A. Memahami
Manajemen Perubahan
1. Pengetian
Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis
dalam menerepkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk
memengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses tersebut
(Potts dan LaMarsh, 2004: 16).
Manajemen perubahan ditujukan untuk memberikan solusi bisnis
yang diperlukan dengan sukses dengan cara yang terorganisasi dan dengan metode
yang melalui pengelolaan dampak perubahan pada orang yang terlihat di
dalammnya.
Dengan menerapkan Manajemen perubahan, dapat
memperkirakan jumlah resistensi yang mungkin terjadi serta uang yang diperlukan
berkaitan dengan resistensi. Hal ini memungkinkan orang yang harusmelakukan
perubahan mengukur faktor penting, seperti apakah perubahan berharga untuk
dilakukan dan seberapa kemungkinan keberhasilan yang diperoleh. Memahami
mengaoa orang menolak berubah dan bagaimana mengatasi resistensi ini merupakan inti dari manajemen
perubahan.
2. Mitos
Manajemen Perubahan
Mitos manajemen perubahan dikemukakan Potts dan LaMarsh
adalah sebagai berikut:
a.
Orang
yang akan selalu menerima perubahan
Pandangan tersebut
tidak benar karena orang yang cendrung sering menolak perubahan, bahkan apabila
hal tersebut berakibat merugikan organisasi. Meskipun kita secara alamiah
merupakan makhluk yang bersifat adaftif, juga harus berhati-hati apabila
menghadapi sesuatu yang baru. Orang akan cendrung menunggu, melihat
perkembangan yang terjadi.
b.
Manajer
pada umumnya tahu bagaimana mengelola perubahan
Pada umumnya
terdapat keyakinan di antara eksekutif
senior bahwa mengelola perubahan akan terjadi secara otomatis karena terdapat
manajemen yang melihatnya. Namun, sebenarnya banyak manajer kekurangan
keterampilan dan training yang diperlukan untuk mengelola perubahan.
c.
Perubahan
pati terjadi, tidak harus dikelola
Mitos tersebut
tidak benar karena terlalu banyak faktor dapat dikumpulkan dan menyabot perubahan.
Studimenunjukan bahwa, tanpa manajemen perubahan, antara 50% - 75% dari proyek
perubahan manufaktur dan teknologi gagal; dan lebih dari 75% usaha
restrukturisasi bisnis tidak menghasilkan seperti diharapkan.
3. Pentingnya
Manajemen Perubahan
Penelitian yang
dilakukan The Institute of Management
tahun 1991 menunjukan bahwa 90% organisasi lebih ramping dan datar. Pada tahun
1992 dilaporkan bahwa 80% manajer merespons dengan merestrruktur perusahaanya
dalam lima tahun terakhir. Oleh karena itu, kita melihat dalam waktu yang
relatif pendek, kebanyakan organisasi dan pekerjaanya telah mengalami perubahan
secara substansial tentang apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka
melakukannya,
4. Pendekatan
Manajemen Perubahan
Terdapat dua
pendekatan utama untuk manajemen perubahan, yang dinamakan planned change (perubahan terencana) dan emergent change (perubahan
darurat). Pendekatan yang digunakan tergantung pada kondisi lingkungan ynag
dihadapi. Pada situasi tertentu planned change lebih tepat dan pada kondisi
lainnya, mungkin emergent change lebih cocok.
a.
Planned
Change
Seperti yang telah
didefenisikan di atas mengenai Planned
change, Bullock dan Batten mengemukakan bahwa untuk melakukan perubahan
terencana perlu dilakukan empat tindakan, yaitu:
Ø Exploration Phase (Fase Eksplorasi)
Ø Planning phase (Fase perencanaan)
Ø Action Phase (Fase tindakan)
Ø Integration phase (Fase tindakan)
b.
Emergent
Change (perubahan Darurat)
Dalam melakukan
emergent change. Pettigrew dan whipp mengusulkan model untuk mengelola
perubahan strategis dan operasional dengan melibatkan lima faktor yang saling
berkaitan, yaitu sebagai berikut:
1.
Environmental
Assesment (Penelusuaran lingkunag)
2.
Leading
change (Memimpin perubahan)
3.
Linking
srategic dan operational strategic
4.
Humn
Resources sebagai assaetss dan libialities
5.
Coherence
of purpose (Pertalian maksud)
B. Model
Manajemen perubahan
Burnes mengemukakan bahwa perubahan organisasional dapat
dilihat sebagai produk dari tiga proses organisasi yang bersifat
interdenpenden, antara lain:
1.
The
choice Proses, yang berkaitan dengan sifat, lingkup dan fokus pengambilan
keputusan
2.
The
trajectory process, yang berhubungan dengan masa lalu organisasi dan arah masa
depan dan hal tersebut terlihat seperti hasil dari visinya, maksud dan tujuan
masa depan
3.
The
Change process, yang mencakup pendekatan pada mekanisme untuk mencapai, dan
hasil perubahan
Ketiga proses tersebut saling tergantung satu sama lain
dan tidak terpisahkan. Proses ini saling bergantung karena proses perubahan itu
sendiri merupakan bagian integral dari trajectory process, dan pada gilirannya
merupakan bagian vital dari the choie process.
1. The
Choice Process (Proses Pilihan)
The Choice process
terbagi dalam tiga elemen, yaitu:
a.
Organizational context (Konteks organisasional)
b.
Focus of Choice (fokus pilihan)
c.
Organisasional Trajectory (Lintasan Organsasional)
2. The
Trajectory Process (Proses Lintasan)
Terdiri dalam tiga elemen sebagai berikut:
a.
Vision
(Visi)
b.
Strategy
(Strategi)
c.
Change
(Berubah)
3. The
Change Process (Proses Perubahan)
Proses perubahan terdiri dari tiga elemen yang saling
berkaitan, yaitu sebagai berikut:
a.
Objectives
and Outcomes (Tujuan dan Manfaat)
b.
Planning
the Change (Merencanakan Perubahan)
c.
People
C. Menyiapkan
perubahan organisasional
Perubahan tidak dapat serta merta dilakukan tanpa adanya
persiapan yang matang. Kebanyakan kegagalan perubahan adalah karena belum
siapnya kondisi untuk melakukan perubahan. Kondisi yang doperlukan untuk
mendukung terjadinya perubahan adalah:
1. Pemimpin
Dihargai dan Bekerja Efektif
Pemimpin yang buruk
pada umumnya tidak dihargai dan tidak mampu bekerja secara efektif. Mereka
tidak dapat mempertahankan pekerja yang baik dan tidak bisa memotivasi mereka
yang tetap tinggal.
2. Orang
Secara Peribadi Termotivasi Untuk Berubah
Motivasi adalah
sebagai hasil dari ketidakpuasan yang nyata terhadap status Quo dan adanya
keinginan kuat untuk sesuatu yang lebih baik. Tingkat kegugupan, ketakutan, dan
ketidaknyamanan menjadi penyubur untuk kesempatan perubahan.
3. Organisasi
tidak bersifat hierarkis dan orang terbiasa dengan pekerjaan dalam kolaborasi
Apabila organisasi
perlu menjalankan perubahan karena dorongan ekonomi, termasuk menjual aset
mengeluarkan orang, dan mereorganisasi sekitar inti yang dapat dikelola,
struktur hierarki tidak boleh jadi penghalang.
Kondisi suatu
organisasi untuk menjadi siap melakukan perubahan apabila ditunggu akan
memerlukan waktu lama, sehingga keinginan untuk melakukan perubahan tidak
segera terwujud. Untuk mengatasi hal tersebut Harvard Businessn Essentials menyarankan langkah sebagai berikut:
a.
Mengukur
kesiapan perubahan unit perunit
b.
Mengembangkan
pendekatan lebih partisippatif tentang bagaimana menangani urusan sehari-hari
c.
Memberi
kesempatan bagi para pekerja bersuara
d.
Menghilangkan
rasa takut
D. Perubahan
Oleh Menejer Menengah
Apabila prakarsa atau pelaksanaan perubahan dapat datang
dari beragai tingkatan manajemen, bahkan dari pekerja di lapisan bawah yan
tidak mempunyai posisi. maka sebagai konsekuennya adalah diperlukan adanya
dukungan dari atasan. Hal tersebut diperlukan karena pimpinan tertinggilah yang
berwenang mengalokasikan sumber daya yang diperlukan.
1. Masalah
Mengelola perubahan
relatif lebih muda dilakukan apabila dimulai dengan prakarsa dari puncak
organisasi. Persoalan juga tidak aka timbul apabila perubahan hanya mempunyai
pengaruh dalam bidang tanggung jawab tingkat manejer tertentu. Apabila
perubahan mempunyai dampak pada bidang diluar tanggung jawabnya, maka
diperlukan persetujuan dari atasan.
2. Gaining
a Champion (Memanfaatkan juara)
Champion
adalah individu yang mengeluarkan Gagasan untuk produk atau jasa baru dan
melakukan apapun yang dapat dilakukan dalam kekuasannya untuk memastikan
keberhasilan Inovasi. Dengan secara aktif mempromosikan gagasan,
mengkomunikasikan, dan memberikan inspirasi pada orang lain tentang Visi
mereka, serta Inovasi, Champion dapat membantu organisasi menyadari potensi dan
Inovasi.
3. Specialist
Task Forces (Gugus Tugas Spesialis)
Manajer tingkat
menengah, dalam melakukan perubahan di samping dapat memanfaatkan Champion,
dapat pula membentuk gugus tugas yang terdiri dari para spesialis dari berbagai
bidang Keahlian.
Andrew Pettigrew membagi
tahapan peranan gugus tugas spesialis yang dibentuk dalam proses
perubahanyaitu:
a.
Conception
(Konsepsi)
b.
Pioneering
(Perintisan)
c.
Selb-duobt
(Keraguan diri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar