Rabu, 29 Oktober 2014

Ilmu Makkiyah dan Madaniyah, Serta Mukji'zat Al-Qur'an



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Semua Bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan pemikiran dan sendi-sendi kebudayaanya. Demikian juga umat islam amat memperhatikan kelestarian Risalah Muhammad yang memuliakan semua Umat Manusia. Itu disebabkan risalah Muhammad bukan sekedar risalah ilmu atau pembaharuan yang hanya diperhatikan sepanjang diterima akal dan mendapat respon manusia; tetapi, diatas itu semua, ia agama yang melekat pada akal dan terpatri dalam hati.
Oleh sebab itu kita dapati pengemban petunjuk yang terdiri atas para sahabat, tabi’in, dan generasi sesudahnya meneliti dengan cermat tempat turunnya Al-Qur’an ayat-demi ayat, baik dalam hal waktu maupun tempatnya. Penelitian ini merupakan pilar kuat dalam sejarah perundang-undangan yang menjadi landasan bagi para peneliti untuk mengetahui metode dakwah, macam-macam seruan, dan keagungan Mukzizat Alquran, serta yang membedakan tempat turunya Al-Qur’an.
2.      Rumusan Masalah
a)      Pengertian Surah Makkiyah Beserta Kandungannya.
b)      Pengertian Surah Madaniyah dan yang membedakannya dengan Ayat Makkiyah.
c)      Pembahasan Kemukzizatan Alqur’an beserta Aspek-aspeknya.

3.      Tujuan Pembahasan
Mahasiswa mampu mengetahui serta memahami Isi Kandungan Al-Qur’an tentang Surah Maki dan Madani beserta Perbedaanya dan juga memahami Kemukzizatan Al-Qur’an.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Defenisi Makkiyah dan Madaniyah
Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan dimekkah. Madani adalah yang turun sesudah hijrah meskipun bukan di madinah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun dimekkah atau Arafah adalah madani. Makki adalah yang turun di mekkah dan sekitarnya. Seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madani ialah yang turun di madinah dan sekitarnya. Seperti Uhud, Quba` dan Sil`. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara konkrit yang mendua.
Makki ialah yang seruannya ditujukan kepada penduduk mekkah, dan madani ditujukan kepada penduduk madinah. Berdasarkan pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Qur`an yang mengandung seruan yaa ayyuhannas (wahai manusia) adalah makki, sedang ayat yang mengandung seruan yaa ayyu halladziina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman) adalah madani. Namun melalui pengamatan cermat, nampak bagi kita bahwa kebanyakan surah Qur`an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu, dan ketentuan demikianpun tidak konsisten. Misalnya surah baqarah itu madani, tetapi didalamnya terdapat ayat makki.[1]

B.     Ketentuan Serta Ciri Khas Makkiyah dan Madaniyah
Para ulama telah meneliti surah-surah makki dan madani, menyimpulkan beberapa ketentuan analogis bagi keduanya yang menerangkan ciri-ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakannya. Melalui ini mereka dapat menghasilkan kaedah-kaedah dengan ciri-ciri tersebut.
1.      Ketentuan Surah Makkiyah
a)      Setiap surah yang didalamnya mengandung `sajdah` maka surah itu makki. Setiap surah yang mengandung lafaz `kalla` berarti makki. Lafaz ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari Qur`an dan di sebutkan sebanyak tiga puluh tiga kali dalam lima belas surah.
b)      Setiap surah yang mengandungi yaa ayyuhan naas dan tidak mengandungi yaa ayyuhal ladzinaa amanuu, berarti makki. Kecuali surah al-Hajj yang pada akhir surah terdapat ayat yaa ayyuhal ladziina amanuur ka`u wasjudu. Namaun demikian sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah makki.
c)      Setiap surah yang menngandung kisah para nabi umat terdahulu adalah makki, kecuali surah baqarah.
d)     Setiap surah yang mengandung kisah Adam dan iblis adalah makki, kecuali surat baqarah.
e)      Setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan seperti alif lam mim, alif lam ra, ha mim dll, adalah makki. Kecuali surah baqarah dan ali-imran, sedang surah Ra`ad masih diperselisihkan.

2.      Tema dan Gaya Bahasa Surah Makkiyah
Dari segi ciri tema dan gaya bahasa, ayat makky dapatlah diringkas sebagai berikut :
a)      Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan siksanya, surga dan nikmatnya, argumentasi dengan orang musyrik dengan menggunkan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniah.
b)      Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan ahlak mulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zalim. Penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.
c)      Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelaran bagi mereka sehingga megetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan buat Rasulullah SAW sehingga ia tabah dalam mengadapi gangguan dari mereka dan yakin akan menang.
d)     Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras. Menggetarkan hati, dan maknanya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah, seperti surah-surah yang pendek-pendek dan perkecualiannya hanya sedikit.

3.      Ketentuan Surah Madaniyah
a)      Setiap surah yang berisi kewajiban atau had (sanksi) adalah madani.
b)      Setiap surah yang didalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah madani, kecuali surah al-ankabut adalah makki.
c)      Setiap surah yang didalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab adalah madani

4.      Tema dan Gaya Bahasa Surah Madaniyah
Dari segi ciri khas, tema dan gaya bahasa, dapatlah diringkaskan sebagai berikut:
a)      Menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan internasiaonal baik diwaktu damai maupun perang, kaidah hukum dan masalah perundang-undangan.
b)      Seruan terhadap ahli kitab, dari kalangan yahudi dn nasrani. Dan ajakan kepada mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka, terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran, dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki diantara sesama mereka.
c)      Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisi kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
d)     Suku kata dan ayat-ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.[2]

C.    Perbedaan Makki dan Madani
Para ulama mempunyai tiga cara pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.

1.      Dari Segi Waktu Turunnya
Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan dimekkah. Madani adalah yang turun selepas hijrah meskipun bukan di madinah yang diturunkan selepas hijrah sekalipun dimekkah atau Arafah adalah madani. Seperti yang diturunkan pada tahun penakhlukan Kota Mekkah, misalnya firman Allah:
¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr&. . . .
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak. . . .” (An-Nisa: 58).[3]
2.      Dari Segi Tempat Turunnya
Makki adalah yang turun di Mekkah dan sekitarnya. Seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madani ialah yang turun di madinah dan sekitarnya. Seperti Uhud, Quba` dan Sil`. Pendapat ini mengakibatkan tidak ada pembahagian secara konkrit yang mendua. Sebab yang turun dalam perjalanan, di Tabukh atau di Baitul Maqdis tidak termasuk kedalam salah satu bagiannya,[4] sehingga ia tidak dinamakan makki ataupun madani. Juga mengakibatkan bahwa yang diturunkan dimakkah sesudah hijrah disebut makki.
3.      Dari Segi Pembicaraan.
 Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk mekkah dan madani ditujukan kepada penduduk madinah. Berdasarkan pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Qur`an yang mengandung seruan ya ayyuhannas (wahai manusia) adalah makki, sedang ayat yang mengandung seruan yaa ayyu halladziina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman) adalah madani. Namun melalui pengamatan cermat, nampak bagi kita bahwa kebanyakan surah Qur`an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu, dan ketentuan demikian pun tidak konsisten. Misalnya surah baqarah itu madani, tetapi didalamnya terdapat ayat:
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ  
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 21), dan firman-Nya:
$ygƒr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qè=ä. $£JÏB Îû ÇÚöF{$# Wx»n=ym $Y7ÍhsÛ Ÿwur (#qãèÎ6®Ks? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNä3s9 Arßtã îûüÎ7B ÇÊÏÑÈ  
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 168).
Berikut adalah Tujuh perbedaan antara Surat Makkiyah dan Surat Madaniyah[5]:
No
                 Surat Makkiyah
Surat Madaniyah
1
Penuh dengan syair dan ungkapan perasaan
Mendalam, kuat, dan kokoh
2
Menggunakan kalimat yang sangat fasih dan baligh
Menggunakan kalimat-kalimat ushul dan ungkapan-ungkapan undang-undang (syariah)
3
Berisi nasihat, bimbingan, tauhid dan Hari Kiamat, sejarah umat-umat terdahulu, dan azab
Berisi hudud, fara’idh, dan hukum
4
Menggunakan banyak pemisah dan biasanya pendek-pendek
Tidak terlalu banyak menggunakan sajak dan pemisah, dan pemisahnya selalu panjang
5
Tidak berisi debat dan dialog dengan kaum Yahudi dan Nasrani
Banyak berisi debat dan dialog dengan kaum Yahudi dan Nasrani
6
Mengandung sedikit saja perintah untuk amal dan ibadah, fokusnya pada masalah akidah dan tauhid
Mengandung perintah untuk beramal dan beribadah
7
Tidak membahas masalah jihad, hanya membahas soal dakwah, tablig, nasihat, dan kata-kata yang halus
Mengandung perintah untuk berjihad, menjelaskan hukum jihad dengan perintah dakwah, tablig, dan irsyad
D.    Faedah Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
Pengetahuan tentang Makki dan Madani banyak Faedahnya, diantaranya:
1.      Untuk Dijadikan Alat Bantu dalam Menafsirkan Al-Qur’an
Pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tesebut dan mentafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafaz, bukan sebab yang Khusus. Berdasarkan hal itu seorang penafsir dapat membedakan antara ayat yang Nasikh dengan yang Mansukh bila diantara kedua ayat terdapat makna yang Kontradiktif. Yang datang kemudian tentu merupakan nasikh atas yang terdahulu.[6]
2.      Meresapi Gaya Al-Qur’an dalam Metode Bedakwah
Setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri. Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi, merupakan arti paling khusus dalam ilmu retorika. kritik gaya bahasi Makki dan Madani dalam Qur’an pun memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kejiwaan lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaaanya serta mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan. Hal ini yang demikian nampak jelas dalam berbagai cara Qur’an menyeru berbagai golongan, seperti: “Orang yang beriman, yang musrik, yang munafik ,dan ahli Kitab.
3.      Mengetahui Sejarah Hidup Nabi Melalui Ayat-Ayat Qur’an
Turunya wahyu kepada Rasulullah  sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik dalam periode Mekah maupu  Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan. Qur’an adalah sumber pokok bagi kehidupan Rasulullah. Peri hidup beliau yang diriwayatkan ahli sejarah harus sesuai dengan Qur’an; dan Qur’anpun memberikan kata putus terhadap perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan.[7]

E.     Defenisi Mukzizat
Mukjizat, mu'jizat المعجزات (Baca: al-Mu'jizat), bermakna "suatu kejadian/ peristiwa/fenomena yang luar biasa atau di luar kebiasaan dan/atau yang secara normal tidak dapat dilakukan oleh manusia atau oleh mesin buatan manusia maupun oleh makhluk hidup ciptaan Tuhan, sehingga secara meyakinkan hanya dapat dilakukan oleh kuasa Tuhan sendiri." Selain dari itu, suatu kejadian yang luar biasa mungkin saja merupakan sesuatu hal atau temuan yang baru maka itu bukanlah mukjizat dan jika dikemudian hari hal tersebut menjadi pengetahuan yang dapat dikuasai oleh manusia sehingga banyak orang atau mesin buatan manusia dapat mengulangi kejadian/peristiwa/fenomena serupa, maka kejadian/peristiwa/fenomena tersebut tetap tidak dapat dikategorikan atau digolongkan sebagai mukjizat.
Secara Etimologi Kata mukjizat berasal dari kata bahasa Arab yang berarti melemahkan, dari kata ‘ajaza (lemah). Mukjizat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai "kejadian ajaib yang susah dijangkau oleh kemampuan akal manusia".[8] Dalam aqidah Islam mukjizat dimaknakan sebagai suatu peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan yang digunakan untuk mendukung kebenaran kenabian seorang nabi dan/atau kerasulan seorang rasul, sekaligus melemahkan lawan-lawan/musuh-musuh yang meragukan kebenarannya. Pengertian ini terkait dengan kehadiran seorang nabi atau rasul.
Rasul di dalam menyampaikan ajarannya seringkali mendapatkan pertentangan dari masyarakatnya. Misalnya, ajarannya dianggap obrolan bohong (dusta), bahkan seringkali dianggap sebagai tipu daya (sihir). Oleh karenanya, untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulan tersebut sekaligus untuk melemahkan tuduhan para penentangnya maka para nabi dan rasul diberi kelebihan berupa peristiwa besar yang luar biasa yang disebut dengan mukjizat.[9]

F.     Al-Qur’an Sebagai Mukzizat
Al-Qur’an al-Karim dalam ini sebagai Mukzizat yang diturunkan Allah S.W.T. kepada Nabi Muhammad untuk menentang orang-orang Arab tetapi mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tingi tingkat fasahahdan  balaqahn-nya. Hal ini tiada lain karena Qur’an adalah Mukzizat. Rasulullah telah meminta orang Arab menandingi Qur’an dalam tiga Tahapan:
1.      Menentang mereka dengan seluruh Qur’an dalam ushiub umum yang meliputi orang Arab sendiri dan orang lain, manusia dan Jin, dengan tantangan yang mengalahkan kemampuan mereka secara padu melalui firmannya:
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù'tƒ È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù'tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß ÇÑÑÈ  
“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (Al-Isra: 88)

2.      Menentang mereka dengan sepuluh Surah saja dari Qur’an, dalam firmannya:
Bahkan mereka mengatakan: ‘Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu’, Katakanlah: ‘(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar’. Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu Maka ketahuilah, Sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu[713] Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah).” (Hud: 13-14).

3.      Menentang mereka dengan satu surah saja dari Qur’an, dalam Firmannya:
Atau (patutkah) mereka mengatakan Muhammad membuat-buatnya.’ Katakanlah: (Kalau benar yang kamu katakan itu)’, Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (Yunus: 38). Tantangan ini di ulang lagi dalam firmannya:
Dan jika kamu (tetap) dalam keadaan ragu tentang al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surah (saja) yang semisal al-Qur’an itu…” (Al-Baqarah: 23).
Kelemahan orang Arab untuk menandingi al-Qur’an padahal mereka memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada pada puncak keremajaan dan kejayaannya.

G.    Makna Mukjizat Al-Qur'an
Jika kita berkata "Mukjizat al-Qur'an", ini berarti bahwa mukjizat (bukti kebenaran) tersebut adalah mukjizat yang dimiliki atau yang terdapat di dalam al-Qur'an, bukannya bukti kebenaran yang datang dari luar al-Qur'an atau faktor luar. Dari konteks uraian al-Qur'an, maka yang dimaksud dengan "al-Qur'an" adalah minimal satu surah walau pendek, atau tiga ayat atau satu ayat yang penjang seperti ayat "al-Kursi"
1.      Memahami Kemukjizatan al-Qur'an
Pertama, kepribadian Nabi Muhammad SAW untuk membuktikan kebenaran seorang Nabi tidak harus melalui mukjizat yang dipaparkannya, tetapi juga dapat dibuktikan dengan mengenal kepribadian, kehidupan keseharian, akhlak, dan budi pekertinya. Kedua, kondisi masyarakat saat turunnya al-Qur'an. al-qur'an menamai masyarakat Arab sebagai masyarakat ummiyyin. walaupun demikian, ini bukan berarti masyarakat Arab yang dijumpai al-Qur'an pertama kali sama sekali tidak mempunyai pengetahuan, bahkan, mereka memiliki pengetahuan antara lain dalam bidang: Astronomi, meteorologi, sedikit tentang umat sekitarnya, pengobatan berdasar dari pengalaman perdukunan dan semacamnya bahasa dan sastra. Ketiga, masa dan cara kehadiran al-Qur'an, konteks pembuktian kemukjizatan al-Qur'an ada dua hal yaitu:           a) Kehadiran wahyu al-Qur'an di luar kehendak Nabi SAW.
b) Kehadirannya secara tiba-tiba.

2.      Kemukzizatan Al-Qur’an Bagi Bangsa-Bangsa Lain
Kemukjizatan al-Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di sepanjang zaman dan akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri-misteri alam yang disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari fenomena hakikat-hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri alam wujud yang merupakan bukti bagi eksistensi Pencipta dan Perencananya. Dan inilah apa yang dikemukakan secara global atau diisyaratkan oleh al-Qur’an. Dengan demikian, al-Qur’an tetap merupakan mukjizat bagi seluruh umat manusia.
Maka dapat disimpulkan dari keterangan tersebut bahwa al-Qur’an itu mukjizat karena ia datang dengan lafaz-lafaz yang paling fasih, dalam susunan yang paling indah dan mengandung makna-makna yang paling valid, sahih, seperti peng-Esa-an Allah, penyucian sifat-sifat-Nya, ajakan taat kepada-Nya, penjelasan cara beribadah kepada-Nya, dengan menerangkan hal yang dihalalkan dan diharamkan, dilarang dan dibolehkan; juga seperti nasihat dan bimbingan, amar ma’ruf, nahi mungkar, serta bimbingan akhlak yang baik dan larangan dari akhlak buruk.
Semua hal-hal di atas diletakkannya pada tempatnya masing-masing sehingga tidak tampak ada sesuatu lain yang lebih baik daripadanya, dan tidak bisa dibayangkan dalam imajinasi akal ada sesuatu lain yang lebih pantas daripadanya, Di samping itu, ia juga memuat berita tantang sejarah manusia pada abad-abad silam dan azab yang diturunkan Allah kepada orang-orang durhaka dan menentang-Nya diantara mereka. Juga ia menceritakan tentang realitas-realitas yang akan terjadi jauh sebelum terjadi, mengemukakan secara lengkap argumentasi dan hal yang diberi argumentasi, dalil atau bukti dan hal yang dibuktikannya, agar dengan demikian ia lebih kuat, mantap, dalam menetapkan kewajiban yang diperintahkannya dan larangan yang dicegahnya, sebagaimana diserukan dan diberitakannya.
Jelaslah bahwa mendatangkan hal-hal seperti itu lengkap dengan berbagai ragamnya hingga tersusun rapi dan teratur, merupakan sesuatu yang tidak disanggupi kekuatan manusia dan di luar jangkauan kemampuannya. Dengan demikian, sia-sialah makhluk di hadapannya dan menjadi lemah, tidak mampu, untuk mendatangkan sesuatu yang serupa dengannya.
Adapun mengenai segi atau kadar manakah yang mukjizat itu, maka jika seorang penyelidik yang objektif dan mencari kebenaran memperhatikan al-Qur’an dari aspek manapun yang ia sukai, segi uslubnya, segi ilmu pengetahuannya, segi pengaruh yang ditimbulkannya di dalam dunia dan wajah sejarah yang diubahnya, atau semua segi tersebut, tentu kemukjizatan itu ia dapatkan dan terang.
Dan sudah sepantasnya bila dibawah ini kami membicarakan tiga macam aspek kemukjizatan al-Qur’an, aspek bahasa, aspek ilmiah dan aspek tasyri’ (penetapan hukum).

H.    Kemukjizatan Bahasa
Bahasa yang dikandung oleh al-Qur’an adalah bahasa yang mana orang Arab tidak mampu untuk menandinginya, dan bahasa itu tidak keluar dari aturan-aturan kalam mereka, baik lafaz dan huruf-hurufnya maupun susunan dan uslubnya. Akan tetapi al-Qur’an jalinan huruf-hurufnya serasi, ungkapannya indah, uslubnya manis, ayat-ayatnya teratur, serta memperhatikan situasi dan kondisi dalam berbagai macam bayannya, baik dalam jumlah ismiyah maupun fi’liyah-nya, dalam nafi’ dan isbat-nya, dalam zikr dan hazf-nya, dalam tankir dan ta’rif-nya, dalam taqdim dan ta’khir-nya, dalam itnab dan I’jaz-nya, dalam umum dan khususnya, dalam muthlaq dan muqayyad-nya, dalam nas dan fahwa-nya, maupun dalam hal lainnya. Dalam hal-hal tersebut dan yang serupa al-Qur’an telah mencapai puncak tertinggi yang tidak sanggup kemampuan bahasa manusia untuk menghadapinya.
Setiap manusia memusatkan perhatiannya pada al-Qur’an, ia tentu akan mendapatkan rahasia-rahasia kemukjizatan aspek bahasanya tersebut. Ia dapatkan kemukjizatan itu dalam keteraturan bunyinya yang indah melalui nada huruf-hurufnya ketika ia mendengar harakat dan sukunnya, madd dan ghunnahnya, fasilah dan maqta’nya, sehingga telinga tidak pernah merasa bosan, bahkan ingin senantiasa terus mendengarnya.
Kemukjizatan itu pun dapat ditemukan dalam lafaz-lafaznya yang memenuhi hak setiap makna pada tempatnya. Tidak satupun diantara lafaz-lafaz itu yang dikatakan sebagai kelebihan. Juga tak ada seseorang peneliti terhadap suatu tempat (dalam al-Qur’an) menyatakan bahwa pada tempat itu perlu ditambahkan sesuatu lafaz karena ada kekurangan.
Orang Arab tidak mempunyai kalam yang mencakup fashahah, gharabah (keanehan), rekayasa yang indah, makna yang halus dan faedah yang berlimpah, hikmah yang meruah, keserasian balagah dan keterampilan bara’ah sebanyak dan dalam kadar seperti itu. Kata-kata hikmah (bijak) mereka hanyalah beberapa kata dan sejumlah lafaz. Dan para penyairnya pun hanya mampu mengubah beberapa buah qasadah. Itupun mengandung kerancuan dan kontradiksi serta pemaksaan dan kekaburan. Sedangkan al-Qur’an, yang sedemikian banyak dan panjang, ke-fasahahannya senantiasa indah dan serasi, sesuai dengan apa yang digambarkan Allah:
Allah telah menurunkan yang paling baik (yaitu) al- yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah.” (Az-Zumar: 23), dan:
Dan sekiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya.” (an-Nisa’: 82)
Betapa menakjubkan rangkain al-Qur’an dan betapa indah susunannya. Tak ada kontradiksi dan perbedaan di dalamnya, padahal ia membeberkan banyak segi yang dicakupnya, seperti kisah dan nasihat, argumentasi, hikmah dan hukum, tuntunan dan peringatan, janji dan ancaman, kabar gembira dan berita duka, serta akhlak mulia, pekerti tinggi, perilaku baik dan lain sebagainya.

I.       Kemukjizatan Ilmiah
Kemukjizatan al-Qur’an bukanlah terletak pada pencakupannya akan teori-teori yang selalu baru dan berubah serta merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi ia terletak pada dorongannya untuk berpikir dan menggunakan akal. Al-Qur’an mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Ia tidak mengembiri aktivitas dan kreatifitas akal dalam memikirkan alam semesta, atau menghalanginya dalam penambahan ilmu pengetahuan yang dapat dicapainya. Dan tidak ada sebuah pun dari kitab-kitab agama terdahulu memberikan jaminan demikian seperti yang diberikan oleh al-Qur’an.

Allah berfirman:
Ø  Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasasan (kami) kepada orang-orang yang berpikir.” (Yunus: 24),
Ø  Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Ar-Ra’d: 3),
Ø  Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kebesaran (kami) kepada kaum yang mengetahui.” (Al-A’raf: 32),
Ø  Sungguh kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran kami kepada kaum yang mengetahui.” (Al-An’am: 97), dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal tersebut.
Demikianlah Kemukjizatan al-Qur’an secara ilmiah ini terletak pada dorongannya kepada umat islam untuk berpikir disamping membukakan bagi mereka pintu-pintu pengetahuan dan mengajak mereka memasukinya, maju di dalamnya dan menerima segala ilmu pengetahuan baru yang mantap, stabil. Disamping hal-hal diatas di dalam al- terdapat isyarat-isyarat ilmiah yang diungkapkan dalam konteks hidayah. Misalnya, Pada darah yang sempurna terdapat 25 triliyun sel darah merah untuk memindahkan oksigen dan 25 milyar sel darah putih untuk memperbaiki kerusakan dan imunitas tubuh. Di samping itu, terdapat triliyunan saringan darah, untuk mencegah pecahnya pembuluh darah kerena adanya pembekuan pada beberapa pembuluh darah. Pada awalnya, sel ini terbentuk pada pangkal tulang yang mengalirkan 2.500.000 sel darah merah dalam satu detik, 5 juta keping dan 110.000 sel darah putih. Semua itu penting untuk menghasilkan elemen-elemen darah yang kemudian tumbuh berlipat ganda. Fungsi ini fluktuatif dan semakin menurun ketika usia seseorang semakin tua. Ayat berikut ini menggambarkan kondisi ketika usia mencapai sekitar 30-50 tahun:
Ia (zakaria) berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban. Aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada-Mu, ya Tuhanku.” (QS. Maryam: 4).
Allah SWT. Berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan langit dan bumi dan perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Ar-Rum: 22).

J.      Kemukjizatan Tasyri
Al-Qur’an adalah menyucikan jiwa seorang Muslim dengan akidah tauhid yang menyelamatkannya dari kekuasaan khurafat dan waham, dan memecahkan belenggu perbudakan hawa nafsu dan syahwat, agar ia menjadi hamba Allah yang ikhlas yang hanya tunduk kepada Tuhan, pencipta yang Disembah. Qur’an juga menanamkan rasa tinggi hati kepada selain Dia, sehingga tidak membutuhkan makhluk, melainkan khalik yang mempunyai kesempurnaan mutlak dan memberikan kebaikan kepada seluruh makhluk-Nya. Dialah Khalik Yang Tunggal, Tuhan Yang Esa, Yang Pertama dan Yang Terakhir, Mahakuasa atas segala sesuatu, Mahatau dan Meliputi segalanya, serta tidak ada sesuatu pun serupa dengan-Nya.
Apabila akidah seorang muslim telah benar, maka ia wajib menerima segala syari’at al-Qur’an baik menyangkut kewajiban maupun ibadah. Setiap ibadah yang difardlukan dimaksudkan untuk kebaikan individu, dan disamping itu ibadah pun erat kaitannya dengan kebaikan kelompok (masyarakat).
Ringkasnya, al-Qur'an merupakan Dustur Tasyri' paripurna yang menegakkan kehidupan manusia di atas dasar konsep yang paling utama. Dan kemukjizatan Tasyri nya ini bersama dengan kemukjizatan ilmiah dan kemukjizatan bahasanya akan senantiasa eksis untuk selamanya dan tidak seorang pun dapat mengingkari bahwa al-Qur'an telah memberikan pengaruh besar yang dapat mengubah wajah sejarah dunia.[10]







BAB III
PENUTUP

v  Kesimpulan
Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan dimekkah. Madani adalah yang turun sesudah hijrah meskipun bukan di madinah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun dimekkah atau Arafah adalah madani. Makki adalah yang turun di mekkah dan sekitarnya. Seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madani ialah yang turun di madinah dan sekitarnya. Seperti Uhud, Quba` dan Sil`. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara konkrit yang mendua.
Secara Etimologi Kata mukjizat berasal dari kata bahasa Arab yang berarti melemahkan, dari kata ‘ajaza (lemah). Mukjizat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai "kejadian ajaib yang susah dijangkau oleh kemampuan akal manusia". Dalam aqidah Islam mukjizat dimaknakan sebagai suatu peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan yang digunakan untuk mendukung kebenaran kenabian seorang nabi dan/atau kerasulan seorang rasul, sekaligus melemahkan lawan-lawan/musuh-musuh yang meragukan kebenarannya. Pengertian ini terkait dengan kehadiran seorang nabi atau rasul.








DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim
Al-Qattan Manna Khalil, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Halim jaya, Jakarta:2009
Daulay Nasrun Jami, Ulum Al-Qur’an, Cita Pustaka, Medan:2010
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) Edisi II, Balai Pustaka, Jakarta:1995
http://anatomi-alquran.blogspot.com/p/pengertian-makkiyah.html
http://heavybomber.blogspot.com
http://id.wikipedia.org
http://mukjizatal-quran.blogspot.com
http://niswatulhamida.blogspot.com


[1] http://heavybomber.blogspot.com/2013/09/ayat-makkiyah-dan-madaniyah.html/ Diakses 3 Oktober 2014
[2] http://anatomi-alquran.blogspot.com/p/pengertian-makkiyah.html/Diakses 3 Oktober 2014
[3] Al-Qur’an Al-Karim
[4] Surat Fath turun dalam perjalanan. Dan firman Allah: “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak beberapa jauh, pasti mereka akan mengikutimu.” (At-Taubah: 42), turun di tabuk.
[5] http://niswatulha`mida.blogspot.com/Diakses 3 Oktober 2014
[6] Nasrun Jami’ Daulay, Ulum Al-Qur’an, hal.88
[7] Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Halim jaya, Jakarta:2009
[8] Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, Jakarta:2003
[9] http://id.wikipedia.org/wiki/Mukjizat/Diakses 3 Oktober 2014
[10] http://mukjizatal-quran.blogspot.com/Diakses 3 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar