Untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan kepada yang diinginkan, manajer harus
memahami sifat dan motif apa yang mendorong mereka mau bekerja pada perusahaan.
Pada umumnya orang mau bekerja karena didorong oleh keinginan untuk dapat
memenuhi kebutuhan fisik dan rohaninya. Jadi, manajer harus berusaha memberikan
balas jasa yang adil dan layak, serta memperlakukan karyawan dengan baik
sebagaimana layaknya manusia.
Masalah pengintegrasian adalah menyatukan
keinginan karyawan dan kepentingan perusahaan, agar tercipta kerja sama yang serasi
serta saling menguntungkan. Jadi the nature of man
dan the nature of organization
perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Agar pengertian pengintegrasian
menjadi jelas. penulis mencoba mendeflnisikannya sebagai berikut.
1.
Pengertian Pengintegrasian
Pengintegrasian
adalah kegiatan menyatupadukan keinginan karyawan dan kepentingan perusahaan,
agar tercipta kerja sama yang memberikan kepuasan. Pengintegrasian adalah hal
yang sangat penting dan merupakan salah satu kunci untuk mencapai hasil yang
baik bagi perusahaan maupun terhadap karyawan sehingga memberikan kepuasan kepada
semua pihak. Karyawan dapat memenuhi kebutuhannya dan perusahaan memperoleh
laba.
2.
Tujuan pengintegrasian
Tujuan
pengintegrasian adalah memanfaatkan karyawan agar mereka bersedia bekerja keras
dan berpartisipasi aktif dalam menunjang tercapainya tujuan perusahaan serta
terpenuhinya kebutuhan karyawan.
3.
Prinsip Pengintegrasian
Prinsip
pengintegrasian adalah menciptakan kerja sama yang baik dan saling
menguntungkan.
4.
Metode Pengintegrasian
Metode-metode pengintegrasian yang kita kenal
adalah sebagai berikut.
a.
Hubungan Antarmanusia (Human
Relations).
b.
Motivasi (Motivation).
c.
Kepemimpinan (Leadership).
d.
Kesepakatan Kerja Bersama
(KKB).
e.
Collective Bargaining.
B.
HUBUNGAN MANUSIA
Manajer dalam menciptakan hubungan antar manusia (human
relation) hendaknya memahami masalah “kepribadian dan
perilaku” setiap individu bawahannya.
a. Kepribadian
Kepribadian adalah serangkaian ciri yang relatif
tetap dan sebagian besar dibentuk oleh faktor keturunan, sosial, kebudayaan,
dan lingkungan. Serangkaian variabel ini yang menentukan persamaan dan
perbedaan dalam perilaku seseorang individu.
Kekuatan-kekuatan utama yang mempengaruhi
kepribadian seseorang adalah kekuatan keturunan, kekuatan kebudayaan, kekuatan
hubungan keluarga dan kelas sosial atau pendidikan, dan kekuatan lain dari
keanggotaan kelompok.
Teori
Kepribadian
1)
Teori Sifat (Traitist Theories)
Sifat
merupakan bagian yang membentuk kepribadian, petunjuk jalan bagi tindakan dan
merupakan sumber keunikan individu. Sifat/ciri cenderung dapat diduga sebagai
pengarah perilaku individu berbuat dengan cara yang konsisten dan khas. Kelemahan
teori sifat ini belum pasti menunjukkan kepribadian individu yang sama pada
setiap situasi, karena perilaku individu masih dipengaruhi oleh lingkungan.
2)
Teori Psikodinamis (Psychodinamic Theories)
Freud
menerangkan perbedaan individual dalam kepribadian dengan mengemukakan bahwa
orang menghadapi perangsangnya yang utama secara berbeda-beda. Perbedaan
kepribadian ini terletak pada Id (bagian ketidaksadaran) dan Superego yang diperlunak oleh Ego. Id
adalah sebagai bagian yang primitif dan tidak sadar dari kepribadian, Id bekerja secara tidak
rasional, tanpa mempertimbangkan apakah yang diinginkan itu mungkin atau dapat
diterima dari segi moral. Superego adalah sikap moral yang
dibentuk oleh masyarakat. Secara kasar Superego
sesuai dengan hati nurani (conscience).
Superego sering bertentangan dengan Id. Id ingin mengerjakan apa
yang dirasa baik, sedangkan Superego
cenderung mengerjakan apa yang benar.
3)
Teori Humanistis (Humanistic Theories)
Pendekatan
humanistis terhadap pemahaman kepribadian memberi tekanan pada perkembangan dan
perwujudan diri individu. Teori ini menekankan pentingnya cara mempersepsikan
dunia mereka dan kekuatan yang mempengaruhinya.
Kesimpulan teori-teori
kepribadian sebagai berikut.
a. Teori
sifat (trait theory)
memberikan daftar yang menguraikan sifat-sifat individu.
b. Teori
psikodinamis menyatupadukan ciri-ciri orang dan menjelaskan sifat dinamis dari
perkembangan kepribadian.
c.
Teori humanistis
menekankan orangnya dan pentingnya perwujudan diri bagi kepribadian.
C.
PENGERTIAN DAN TEORI-TEORI MOTIVASI
1.
Pengertian Motif dan Motivasi
a.
Motif
Motif adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya
penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu
yang ingin dicapai.
Perbedaan pengertian keinginan (want) dan kebutuhan (needs) adalah keinginan
(want) dari setiap orang berbeda karena
dipengaruhi oleh selera, latar belakang, dan lingkungannya, sedangkan kebutuhan
(needs) semua orang adalah sama. Misalnya, semua orang butuh makan
(needs), tetapi jenis makanan yang diinginkannya (want) tidak
selalu sama tergantung pada selera masing-masing individu. Hal inilah yang
menyulitkan manajer untuk memberikan alat motivasi yang tepat bagi setiap
individu bawahannya.
b.
Motivasi
Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti
dorongan atau meng- gerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen
hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan,
agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan
yang telah ditentukan.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah
hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau
bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting
karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan
baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.
Memotivasi karyawan ini sangat sulit, di
antaranya karena hal-hal berikut.
1.
Apakah yang mendorong
seseorang bergairah bekerja?
2. Mengapa
ada orang yang bekerja keras untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi,
sedangkan orang lain walaupun dia mampu, cakap, dan terampil, prestasi kerjanya
rendah saja?
3.
Alat motivasi apa yang harus diberikan
supaya karyawan bersedia bekerja keras?
Peterson dan Plowman mengatakan bahwa
orang mau bekerja karena faktor-faktor berikut:
a.
The Desire to Live (keinginan untuk
hidup)
b.
The Desire for Position (keinginan untuk
suatu posisi)
c.
The Desire for Power (keinginan akan
kekuasaan)
d.
The Desire for
Recognation (keinginan akan pengakuan)
Kebutuhan-kebutuhan yang
dipuaskan dengan bekerja menyangkut hal-hal berikut.
a.
Kebutuhan
Fisik dan Keamanan
b.
Kebutuhan
Sosial
c.
Kebutuhan
Egoistik
2.
Tujuan Motivasi
Tujuan
motivasi antara lain sebagai berikut.
1.
Meningkatkan moral dan
kepuasan kerja karyawan.
2.
Meningkatkan
produktivitas kerja karyawan.
3.
Mempertahankan kestabilan
karyawan perusahaan.
4.
Meningkatkan kedisiplinan
karyawan.
5.
Mengefektifkan pengadaan
karyawan.
6.
Menciptakan suasana dan
hubungan kerja yang baik.
7.
Meningkatkan loyalitas,
kreativitas, dan partisipasi karyawan.
8.
Meningkatkan tingkat
kesejahteraan karyawan.
9. Mempertinggi
rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
10.
Meningkatkan efisiensi
penggunaan alat-alat dan bahan baku.
3. Asas-Asas Motivasi
a. Asas Mengikutsertakan
Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan
untuk ikut berparti- sipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan
ide-ide, rekomen- dasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara ini,
bawahan merasa ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan
sehingga moral dan gairah kerjanya akan meningkat.
b. Asas
Komunikasi
Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara
jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara mengerjakannya, dan kendala yang
dihadapi. Dengan asas komunikasi, motivasi kerja bawahan akan meningkat. Sebab
semakin banyak seseorang mengetahui suatu soal, semakin besar pula minat dan
perhatiannya terhadap hal tersebut.
c. Asas Pengakuan
Asas pengakuan maksudnya memberikan
penghargaan dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi
kerja yang dicapainya. Bawahan akan bekerja keras dan semakin rajin, jika
mereka terus-menerus mendapat pengakuan dan kepuasan dari usaha-usahanya.
d.
Asas Wewenang yang Didelegasikan
Yang dimaksud asas wewenang yang didelegasikan
adalah mendelegasikan sebagian wewenang serta kebebasan karyawan untuk
mengambil keputusan dan berkreativitas dan melaksanakan tugas-tugas atasan atau
manajer. Dalam pendelegasian ini, manajer harus meyakinkan bawahan bahwa
karyawan mampu dan dipercaya dapat menyelesaikan tugas-tugas itu dengan baik.
Misalnya dengan mengatakan, "Ini suatu pekerjaan. Saudara dapat mengambil
keputusan sendiri bagarmana harus melakukannya." Dengan tindakan ini
manajer menyatakan secara jelas bahwa bawahan itu cakap dan penting.
e.
Asas
Perhatian Timbal Balik
Asas
perhatian timbal balik adalah memotivasi bawahan dengan mengemukakan keinginan
atau harapan perusahaan di samping berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
diharapkan bawahan dari perusahaan.
4. Model-Model Motivasi
a.
Model Tradisional
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi
bawahan agar gairah kerjanya meningkat, perlu diterapkan sistem insentif, yaitu
memberikan insentif (uang/barang) kepada karyawan yang berprestasi baik.
Semakin banyak produksinya semakin besar pula balas jasanya. Jadi, motivasi
bawahan hanya untuk mendapatkan insentif (uang/ barang) saja.
b.
Model Hubungan Manusia
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi
bawahan supaya gairah kerjanya meningkat ialah dengan mengakui kebutuhan sosial
mereka dan membuat mereka merasa berguna dan penting. Sebagai akibatnya,
karyawan mendapatkan beberapa kebebasan membuat keputusan dan kreatifitas dalam
pekerjaannya. Dengan memperhatikan kebutuhan materiil dan nonmateriil karyawan,
motivasi kerjanya akan meningkat pula.
c.
Model Sumber Daya Manusia
Menurut
model sumber daya manusia, untuk memotivasi bawahan dilakukan dengan memberikan
tanggung jawab dan kesempatan yang luas bagi mereka untuk mengambil
keputusan/kebijaksanaan dalam menyelesaikan pekerja- annya. Motivasi moral/gairah
bekerja seseorang akan meningkat, jika kepada mereka diberikan kepercayaan dan
kesempatan untuk membuktikan kemampuannya.
5.
Metode Motivasi
Ada dua metode motivasi
yaitu motivasi langsung dan motivasi tak langsung.
a.
Motivasi
Langsung (Direct Motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil &
nonmateriil) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan
untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti
pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, dan bintang jasa.
b.
Motivasi Tak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi tak langsung adalah motivasi yang
diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang
gairah kerja/kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat
melakukan pekerjaannya, Misalnya, kursi yang empuk, nuesin-mesin yang baik,
ruangan kerja yang terang
nyaman,
suasana pekerjaan yang serasi, serta penempatan yang tepat. Motivasi tak
langsung besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan sehingga
produktif.
6.
Alat-Alat Motivasi
Alat-alat motivasi (daya
perangsang) yang diberikan kepada bawahan dapat berupa
material incentive
dan nonmaterial incentive.
Material incentive
adalah motivasi yang bersifat materiil sebagai imbalan prestasi yang diberikan
oleh karyawan. Yang termasuk material incentive
adalah yang berbentuk uang dan barang-barang.
Nonmaterial incentive
adalah motivasi (daya perangsang) yang tidak berbentuk materi. Yang termasuk
nonmaterial adalah penempatan yang tepat. pekerjaan yang terjamin, piagam
penghargaan, bintang jasa, perlakuan yang vvajar, dan sejenisnya.
7.
Jenis-Jenis Motivasi
a.
Motivasi
Positif (Insentif Positif)
Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi
(merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di
atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan
meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja.
b.
