
"Pemanasan global juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah. setiap tahunnya di Indonesia semakin banyak pasien penderita penyakit ini," kata Verena. Selain itu, penelitian dari Badan Meteorologi dan Geofisika menyebutkan, Februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30 tahun terakhir di Indonesia. Hal ini menandakan perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global. Indonesia yang terletak di garis equator, merupakan negara yang pertama sekali akan merasakan dampak perubahan iklim. Dampak tersebut telah dirasakan yaitu pada 1998 menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Diperkirakan pada 2070 sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir harus dipindahkan dan sebanyak 2.000 dari 18 ribu pulau di Indonesia akan tenggelam akibat naiknya air laut.
Perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global telah menjadi isu besar di dunia. Mencairnya es kutub utara dan kutub selatan yang akan menyebabkan kepunahan habitat di sana merupakan bukti dari pemanasan global. Pemanasan global disebabkan oleh kegiatan manusia yang mengasilkan emisi gas rumah kaca dari industri, kendaraan bermotor, pembangkit listrik bahkan menggunaan listrik berlebihan. "Karena itu yang harus dilakukan untuk mengatasi ancaman pemanasan global adalah melakukan penghematan energi listrik, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, menghentikan penebangan dan pembakaran hutan," katanya. Verena menambahkan, pemerintah harus didesak untuk menggunakan energi terbarukan seperti matahari, air, dan angin yang lebih ramah lingkungan.

Dampak global warming lainnya adalah:

1.      Kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia.
Para ilmuwan memprediksi kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia karena mencairnya dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland, terutama di pantai timur AS. Namun, banyak negara di seluruh dunia akan mengalami dampak naiknya permukaan air laut, yang bisa memaksa jutaan orang untuk mencari pemukiman baru. Maladewa adalah salah satu negara yang perlu mencari rumah baru akibat naiknya permukaan laut.

2.      Korban akibat topan badai yang semakin meningkat.
Tingkat keparahan badai seperti angin topan dan badai semakin meningkat, dan penelitian yang dipublikasikan dalam Nature mengatakan: "Para ilmuwan menunjukan bukti yang kuat bahwa pemanasan global secara signifikan akan meningkatkan intensitas badai yang paling ekstrim di seluruh dunia. Kecepatan angin maksimum dari siklon tropis terkuat meningkat secara signifikan sejak tahun 1981. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh suhu air laut yang semakin meningkat, tidak mungkin mengalami penurunan dalam waktu dekat. "

3.      Gagal panen besar-besaran.
Menurut penelitian terbaru, sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia harus memilih untuk pindah ke wilayah  beriklim sedang karena kemungkinan adanya ancaman kelaparan akibat perubahan iklim dalam 100 tahun. "Perubahan iklim ini diramalkan memiliki dampak yang paling parah pada pasokan air. "Kekurangan air di masa depan kemungkinan akan mengancam produksi pangan, mengurangi sanitasi, menghambat pembangunan ekonomi dan kerusakan ekosistem. Hal ini menyebabkan perubahan suasana lebih ekstrim antara banjir dan kekeringan." Menurut Guardian, pemanasan global menyebabkan 300.000 kematian per tahun.

4.      Kepunahan sejumlah besar spesies.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Nature, peningkatan suhu dapat menyebabkan kepunahan lebih dari satu juta spesies. Dan karena kita tidak bisa hidup sendirian tanpa ragam populasi spesies di Bumi, ini akan membawa dampak buruk bagi manusia. "Perubahan iklim sekarang ini setidaknya sama besarnya dengan ancaman terhadap jumlah spesies yang masih hidup di Bumi akibat  penghancuran dan perubahan habitat." Demikian pendapat Chris Thomas, konservasi biologi dari University of Leeds.

5.      Hilangnya terumbu karang.
Sebuah laporan tentang terumbu karang dari WWF mengatakan bahwa dalam skenario terburuk, populasi karang akan runtuh pada tahun 2100 karena suhu dan keasaman laut meningkat. 'Pemutihan' karang akibat kenaikan suhu laut yang terus-menerus sangat berbahaya bagi ekosistem laut, dan banyak spesies lainnya di lautan bergantung pada terumbu karang untuk kelangsungan hidup mereka. "Meskipun luasnya lautan 71 persen dari permukaan bumi dengan kedalaman rata-rata hampir 4 km, ada indikasi bahwa hal  ini mendekati titik kritis. Bagi terumbu karang, pemanasan dan pengasaman air mengancam hilangnya ekosistem global. Jadi diperlukan upaya yang besar untuk menyelamatkan terumbu karang dari kepunahan.[3]


C.   Global Warming Solutions
The evidence that humans are causing global warming is strong, but the question of what to do about it remains controversial. Economics, sociology, and politics are all important factors in planning for the future.
Even if we stopped emitting greenhouse gases (GHGs) today, the Earth would still warm by another degree Fahrenheit or so. But what we do from today forward makes a big difference.  Depending on our choices, scientists predict that the Earth could eventually warm by as little as 2.5 degrees or as much as 10 degrees Fahrenheit.
A commonly cited goal is to stabilize GHG concentrations around 450-550 parts per million (ppm), or about twice pre-industrial levels. This is the point at which many believe the most damaging impacts of climate change can be avoided.  Current concentrations are about 380 ppm, which means there isn't much time to lose.  According to the IPCC, we'd have to reduce GHG emissions by 50% to 80% of what they're on track to be in the next century to reach this level.
Is this possible?
Many people and governments are already working hard to cut greenhouse gases, and everyone can help.
Researchers Stephen Pacala and Robert Socolow at Princeton University have suggested one approach that they call "stabilization wedges." This means reducing GHG emissions from a variety of sources with technologies available in the next few decades, rather than relying on an enormous change in a single area.  They suggest 7 wedges that could each reduce emissions, and all of them together could hold emissions at approximately current levels for the next 50 years, putting us on a potential path to stabilize around 500 ppm.
There are many possible wedges, including improvements to energy efficiency and vehicle fuel economy (so less energy has to be produced), and increases in wind and solar power, hydrogen produced from renewable sources, biofuels (produced from crops), natural gas, and nuclear power.  There is also the potential to capture the carbon dioxide emitted from fossil fuels and store it underground—a process called "carbon sequestration."
In addition to reducing the gases we emit to the atmosphere, we can also increase the amount of gases we take out of the atmosphere.  Plants and trees absorb CO2 as they grow, "sequestering" carbon naturally.  Increasing forestlands and making changes to the way we farm could increase the amount of carbon we're storing.
Some of these technologies have drawbacks, and different communities will make different decisions about how to power their lives, but the good news is that there are a variety of options to put us on a path toward a stable climate.[4]

D.   Bagaimana Cara Mengatasi Pemanasan Global
1.         Jangan menebang pohon sembarangan
Pohon merupakan penghasil gas O2 (oksigen) terbesar di dunia. setiap hari kita bernafas membutuhkan Oksigen,dan pohon-pohonlah yang setiap harinya menyediakan oksigen untuk kita. Semakin sdikit pohon akan menyebabkan gas CO2 (karbon dioksida) bisa dengan leluasa berkeliaran dan akhirnya membuat bumi semakin panas. Terlepas dari itu kita bernafas menggunakan oksigen tanpa adanya oksigen mungkin kita tidak akan bisa hidup sampai sekarang.

2.      Kurangi menggunakan kendaraan pribadi
Banyaknya pemakaian kendaraan pribadi akan menyebabkan borosnya penggunaan bahan bakar. Kita semua tau bahwa setiap kendaraan berbahan bakar minyak akan mengeluarkan gas pembuangan berupa CO2 dan CO, gas-gas ini bila dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan efek gas rumah kaca yang akhirnya membuat terjadinya global warming semakin parah. Selama anda masih bisa untuk menggunakan kendaraan umum gunakanlah kendaraan umum, hanya gunakan kendaraan pribadi saat anda memang benar-benar membutuhkannya.

3.      Beralih dari kendaraan berbahan bakar minyak dengan kendaraan berbahan bakar alami dan ramah lingkungan.
Kendaraan dengan bahan bakar yang ramah lingkungan misalnya adalah kendaraan dengan bahan bakar listrik. Listrik selain harganya lebih murah ternyata juga lebih ramah terhadap lingkungan jika dibanding dengan bahan bakar minyak. Dengan menggunakan kendaraan berbahan bakar listrik anda tak perlu lagi risau saat harga BBM (Bahan bakar Minyak) naik.

4.      Mematikan lampu di siang hari
Saat bepergian ke daerah PLN saya sering sekali melihat sebuah poster dengan tulisan "Kunang-kunang aja kalau siang matiin lampu". Masa kita mau kalah sama kunang-kunang? Matikan lampu disaat siang hari, meskipun anda sanggup untuk membayar tagihan listriknya namun kepedulian akan lingkungan juga sangatlah penting.

5.      Menggunakan lampu hemat energy
lampu hemat energi sangat beragam jenisnya, ada lampu energi dengan bentuk XL seperti Philip. Akhir-akhir ini muncul lagi lampu hemat energi terbarukan yang pembuatannya berasal dari gabungan lampu LED (Light Emiting Diode). Lampu hemat energi sejenis LED akan mampu menghemat energi bahkan lebih dari 60% sehingga kebutuhan energi dalam negeri akan bisa tercukupi. Selain itu penggunaan energi yang berlebihan juga akan menimbulkan terjadinya pemanasan global. Sekarang kita bayangkan, di Indonesia masih banyak pembangkit listrik tenaga batubara. Jika kita menggunakan energi secara boros tentu saja pembakaran batubara akan semakin banyak, namun jika kita bisa berhemat maka pembakaran batubara bisa di hemat pula. Pembakaran batubara ternyata juga menyumbangkan gas penyebab Global warming yang sangat besar.

6.      Melakukan Reboisasi (penanaman kembali hutan gundul)
Banyak tindakan yang telah dilakukan manusia seperti merusak hutan hanya untuk mencari keuntungan sesaat. Tanpa disadari hutan yang fungsinya sangatlah fital bagi manusia setiap harinya terus dirusak oleh sebagian manusia yang tidak bertanggung jawab. Solusinya adalah dengan menegaskan perundangan tentang perhutanan dan melakukan Reboisasi terhadap hutan yang sudah gundul. Selain aksi dari penebangan hutan secara liar hutan gundul juga bisa disebabkan karena kebakaran dan tanah longsor. Selain bisa mencegah terjadinya Global Warming hutan juga bisa mencegah terjadinya banjir, tanah longsor dan akan menjadikan suhu menjadi sejuk dan segar.

7.      Tanmalah Pohon di Pekarangan rumah anda
Anda memiliki rumah dengan pekarangan yang tidak digunakan? Manfaatkanlah pekarangan tersebut untuk menanam berbagai macam tanaman. Anda tak harus menanam pohon jati atau mahoni, anda bisa menanam tanaman hias atau tanaman lain yang memiliki daun hijau serta memiliki potensi untuk bisa menghasilkan oksigen. Bayangkan jika semua masyarakat melakukan hal yang serupa maka kebutuhan akan oksigen akan sedikit demi sedikit terpenuhi.

8.      Membangun rumah dengan fentilasi yang cukup
Rumah merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, dengan rumah kita bisa hidup dengan tenang dan damai. Saat membangun rumah harap perhatikan fentilasi dan tata cahaya yang tepat. Jangan sampai anda malam hari harus menyalakan AC karena alasan panas dan fentilasi yang kurang. Saat siang hari pula desainlah rumah anda agar bisa terang tanpa harus menghidupkan lampu dan desain pula agar sejuk tanpa harus menghidupkan AC atau kipas angin.

Global warming yang saat ini terjadi bukan terjadi begitu saja. Semua ini ada alasannya dan kitalah yang seharusnya mencari apa alasan dari Global warming, bagaimana cara menghentikannya dan bagaimana cara mencegahnya agar tidak lagi terulang di masa depan. Manusia telah menyebabkan jumlah karbondioksida meningkat, padahal dari hari-kehari jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbon dioksida semakin berkurang. Ibaratnya kita menambah jumlah karbondioksida namun kita mengurangi bahan yang bisa menghilangkan karbondioksida. Mulailah dari sekarang atau tidak pernah sama sekali, tanam pepohonan disekitar rumah anda dan hematlah energi selagi anda bisa berhemat karena tiba kalanya energi itu mahal dan tidak bisa di hemat. [5]



Daftar Pustaka:


[1] http://astriani.wordpress.com/2009/01/22/definisi-pemanasan-global/ diakses pada tanggal 13 september 2013
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Global_warming/ diakses pada tanggal 13 september 2013
[4] http://environment.nationalgeographic.com/environment/global-warming/gw-solutions/ diakses pada tanggal 13 september 2013
[5] http://www.miung.com/2013/04/pengertian-dan-cara-mengatasi-global.html diakses pada tanggal 13 september 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar