BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang Masalah
Semua Bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan
pemikiran dan sendi-sendi kebudayaanya. Demikian juga umat islam amat
memperhatikan kelestarian Risalah Muhammad yang memuliakan semua Umat Manusia.
Itu disebabkan risalah Muhammad bukan sekedar risalah ilmu atau pembaharuan
yang hanya diperhatikan sepanjang diterima akal dan mendapat respon manusia;
tetapi, diatas itu semua, ia agama yang melekat pada akal dan terpatri dalam
hati.
Oleh sebab itu kita dapati pengemban petunjuk yang
terdiri atas para sahabat, tabi’in, dan generasi sesudahnya meneliti dengan
cermat tempat turunnya Al-Qur’an ayat-demi ayat, baik dalam hal waktu maupun
tempatnya. Penelitian ini merupakan pilar kuat dalam sejarah perundang-undangan
yang menjadi landasan bagi para peneliti untuk mengetahui metode dakwah,
macam-macam seruan, dan keagungan Mukzizat Alquran, serta yang membedakan
tempat turunya Al-Qur’an.
2. Rumusan
Masalah
a)
Pengertian
Surah Makkiyah Beserta Kandungannya.
b)
Pengertian
Surah Madaniyah dan yang membedakannya dengan Ayat Makkiyah.
c)
Pembahasan
Kemukzizatan Alqur’an beserta Aspek-aspeknya.
3. Tujuan
Pembahasan
Mahasiswa mampu mengetahui serta memahami Isi Kandungan
Al-Qur’an tentang Surah Maki dan Madani beserta Perbedaanya dan juga memahami
Kemukzizatan Al-Qur’an.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Makkiyah dan Madaniyah
Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun
bukan dimekkah. Madani adalah yang turun sesudah hijrah meskipun bukan di
madinah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun dimekkah atau Arafah adalah
madani. Makki adalah yang turun di mekkah dan sekitarnya. Seperti Mina, Arafah
dan Hudaibiyah. Dan Madani ialah yang turun di madinah dan sekitarnya. Seperti
Uhud, Quba` dan Sil`. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara
konkrit yang mendua.
Makki
ialah yang seruannya ditujukan kepada
penduduk mekkah,
dan madani ditujukan kepada penduduk madinah. Berdasarkan pendapat ini, para
pendukungnya menyatakan bahwa ayat Qur`an yang mengandung seruan yaa ayyuhannas
(wahai manusia) adalah makki, sedang ayat yang mengandung seruan yaa ayyu
halladziina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman) adalah madani. Namun
melalui pengamatan cermat, nampak bagi kita bahwa kebanyakan surah Qur`an tidak
selalu dibuka dengan salah satu seruan itu, dan ketentuan demikianpun tidak
konsisten. Misalnya surah baqarah itu madani, tetapi didalamnya terdapat ayat
makki.[1]
B. Ketentuan
Serta Ciri Khas Makkiyah dan Madaniyah
Para ulama telah meneliti surah-surah makki dan madani,
menyimpulkan beberapa ketentuan analogis bagi keduanya yang menerangkan
ciri-ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakannya. Melalui
ini mereka dapat menghasilkan kaedah-kaedah dengan ciri-ciri tersebut.
1. Ketentuan
Surah Makkiyah
a)
Setiap
surah yang didalamnya mengandung `sajdah` maka surah itu makki. Setiap surah
yang mengandung lafaz `kalla` berarti makki. Lafaz ini hanya terdapat dalam
separuh terakhir dari Qur`an dan di sebutkan sebanyak tiga puluh tiga kali
dalam lima belas surah.
b)
Setiap
surah yang mengandungi yaa ayyuhan naas dan tidak mengandungi yaa ayyuhal
ladzinaa amanuu, berarti makki. Kecuali surah al-Hajj yang pada akhir surah
terdapat ayat yaa ayyuhal ladziina amanuur ka`u wasjudu. Namaun demikian
sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah makki.
c)
Setiap
surah yang menngandung kisah para nabi umat terdahulu adalah makki, kecuali
surah baqarah.
d)
Setiap
surah yang mengandung kisah Adam dan iblis adalah makki, kecuali surat baqarah.
e)
Setiap
surah yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan seperti alif lam mim, alif lam
ra, ha mim dll, adalah makki. Kecuali surah baqarah dan ali-imran, sedang surah
Ra`ad masih diperselisihkan.
2. Tema
dan Gaya Bahasa Surah Makkiyah
Dari segi ciri tema
dan gaya bahasa, ayat makky dapatlah diringkas sebagai berikut :
a)
Ajakan
kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah,
kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan
siksanya, surga dan nikmatnya, argumentasi dengan orang musyrik dengan
menggunkan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniah.
b)
Peletakan
dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan ahlak mulia yang menjadi dasar
terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam
penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zalim. Penguburan hidup-hidup
bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.
c)
Menyebutkan
kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelaran bagi mereka sehingga
megetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan buat
Rasulullah SAW sehingga ia tabah dalam mengadapi gangguan dari mereka dan yakin
akan menang.
d)
Suku
katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataannya
singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras. Menggetarkan
hati, dan maknanya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah, seperti
surah-surah yang pendek-pendek dan perkecualiannya hanya sedikit.
3. Ketentuan
Surah Madaniyah
a)
Setiap
surah yang berisi kewajiban atau had (sanksi) adalah madani.
b)
Setiap
surah yang didalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah madani, kecuali
surah al-ankabut adalah makki.
c)
Setiap
surah yang didalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab adalah madani
4. Tema
dan Gaya Bahasa Surah Madaniyah
Dari segi ciri
khas, tema dan gaya bahasa, dapatlah diringkaskan sebagai berikut:
a)
Menjelaskan
ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan
internasiaonal baik diwaktu damai maupun perang, kaidah hukum dan masalah
perundang-undangan.
b)
Seruan
terhadap ahli kitab, dari kalangan yahudi dn nasrani. Dan ajakan kepada mereka
untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka, terhadap
kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran, dan perselisihan
mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki diantara sesama
mereka.
c)
Menyingkap
perilaku orang munafik, menganalisi kejiwaannya, membuka kedoknya dan
menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
d)
Suku
kata dan ayat-ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang memantapkan
syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.[2]
C. Perbedaan
Makki dan Madani
Para ulama mempunyai tiga cara pandangan yang masing-masing
mempunyai dasarnya sendiri.
1. Dari
Segi Waktu Turunnya
Makki adalah yang
diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan dimekkah. Madani adalah yang turun
selepas hijrah meskipun bukan di madinah yang diturunkan selepas hijrah sekalipun
dimekkah atau Arafah adalah madani. Seperti yang diturunkan pada tahun
penakhlukan Kota Mekkah, misalnya firman Allah:
¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù't br& (#rxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr&. . . .
“Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak. . . .” (An-Nisa: 58).[3]
2. Dari
Segi Tempat Turunnya
Makki adalah yang
turun di Mekkah dan sekitarnya. Seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madani
ialah yang turun di madinah dan sekitarnya. Seperti Uhud, Quba` dan Sil`.
Pendapat ini mengakibatkan tidak ada pembahagian secara konkrit yang mendua.
Sebab yang turun dalam perjalanan, di Tabukh atau di Baitul Maqdis tidak termasuk
kedalam salah satu bagiannya,[4]
sehingga ia tidak dinamakan makki ataupun madani. Juga mengakibatkan bahwa yang
diturunkan dimakkah sesudah hijrah disebut makki.
3. Dari
Segi Pembicaraan.
Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada
penduduk mekkah dan madani ditujukan kepada penduduk madinah. Berdasarkan
pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Qur`an yang mengandung
seruan ya ayyuhannas (wahai manusia) adalah makki, sedang ayat yang mengandung
seruan yaa ayyu halladziina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman) adalah
madani. Namun melalui pengamatan cermat, nampak bagi kita bahwa kebanyakan
surah Qur`an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu, dan ketentuan
demikian pun tidak konsisten. Misalnya surah baqarah itu madani, tetapi
didalamnya terdapat ayat:
$pkr'¯»t â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇËÊÈ
“Hai manusia,
sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar
kamu bertakwa.” (Al-Baqarah:
21), dan firman-Nya:
$ygr'¯»t â¨$¨Z9$# (#qè=ä. $£JÏB Îû ÇÚöF{$# Wx»n=ym $Y7ÍhsÛ wur (#qãèÎ6®Ks? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNä3s9 Arßtã îûüÎ7B ÇÊÏÑÈ
“Hai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 168).
No
|
Surat
Makkiyah
|
Surat Madaniyah
|
1
|
Penuh
dengan syair dan ungkapan perasaan
|
Mendalam,
kuat, dan kokoh
|
2
|
Menggunakan
kalimat yang sangat fasih dan baligh
|
Menggunakan
kalimat-kalimat ushul dan ungkapan-ungkapan undang-undang (syariah)
|
3
|
Berisi
nasihat, bimbingan, tauhid dan Hari Kiamat, sejarah umat-umat terdahulu, dan
azab
|
Berisi
hudud, fara’idh, dan hukum
|
4
|
Menggunakan
banyak pemisah dan biasanya pendek-pendek
|
Tidak
terlalu banyak menggunakan sajak dan pemisah, dan pemisahnya selalu panjang
|
5
|
Tidak
berisi debat dan dialog dengan kaum Yahudi dan Nasrani
|
Banyak
berisi debat dan dialog dengan kaum Yahudi dan Nasrani
|
6
|
Mengandung
sedikit saja perintah untuk amal dan ibadah, fokusnya pada masalah akidah dan
tauhid
|
Mengandung
perintah untuk beramal dan beribadah
|
7
|
Tidak
membahas masalah jihad, hanya membahas soal dakwah, tablig, nasihat, dan
kata-kata yang halus
|
Mengandung
perintah untuk berjihad, menjelaskan hukum jihad dengan perintah dakwah,
tablig, dan irsyad
|
D.
Faedah Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
Pengetahuan tentang Makki dan Madani banyak Faedahnya,
diantaranya:
1. Untuk
Dijadikan Alat Bantu dalam Menafsirkan Al-Qur’an
Pengetahuan
mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tesebut dan
mentafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan
adalah pengertian umum lafaz, bukan sebab yang Khusus. Berdasarkan hal itu
seorang penafsir dapat membedakan antara ayat yang Nasikh dengan yang Mansukh
bila diantara kedua ayat terdapat makna yang Kontradiktif. Yang datang kemudian
tentu merupakan nasikh atas yang terdahulu.[6]
2. Meresapi
Gaya Al-Qur’an dalam Metode Bedakwah
Setiap situasi
mempunyai bahasa tersendiri. Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi,
merupakan arti paling khusus dalam ilmu retorika. kritik gaya bahasi Makki dan
Madani dalam Qur’an pun memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah
metode dalam penyampaian dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kejiwaan
lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaaanya serta mengatasi apa yang
ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan. Hal ini yang demikian nampak
jelas dalam berbagai cara Qur’an menyeru berbagai golongan, seperti: “Orang yang beriman, yang musrik, yang
munafik ,dan ahli Kitab.
3. Mengetahui
Sejarah Hidup Nabi Melalui Ayat-Ayat Qur’an
Turunya wahyu
kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah
dakwah dengan segala peristiwanya, baik dalam periode Mekah maupu Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga
ayat terakhir diturunkan. Qur’an adalah sumber pokok bagi kehidupan Rasulullah.
Peri hidup beliau yang diriwayatkan ahli sejarah harus sesuai dengan Qur’an;
dan Qur’anpun memberikan kata putus terhadap perbedaan riwayat yang mereka
riwayatkan.[7]
E. Defenisi
Mukzizat
Mukjizat, mu'jizat المعجزات (Baca: al-Mu'jizat), bermakna
"suatu kejadian/ peristiwa/fenomena yang luar biasa atau di luar kebiasaan
dan/atau yang secara normal tidak dapat dilakukan oleh manusia atau oleh mesin
buatan manusia maupun oleh makhluk hidup ciptaan Tuhan, sehingga secara
meyakinkan hanya dapat dilakukan oleh kuasa Tuhan sendiri." Selain dari
itu, suatu kejadian yang luar biasa mungkin saja merupakan sesuatu hal atau
temuan yang baru maka itu bukanlah mukjizat dan jika dikemudian hari hal
tersebut menjadi pengetahuan yang dapat dikuasai oleh manusia sehingga banyak
orang atau mesin buatan manusia dapat mengulangi kejadian/peristiwa/fenomena
serupa, maka kejadian/peristiwa/fenomena tersebut tetap tidak dapat
dikategorikan atau digolongkan sebagai mukjizat.
Secara Etimologi Kata
mukjizat berasal dari kata bahasa Arab yang berarti melemahkan, dari kata
‘ajaza (lemah). Mukjizat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan
sebagai "kejadian ajaib yang susah dijangkau oleh kemampuan akal manusia".[8] Dalam
aqidah Islam mukjizat dimaknakan sebagai suatu peristiwa yang terjadi di luar
kebiasaan yang digunakan untuk mendukung kebenaran kenabian seorang nabi
dan/atau kerasulan seorang rasul, sekaligus melemahkan lawan-lawan/musuh-musuh
yang meragukan kebenarannya. Pengertian ini terkait dengan kehadiran seorang
nabi atau rasul.
Rasul di dalam menyampaikan ajarannya seringkali
mendapatkan pertentangan dari masyarakatnya. Misalnya, ajarannya dianggap
obrolan bohong (dusta), bahkan seringkali dianggap sebagai tipu daya (sihir). Oleh
karenanya, untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulan tersebut
sekaligus untuk melemahkan tuduhan para penentangnya maka para nabi dan rasul
diberi kelebihan berupa peristiwa besar yang luar biasa yang disebut dengan
mukjizat.[9]
F. Al-Qur’an
Sebagai Mukzizat
Al-Qur’an al-Karim dalam ini sebagai Mukzizat yang
diturunkan Allah S.W.T. kepada Nabi Muhammad untuk menentang orang-orang Arab
tetapi mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tingi
tingkat fasahahdan balaqahn-nya. Hal ini tiada lain karena
Qur’an adalah Mukzizat. Rasulullah telah meminta orang Arab menandingi Qur’an
dalam tiga Tahapan:
1.
Menentang
mereka dengan seluruh Qur’an dalam ushiub umum yang meliputi orang Arab sendiri
dan orang lain, manusia dan Jin, dengan tantangan yang mengalahkan kemampuan
mereka secara padu melalui firmannya:
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù't È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# w tbqè?ù't ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur c%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZÎgsß ÇÑÑÈ
“Katakanlah: Sesungguhnya
jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (Al-Isra: 88)
2.
Menentang
mereka dengan sepuluh Surah saja dari Qur’an, dalam firmannya:
“Bahkan mereka mengatakan: ‘Muhammad telah
membuat-buat Al Quran itu’, Katakanlah: ‘(Kalau demikian), Maka datangkanlah
sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah
orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang
orang-orang yang benar’. Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu
(ajakanmu) itu Maka ketahuilah, Sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan
ilmu[713] Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu
berserah diri (kepada Allah).” (Hud: 13-14).
3.
Menentang
mereka dengan satu surah saja dari Qur’an, dalam Firmannya:
“Atau (patutkah) mereka mengatakan Muhammad
membuat-buatnya.’ Katakanlah: (Kalau benar yang kamu katakan itu)’, Maka
cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang
dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar."
(Yunus: 38). Tantangan ini di ulang lagi dalam firmannya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keadaan ragu
tentang al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah
satu surah (saja) yang semisal al-Qur’an itu…” (Al-Baqarah: 23).
Kelemahan orang
Arab untuk menandingi al-Qur’an padahal mereka memiliki faktor-faktor dan
potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa Arab di
masa bahasa ini berada pada puncak keremajaan dan kejayaannya.
G. Makna
Mukjizat Al-Qur'an
Jika kita berkata
"Mukjizat al-Qur'an", ini berarti bahwa mukjizat (bukti kebenaran)
tersebut adalah mukjizat yang dimiliki atau yang terdapat di dalam al-Qur'an,
bukannya bukti kebenaran yang datang dari luar al-Qur'an atau faktor luar. Dari
konteks uraian al-Qur'an, maka yang dimaksud dengan "al-Qur'an"
adalah minimal satu surah walau pendek, atau tiga ayat atau satu ayat yang penjang
seperti ayat "al-Kursi"
1. Memahami
Kemukjizatan al-Qur'an
Pertama,
kepribadian Nabi Muhammad SAW untuk membuktikan kebenaran seorang Nabi tidak
harus melalui mukjizat yang dipaparkannya, tetapi juga dapat dibuktikan dengan
mengenal kepribadian, kehidupan keseharian, akhlak, dan budi pekertinya. Kedua,
kondisi masyarakat saat turunnya al-Qur'an. al-qur'an menamai masyarakat Arab
sebagai masyarakat ummiyyin. walaupun demikian, ini bukan berarti masyarakat
Arab yang dijumpai al-Qur'an pertama kali sama sekali tidak mempunyai
pengetahuan, bahkan, mereka memiliki pengetahuan antara lain dalam bidang:
Astronomi, meteorologi, sedikit tentang umat sekitarnya, pengobatan berdasar
dari pengalaman perdukunan dan semacamnya bahasa dan sastra. Ketiga, masa dan
cara kehadiran al-Qur'an, konteks pembuktian kemukjizatan al-Qur'an ada dua hal
yaitu: a) Kehadiran wahyu
al-Qur'an di luar kehendak Nabi SAW.
b) Kehadirannya secara tiba-tiba.
2. Kemukzizatan
Al-Qur’an Bagi Bangsa-Bangsa Lain
Kemukjizatan
al-Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di sepanjang zaman dan akan
selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri-misteri alam yang
disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari fenomena
hakikat-hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri alam wujud yang merupakan
bukti bagi eksistensi Pencipta dan Perencananya. Dan inilah apa yang
dikemukakan secara global atau diisyaratkan oleh al-Qur’an. Dengan demikian,
al-Qur’an tetap merupakan mukjizat bagi seluruh umat manusia.
Maka dapat
disimpulkan dari keterangan tersebut bahwa al-Qur’an itu mukjizat karena ia
datang dengan lafaz-lafaz yang paling fasih, dalam susunan yang paling indah
dan mengandung makna-makna yang paling valid, sahih, seperti peng-Esa-an Allah,
penyucian sifat-sifat-Nya, ajakan taat kepada-Nya, penjelasan cara beribadah
kepada-Nya, dengan menerangkan hal yang dihalalkan dan diharamkan, dilarang dan
dibolehkan; juga seperti nasihat dan bimbingan, amar ma’ruf, nahi mungkar,
serta bimbingan akhlak yang baik dan larangan dari akhlak buruk.
Semua hal-hal di
atas diletakkannya pada tempatnya masing-masing sehingga tidak tampak ada
sesuatu lain yang lebih baik daripadanya, dan tidak bisa dibayangkan dalam
imajinasi akal ada sesuatu lain yang lebih pantas daripadanya, Di samping itu,
ia juga memuat berita tantang sejarah manusia pada abad-abad silam dan azab
yang diturunkan Allah kepada orang-orang durhaka dan menentang-Nya diantara
mereka. Juga ia menceritakan tentang realitas-realitas yang akan terjadi jauh
sebelum terjadi, mengemukakan secara lengkap argumentasi dan hal yang diberi
argumentasi, dalil atau bukti dan hal yang dibuktikannya, agar dengan demikian
ia lebih kuat, mantap, dalam menetapkan kewajiban yang diperintahkannya dan
larangan yang dicegahnya, sebagaimana diserukan dan diberitakannya.
Jelaslah bahwa
mendatangkan hal-hal seperti itu lengkap dengan berbagai ragamnya hingga
tersusun rapi dan teratur, merupakan sesuatu yang tidak disanggupi kekuatan
manusia dan di luar jangkauan kemampuannya. Dengan demikian, sia-sialah makhluk
di hadapannya dan menjadi lemah, tidak mampu, untuk mendatangkan sesuatu yang
serupa dengannya.
Adapun mengenai
segi atau kadar manakah yang mukjizat itu, maka jika seorang penyelidik yang
objektif dan mencari kebenaran memperhatikan al-Qur’an dari aspek manapun yang
ia sukai, segi uslubnya, segi ilmu pengetahuannya, segi pengaruh yang
ditimbulkannya di dalam dunia dan wajah sejarah yang diubahnya, atau semua segi
tersebut, tentu kemukjizatan itu ia dapatkan dan terang.
Dan sudah sepantasnya
bila dibawah ini kami membicarakan tiga macam aspek kemukjizatan al-Qur’an,
aspek bahasa, aspek ilmiah dan aspek tasyri’ (penetapan hukum).
H. Kemukjizatan
Bahasa
Bahasa yang dikandung oleh al-Qur’an adalah bahasa yang
mana orang Arab tidak mampu untuk menandinginya, dan bahasa itu tidak keluar
dari aturan-aturan kalam mereka, baik lafaz dan huruf-hurufnya maupun susunan
dan uslubnya. Akan tetapi al-Qur’an jalinan huruf-hurufnya serasi, ungkapannya
indah, uslubnya manis, ayat-ayatnya teratur, serta memperhatikan situasi dan
kondisi dalam berbagai macam bayannya, baik dalam jumlah ismiyah maupun
fi’liyah-nya, dalam nafi’ dan isbat-nya, dalam zikr dan hazf-nya, dalam tankir
dan ta’rif-nya, dalam taqdim dan ta’khir-nya, dalam itnab dan I’jaz-nya, dalam
umum dan khususnya, dalam muthlaq dan muqayyad-nya, dalam nas dan fahwa-nya,
maupun dalam hal lainnya. Dalam hal-hal tersebut dan yang serupa al-Qur’an
telah mencapai puncak tertinggi yang tidak sanggup kemampuan bahasa manusia
untuk menghadapinya.
Setiap manusia memusatkan perhatiannya pada al-Qur’an, ia
tentu akan mendapatkan rahasia-rahasia kemukjizatan aspek bahasanya tersebut.
Ia dapatkan kemukjizatan itu dalam keteraturan bunyinya yang indah melalui nada
huruf-hurufnya ketika ia mendengar harakat dan sukunnya, madd dan ghunnahnya,
fasilah dan maqta’nya, sehingga telinga tidak pernah merasa bosan, bahkan ingin
senantiasa terus mendengarnya.
Kemukjizatan itu pun dapat ditemukan dalam lafaz-lafaznya
yang memenuhi hak setiap makna pada tempatnya. Tidak satupun diantara
lafaz-lafaz itu yang dikatakan sebagai kelebihan. Juga tak ada seseorang
peneliti terhadap suatu tempat (dalam al-Qur’an) menyatakan bahwa pada tempat
itu perlu ditambahkan sesuatu lafaz karena ada kekurangan.
Orang Arab tidak mempunyai kalam yang mencakup fashahah,
gharabah (keanehan), rekayasa yang indah, makna yang halus dan faedah yang
berlimpah, hikmah yang meruah, keserasian balagah dan keterampilan bara’ah
sebanyak dan dalam kadar seperti itu. Kata-kata hikmah (bijak) mereka hanyalah beberapa
kata dan sejumlah lafaz. Dan para penyairnya pun hanya mampu mengubah beberapa
buah qasadah. Itupun mengandung kerancuan dan kontradiksi serta pemaksaan dan
kekaburan. Sedangkan al-Qur’an, yang sedemikian banyak dan panjang,
ke-fasahahannya senantiasa indah dan serasi, sesuai dengan apa yang digambarkan
Allah:
“Allah telah
menurunkan yang paling baik (yaitu) al- yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya,
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah.”
(Az-Zumar: 23), dan:
“Dan sekiranya
al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah tentulah mereka mendapatkan pertentangan
yang banyak di dalamnya.” (an-Nisa’: 82)
Betapa menakjubkan rangkain al-Qur’an dan betapa indah
susunannya. Tak ada kontradiksi dan perbedaan di dalamnya, padahal ia
membeberkan banyak segi yang dicakupnya, seperti kisah dan nasihat,
argumentasi, hikmah dan hukum, tuntunan dan peringatan, janji dan ancaman,
kabar gembira dan berita duka, serta akhlak mulia, pekerti tinggi, perilaku
baik dan lain sebagainya.
I. Kemukjizatan
Ilmiah
Kemukjizatan al-Qur’an bukanlah terletak pada
pencakupannya akan teori-teori yang selalu baru dan berubah serta merupakan
hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi ia terletak pada
dorongannya untuk berpikir dan menggunakan akal. Al-Qur’an mendorong manusia
agar memperhatikan dan memikirkan alam. Ia tidak mengembiri aktivitas dan
kreatifitas akal dalam memikirkan alam semesta, atau menghalanginya dalam
penambahan ilmu pengetahuan yang dapat dicapainya. Dan tidak ada sebuah pun
dari kitab-kitab agama terdahulu memberikan jaminan demikian seperti yang
diberikan oleh al-Qur’an.
Allah berfirman:
Ø “Demikianlah kami
menjelaskan tanda-tanda kekuasasan (kami) kepada orang-orang yang berpikir.”
(Yunus: 24),
Ø “Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.” (Ar-Ra’d: 3),
Ø “Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kebesaran (kami)
kepada kaum yang mengetahui.”
(Al-A’raf: 32),
Ø “Sungguh kami telah
menjelaskan tanda-tanda kebesaran kami kepada kaum yang mengetahui.”
(Al-An’am: 97), dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan
tentang hal tersebut.
Demikianlah Kemukjizatan al-Qur’an secara ilmiah ini
terletak pada dorongannya kepada umat islam untuk berpikir disamping membukakan
bagi mereka pintu-pintu pengetahuan dan mengajak mereka memasukinya, maju di
dalamnya dan menerima segala ilmu pengetahuan baru yang mantap, stabil.
Disamping hal-hal diatas di dalam al- terdapat isyarat-isyarat ilmiah yang
diungkapkan dalam konteks hidayah. Misalnya, Pada darah yang sempurna terdapat
25 triliyun sel darah merah untuk memindahkan oksigen dan 25 milyar sel darah
putih untuk memperbaiki kerusakan dan imunitas tubuh. Di samping itu, terdapat
triliyunan saringan darah, untuk mencegah pecahnya pembuluh darah kerena adanya
pembekuan pada beberapa pembuluh darah. Pada awalnya, sel ini terbentuk pada
pangkal tulang yang mengalirkan 2.500.000 sel darah merah dalam satu detik, 5
juta keping dan 110.000 sel darah putih. Semua itu penting untuk menghasilkan
elemen-elemen darah yang kemudian tumbuh berlipat ganda. Fungsi ini fluktuatif
dan semakin menurun ketika usia seseorang semakin tua. Ayat berikut ini
menggambarkan kondisi ketika usia mencapai sekitar 30-50 tahun:
Ia (zakaria) berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban. Aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada-Mu, ya Tuhanku.”
(QS. Maryam: 4).
Allah SWT. Berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ
"Dan diantara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan langit dan bumi dan perbedaan bahasa
dan warna kulitmu. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Ar-Rum: 22).
J. Kemukjizatan
Tasyri
Al-Qur’an adalah menyucikan jiwa seorang Muslim dengan
akidah tauhid yang menyelamatkannya dari kekuasaan khurafat dan waham, dan
memecahkan belenggu perbudakan hawa nafsu dan syahwat, agar ia menjadi hamba
Allah yang ikhlas yang hanya tunduk kepada Tuhan, pencipta yang Disembah.
Qur’an juga menanamkan rasa tinggi hati kepada selain Dia, sehingga tidak
membutuhkan makhluk, melainkan khalik yang mempunyai kesempurnaan mutlak dan
memberikan kebaikan kepada seluruh makhluk-Nya. Dialah Khalik Yang Tunggal,
Tuhan Yang Esa, Yang Pertama dan Yang Terakhir, Mahakuasa atas segala sesuatu,
Mahatau dan Meliputi segalanya, serta tidak ada sesuatu pun serupa dengan-Nya.
Apabila akidah seorang muslim telah benar, maka ia wajib
menerima segala syari’at al-Qur’an baik menyangkut kewajiban maupun ibadah.
Setiap ibadah yang difardlukan dimaksudkan untuk kebaikan individu, dan
disamping itu ibadah pun erat kaitannya dengan kebaikan kelompok (masyarakat).
Ringkasnya, al-Qur'an merupakan Dustur Tasyri' paripurna
yang menegakkan kehidupan manusia di atas dasar konsep yang paling utama. Dan
kemukjizatan Tasyri nya ini bersama dengan kemukjizatan ilmiah dan kemukjizatan
bahasanya akan senantiasa eksis untuk selamanya dan tidak seorang pun dapat mengingkari
bahwa al-Qur'an telah memberikan pengaruh besar yang dapat mengubah wajah
sejarah dunia.[10]
BAB III
PENUTUP
v Kesimpulan
Makki adalah yang
diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan dimekkah. Madani adalah yang turun
sesudah hijrah meskipun bukan di madinah yang diturunkan sesudah hijrah
sekalipun dimekkah atau Arafah adalah madani. Makki adalah yang turun di mekkah
dan sekitarnya. Seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madani ialah yang
turun di madinah dan sekitarnya. Seperti Uhud, Quba` dan Sil`. Pendapat ini
mengakibatkan tidak adanya pembagian secara konkrit yang mendua.
Secara Etimologi Kata
mukjizat berasal dari kata bahasa Arab yang berarti melemahkan, dari kata
‘ajaza (lemah). Mukjizat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan
sebagai "kejadian ajaib yang susah
dijangkau oleh kemampuan akal manusia". Dalam aqidah Islam mukjizat
dimaknakan sebagai suatu peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan yang
digunakan untuk mendukung kebenaran kenabian seorang nabi dan/atau kerasulan seorang
rasul, sekaligus melemahkan lawan-lawan/musuh-musuh yang meragukan
kebenarannya. Pengertian ini terkait dengan kehadiran seorang nabi atau rasul.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Al-Qattan Manna Khalil,
Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Halim jaya,
Jakarta:2009
Daulay Nasrun Jami, Ulum
Al-Qur’an, Cita Pustaka, Medan:2010
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) Edisi II, Balai Pustaka,
Jakarta:1995
http://anatomi-alquran.blogspot.com/p/pengertian-makkiyah.html
http://heavybomber.blogspot.com
http://id.wikipedia.org
http://mukjizatal-quran.blogspot.com
http://niswatulhamida.blogspot.com
[1]
http://heavybomber.blogspot.com/2013/09/ayat-makkiyah-dan-madaniyah.html/
Diakses 3 Oktober 2014
[4] Surat Fath
turun dalam perjalanan. Dan firman Allah: “Kalau yang kamu serukan kepada
mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak beberapa
jauh, pasti mereka akan mengikutimu.” (At-Taubah: 42), turun di tabuk.