Motivasi
Negatif (Insentif Negatif)
Motivasi negatif maksudnya manajer
memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi
negatif ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat
karena mereka takut dihu- kum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat
berakibat kurang baik.
Dalam praktek, kedua jenis motivasi di atas
sering digunakan oleh suatu perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang
supaya dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Yang menjadi masalah ialah
kapan motivasi positif atau motivasi negatif dapat efektif merangsang gairah
kerja karyawan. Motivasi positif efektif untuk jangka panjang sedangkan
motivasi negatif efektif untuk jangka pendek. Akan tetapi, manajer harus
konsisten dan adil dalam menerap- kannya.
8.
Proses Motivasi
Dalam
proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi, baru
kemudian para karyawan di motivasi ke arah tujuan itu.
b.
Mengetahui Kepentingan
c.
Komunikasi Efektif
Dalam
proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan bawahan. Bawahan
harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat apa saja yang harus
dipenuhinya supaya insentif tersebut diperolehnya.
d.
Integrasi
Tujuan
Proses
motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan kepentingan
karyawan. Tujuan organisasi adalah needscomplex
yaitu untuk memperoleh laba serta perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu
karyawan ialah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi, tujuan organisasi dan
tujuan karyawan harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian
motivasi.
e.
Fasilitas
Manajer
penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan individu
karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan, seperti memberikan bantuan
kendaraan kepada salesman.
f.
Team Work
Manajer
harus membentuk team work
yang terkoordinasi baik yang bisa mencapai tujuan
perusahaan. Team work penting karena dalam
suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.
9.
Teori-Teori Motivasi
Teori-teori motivasi
diklasifikasikan/dikelompokkan atas:
a.
Teori Kepuasan (Content
Theory) yang memusatkan pada apa-nya
motivasi.
b.
Teori Motivasi Proses (Process
Theory) yang memusatkan pada bagaimana-
nya motivasi.
c. Teori
Pengukuhan (Reinforcement Theory)
yang menitikberatkan pada cara di mana perilaku dipelajari.
a.
Teori
Kepuasan
Teori kepuasan mendasarkan pendekatannya
atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya
bertindak serta berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan
perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan,
mendukung, dan menghentikan perilakunya. Teori ini mencoba menjawab pertanyaan
kebutuhan apa yang memuaskan seseorang dan apa yang mendorong semangat bekerja
seseorang.
Hal yang memotivasi semangat kerja
seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasan baik materiil maupun
nonmateriil yang diperolehnya sebagai imbalan balas jasa dari jasa yang
diberikannya kepada perusahaan. Apabila materiil dan nonmateriil yang
diterimanya semakin memuaskan, semangat kerja seseorang akan semakin meningkat.
Jadi, pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan bertindak atau
semangat bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (inner needs-nya). Semakin
tinggi standar kebutuhan yang diinginkan, semakin giat orang itu bekerja.
Contoh: mahasiswa X butuh nilai A, ini mendorongnya untuk belajar lebih giat,
dibanding dengan mahasiswa yang hanya ingin lulus dengan nilai C saja.
b.
Teori
Motivasi Proses
Teori motivasi proses pada dasamya berusaha
menjawab pertanyaan bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan
menghentikan perilaku individu agar setiap individu bekerja sesuai dengan keinginan
manajer. Apabila diperhatikan secara mendalam, teori ini merupakan proses sebab
dan akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang akan diperolehnya.
Jika bekerja baik saat ini, hasilnya akan diperoleh baik untuk hari esok. Jadi,
hasil yang akan dicapai tercermin pada bagaimana proses kegiatan yang dilakukan
seseorang.
Karena ego manusia yang selalu
menginginkan hasil yang baik-baik saja, daya penggerak yang memotivasi semangat
kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan diperolehnya pada masa depan.
Inilah sebabnya teori ini disebut teori harapan (expectancy
theory).
Apabila harapan
dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya.
Sebaliknya, jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjadi malas.
c.
Teori
Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab
dan akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi. Misalnya, promosi
tergantung dari prestasi yang selalu dapat dipertahankan. Bonus kelompok
tergantung pada tingkat produksi kelompok. Sifat ketergantungan tersebut
bertautan dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku
itu.
Teori pengukuhan
terdiri dari dua jenis, yaitu sebagai berikut.
1.
Pengukuhan positif (positive
reinforcement) yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi apabila
pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
2.
Pengukuhan negatif (negative
reinforcement) yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi apabila
pengukuh negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi, prinsip pengukuhan selalu berhubungan
dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh suatu
stimulus yang bersyarat. Demikian juga, prinsip hukuman (punishment)
selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi tanggapan, apabila tanggapan (response)
diikuti oleh rangsangan yang bersyarat.
Hukuman ada dua
jenis, yaitu scbagai berikut.
1.
Hukuman dengan penghilangan (removal) terjadi apabila
suatu pengukuhan positif dihilangkan secara bersyarat (misalnya kelambatan
seseorang menyebabkan kehilangan sejumlah uang dari upahnya).
2.
Hukuman dengan penerapan (application), terjadi apabila
suatu pengukuhan negatif diterapkan secara bersyarat (misalnya ditegur oleh
atasan, karena menjalankan tugas dengan jelek).
D.
PEMIMPIN DAN TEORI KEPEMIMPINAN
Pemimpin (leader
= head) adalah seseorang yang
mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk
mengeijakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan adalah cara
seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan
Pancasila ialah kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila,
yang memiliki wibawa dan daya untuk membawa serta dan memimpin masyarakat
lingkungannya ke dalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar 1945.
Aspek kepemimpinan Pancasila adalah sikap
konsisten dan konsekuen dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila. (Semangat
kekeluargaan merupakan unsur penting dari kepemimpinan Pancasila.
Asas utama kepemimpinan Pancasila antara
lain sebagai berikut.
1.
Ing Ngarsa Sung Tuladha, artinya
seorang pemimpin haruslah mampu lewat sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya
pola anutan dan ikutan bagi orang- orang yang dipimpinnya.
2.
Ing Madya Mangun Karsa,
artinya seorang pemimpin harus mampu mem- bangkitkan semangat berswakarsa dan
berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.
3.
Tut Wuri Handayani,
artinya seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya
berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Gaya kepemimpinan terbagi menjadi 4,
yaitu:
Kepemimpinan
Otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap
berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan
keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak
diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan.
Falsafah
pemimpin ialah "bawahan adalah untuk pimpinan/atasan". Bawahan hanya
bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah ditetapkan pimpinan. Pemimpin
menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar, dan paling cakap.
Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instruksi/ per jntah, ancaman
hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat.
Kepemimpinan Partisipatif
adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif,
menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para
bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan.
Falsafah pemimpin ialah
"pimpinan (dia) adalah untuk bawahan". Bawahan harus beipartisipasi
memberikan saran, ide, dan pertimbangan-pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan. Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran
atau ide yang diberikan bawahannya. Pemimpin menganut sistem manajemen terbuka
(open
management)
dan desentralisasi wewenang.
3) Kepemimpinan Delegatif.
Kepemimpinan
delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan
dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan
kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melak- sanakan pekerjaannya.
Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan
pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin
bersikap, menyerahkan, dan mengatakan kepada bawahan, "Inilah pekerjaan
yang harus Saudara kerjakan, saya tidak peduli, terserah Saudara bagaimana
mengerjakannya asal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik."
4) Kepemimpinan Situasional
Fokus pendekatan situasional terhadap
kepemimpinan terletak pada perilaku yang diobservasi atau perilaku nyata yang
terlifaat, bukan pada kemampuan atau potensi kepemimpinan yang dibawa sejak
lahir. Penekanan pendekatan situasional adalah pada perilaku pemimpin dan
anggota/pengikut dalam kelompok dan situasi yang variatif.
Menurut kepemimpinan situasional, tidak ada satu
pun cara yang terbaik untuk mempengaruhi orang lain. Gaya kepemimpinan mana
yang harus digunakan terhadap individu atau kelompok tergantung pada tingkat
kesiapan orang yang akan dipengaruhi. Beberapa
faktor dalam situasi yang mempengaruhi efektivifas pemimpin adalah: pemimpin,
pengikut, rekan di posisi kunci, organisasi, tuntutan jabatan, dan waktu
pengambilan keputusan.
Gaya Pengambilan Keputusan
a.
Gaya Otoratif, diterapkan pada
situasi ketika manajer memiliki pengalaman dan informasi untuk menghasilkan
konklusi, sementara pengikut tidak memiliki kemampuan, kesediaan, dan keyakinan
untuk memecahkan masalah. Jadi, manajer harus membuat keputusan tanpa bantuan
pengikut.
Gaya ini mempersyaratkan perilaku direktif
dan pada situasi ketika hanya pemimpin yang memiliki informasi atau keahlian.
b.
Gaya Konsultatif, adalah strategi
yang tepat apabila manajer mengenali bahwa pengikut juga mempunyai beberapa
pengalaman atau pengetahuan tentang masalah dan bersedia memecahkan masalah
meskipun belum mampu. Dalam situasi ini strategi yang terbaik adalah memperoleh
masukan mereka, sebelum membuat keputusan final.
Dengan cara ini ada dua keuntungan atau
hasil yang segera didapat, yaitu kerja sama berbagi pengetahuan sehingga
meningkatkan keakuratan keputusan dan pemimpin memberi motivasi dan membantu
pengikut mengidentifikasi tujuan kelompok secara lebih jelas.
c.
Gaya Fasilitatif, merupakan upaya
kooperatif yaitu manajer dan pengikut bekerja sama mencapai keputusan bersama.
Dalam hal ini, pemimpin secara efektif memiliki komitmen terhadap diri sendiri
untuk berbagi dalam proses pengambilan keputusan. Gaya ini merupakan cara yang
sempuma manakala berhadapan dengan pengikut yang mampu, tetapi belum yakin akan
dirinya.
d.
Gaya Delegatfi. digunakan
terhadap pengikut yang memiliki tingkat kesiapan yang memiliki pengalaman dan
informasi yang diperlukan untuk keputusan atau rekomendasi yang layak.
Kesepakatan
Kerja Bersama (KKB)
KKB adalah adanya musyawarah dan mufakat
antara pimpinan perusahaan dengan pimpinan serikat karyawan (buruh) dalam
memutuskan masalah yang menyangkut kebutuhan karyawan dan kepentingan
perusahaan. Dengan landasan musyawarah dan mufakat diharapkan tercipta
integrasi yang serasi dalam perusahaan. Karyawan menjadi partner kerja sama yang
baik bagi perusahaan. Misalnya: kenaikan gaji/upah, tunjangan hari raya,
pemecatan buruh, dll.
Problem KKB ialah seringkali pimpinan serikat
karyawan, bukannya memperjuangkan kebutuhan karyawan, tetapi diperalat oleh
pimpinan perusahaan untuk menekan kepentingan karyawan. Pada hakikatnya KKB
lebih banyak memberikan dampak positif daripada efek negatif dalam menciptakan
integrasi di perusahaan. Jadi, KKB sejalan dengan hubungan idustrial Pancasila
yang menekankan pada musyawarah dan mufakat untuk menetapkan keputusan.
Collective
Bargaining
Collective Bargaining adalah adanya
perundingan antara pimpinan perusahaan dengan pimpinan serikat buruh
(karyawan) dalam menetapkan keputusan- keputusan yang menyangkut kepentingan
perusahaan dan kebutuhan buruh. Hal ini dilakukan agar tercipta integrasi yang
harmonis dan usaha-usaha untuk meng- hindari terjadinya konflik dalam
perusahaan.
Collective bargaining didasarkan atas
perundingan yang berarti adu kekuatan. siapa yang
mempunyai posisi kuat maka dialah yang banyak menentukan keputusan. Sedangkan
KKB didasarkan atas musyawarah dan mufakat dalam menetapkan
keputusan-keputusan, bukan atas adu kekuatan/posisi.
Collective bargaining dapat
diibaratkan seperti demokrasi Barat, sedangkan KKB seperti demokrasi Pancasila. Dalam Hubungan Industrial
Pancasila diterapkan KKB dan dianjurkan agar buruh diberi kesempatan untuk ikut
memiliki perusahaan dengan membeli saham.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBoleh minta referensinya?
BalasHapus