Rabu, 22 Mei 2013

Menggagas Manajemen Syariah



BAB I
BISNIS DAN ETIKA
Bangkrutnya Lehman Brothers
Lehman Brothers merupakan perusahaan sekuritas keempat terbesar di Amerika Serikat (AS). Perusahaan yang berusia 158 tahun ini menjadi pialang utama dalam pasar sekuritas AS, bergerak di bidang bank investasi, perdagangan saham dan obligasi, riset pasar, manajemen investasi, ekuitas pribadi, serta layanan perbankan personal. Perusahaan ini di dirikan oleh Lehman bersaudara: Henry, emanuel, dan Mayer di Montgomery, Alabama pada tahun 1850. Lehman termasuk ke dalam daftar BusinessWeek “50 Best-performing companies in 2008”, ironisnya pada tahun 2008 pula Lehman Bangkrut. Sebanyak 28.000 kru yang bermarkas di New York kehilangan pekerjaannya.
Menurut Anthony Michael Sabino, profesor bisnis dari St John’s University AS, bangkrutnya Lehman akibat  kerakusan ingin meraup untung tanpa henti  dengan tidak memperhatikan risiko. Kebangkrutan Lehman dipicu oleh pembiayaan sektor perumahan AS, sekitar US$60 miliar. Sejak 2005, harga rumah di AS berjatuhan dan kemungkinan dana-dana yang ditanamkan tidak akan pernah kembali lagi. Akan tetapi, dana yang dipercayakan oleh investor malah dialokasikan ke sektor perumahan yang sebagian besar subprime mortgage, berikut produk derivasinya. Ketika suku bunga Fed tiba-tiba meningkat drastis, debitur subprime tidak bisa membayar kewajiban, sehingga memicu kebangkrutan massal. Noda dari pembiayaan perumahan ini merembet ke lini bisnis lainnya, antara lain: Neuberger Berman Inc. Aurora Loan Services Inc., SIB Mortgage Corporation, FSB, dan crossroads Group.
Akhirnya tidak ada lagi yang mau memberi dana pinjaman kepada Lehman. Mereka yang meminjamkan dana, secara bersama-sama menarik dananya dari Lehman bukan saja yang ditanamkan disekitar perumahan, tetapi juga disektor lain. Barclays plc (inggris) tidak mau membeli Lehman karena “bolong” keuangannya terlalu besar. Bank of America juga menolak dan memutuskan lebih baik membeli Merrill Lynch, yang juga sedang bangkrut. Harga saham Lehman jatuh menjadi hanya US$21 se dari US$67,73 setahun lalu, dan jatuhnya Lehman memicu jatuhnya saham di banyak negara.
Kebangkrutan Lehman Brothers  yang terbesar  sepanjang sejarah kebangkrutan AS dengan total utang US$613 miliar dan US$155 miliar utang obligasi, sementara aset yang dimiliki hanya sejumlah US$639 miliar. Kebangkrutan terbesar berikutnya adalah Worldcom Inc. (aset US$126 miliar) dan Enron Corp (aset US$81 miliar). Bangkrutnya Lehman membuat otoritas keuangan di AS berjaga-jaga dan terpaksa menyuntikkan  dana US$99,4 miliar, Bank of England menyuntikkan dana US$35,6 miliar, Swiss National Bank of menyiapkan dana US$7,2 miliar, dan Bank of Japan menyuntikkan dana US$24 miliar.
Sebenarnya Lehman merupakan jaminan mutu di sektor keuangan , seperti IBM soal komputer. Akan tetapi, “mutu” perusahaan tersebut tidak bisa menjamin Lehman untuk terus hidup. Pada tanggal 15 september 2008 menjadi akhir perjalanan Lehman Brothers. Perusahaan besar itu tidak hanya jatuh, tetapi jugamemengaruhi banyak sekali simpul-simpul finansial di berbagai negara, karena banyak Bank yang memberi dana lewat Lehman. Saham-saham bank dan perusahaan keuangan pemberi pinjaman kepada Lehman pun dicampakkan. Di antara peminjan dana itu, antara lain: Citigroup (US$138 miliar) dan Bank of New York Mellon Corp (17 miliar US$); Mizuho Financial, Auzora Bank, Shinsei, dan UFJ (Jepang); Standard Chartered (Inggris); serta ANZ (Australia). Jatuhnya Lehman Brothers itu membuat risiko investasi  tersebar dengan sangat cepat dan memicu krisis financial global.   
Kisah bangkrutnya Lehman Brothers di atas menggambarkan dampak apabila sebuah perusahaan tidak menggunakan etika dalam setiap aktivitas bisnisnya. Ternyata penyimpangan etika bisnis juga dilakukan lembaga pemeringkat yang memalsukan hasil pemeringkatan atas aset-aset Lehman yang terkait subprime mortgage. Mungkin hal inilah yang memicu investor memborong saham terkait subprime mortgage, yang Lehman sendiri tidak banyak tahu setelah produk itu dikemas dalam bentuk CDO yang melibatkan rekayasa keuangan canggih.
Pada akhirnya praktik bisnis yang tidak jujur, hanya memikirkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan merugikan pihak lain, akan membawa perusahaan, yang tergolong raksasa sekalipun, terperosok dalam jurang kehancuran. Pada dasarnya, operasional sebuah perusahaan melibatkan banyak pihak yang berkepentinagan. Maka, bangkrutnya Lehman kemungkinan tidak akan terjadi bila pihak manajerial menyadari bahwa bisnis yang dikelola tidak hanya memuaskan satu pihak saja, misalnya shareholder (pemegang saham) dengan laba yang tinggi. Akan tetapi, bisnis berlangsung karena adanya tujuan yang mulia yaitu menguntungkan semua pihak, baik shareholder maupun stakeholder.

ETIKA BISNIS: SUATU PENGANTAR
Etika bisnis bukanlah sebuah fenomena dan kajian baru. Telah banyak artikel dan buku yang membahas etika bisnis sejak manajemen memasukkannya sebagai aktivitas profesional dalam perusahaan dan organisasi bisnis yang tumbuh dalam ukuran dan kekuatan yang telah memengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat modern. Sejumlah usaha telah dilakukan untuk membangun filosofi moral bagi manajemen dan merumuskannya menjadi prinsip etika sebagai panduan dalam mengambil keputusan. Usaha ini merupakan refleksi dari perhatian yang kontinu mengenai isu bisnis yang berhubungan dengan etika.
Sejak abad ke-18 hingga kini, hubungan etika dan bisnis telah banyak diperdebatkan. Di Amerika Serikat, kasus bisnis yang berhubungan dengan etika bahkan telah terjadi sebelum kemerdekaan negara ini pada 1876. Bermula pada tahun 1870, John D. Rockefeller, pemilik Standard Oil Company Ohio, melakukan kesepakatan rahasia potongan harga dengan perusahaan kereta api yang akan mengangkut minyaknya. Akibatnya kompetitor kalah bersaing sehingga memutuskan keluar dari bisnis perminyakan. Bisnis yang melibatkan praktik-praktik kecurangan, penipuan dan lain-lain adalah alasan etika bisnis mendapat perhatian yang intensif hingga menjadi kajian yang berdiri sendiri. Masalah etika bisnis muncul, bila terjadi suatu konflik tanggung jawab kepentingan atau dilema memilih antara yang benar dan salah, yang salah dengan yang lebih salah, atau mempertimbangkan sesuatu yang lebih kompleks yang diakibatkan oleh aktivitas bisnis.
Perilaku bisnis yang tidak beretika, seperti yang dilakukan Lehman Brothers pada kasus pendahuluan bab ini, nyatanya terjadi hampir di seluruh negara. Misalnya kasus yang terjadi di Asia, Mitsubishi Electric, perusahaan jepang yang terlambat menarik produk televisinya padahal produk tersebut bisa menyebabkan terlalu panas (overheat) dan kebakaran. Di Indonesia, praktik bisnis yang tidak beretika semakin terkuak setelah rezim orde baru runtuh pada awal tahun 1998. Banyak kasus dan skandal yang mewarnai praktik bisnis bahkan sampai saat ini seperti KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), menyuap, memalsukan, menipu, menyelewengkan uang/barang milik perusahaan atau negara; menerima uang dengan menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi, dan sebagainya.
Dari kasus korupsi Edi Tanzil yang membobol BAPINDO sebesar 1,3 triliun, penyalahgunaan dana BLBI oleh beberapa pengusaha besar, konflik tambang asing yang beroperasi di Indonesia, seperti : PT Newmont di Teluk Buyat NTT dan PT Freepot di Papua, kasus pembobolan BNI oleh Adrian Waworuntu sampai dengan kasus Lapindo Brantas yang merusak ekosistem dan peradaban komunitas di Porong, Sidoharjo Jawa Timur. Dapat disimpulkan bahwa bangkrutnya beberapa perusahaan besar yang belum lama terjadi merupakan akibat dari pengelolaan perusahaan yang tidak didasari pada etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik. Fakta lain memperlihatkan bahwa semakin sedikit perusahaan yang memiliki kategori baik yang tercatat di bursa saham, seperti yang terlihat pada tabel 1.1.



Tabel 1.1.
Perkembangan Jumlah Perusahaan Berperingkat Baik
Tahun
Perusahaan Berperingkat AAA
1979
1990
2002
58
27
8

Selain itu, pada tahun 1999 sekitar 40 perusahaan terbesar di AS yang masuk ke dalam Fortune 100 melakukan perilaku yang dianggap tidak beretika. Merea melakukan penipuan (termasuk penipuan dalam pelaporan akutansi, sekuritas dan konsumen), praktik diskriminasi , gaji para eksekutif yang tidak transparan, praktik anti-trust,pelanggaran hak paten, dan bentuk pelanggaran hukum lainnya. Survei lain menyebutkan bahwa enam dari sepuluh isu atau masalah yang berhubungan dengan etika yang paling serius adalah keselamatan atau keaman kerja, jaminan atau perlindungan tenaga kerja, pencurian oleh kru, aksi afirmatif, pekerjaan yang sebanding dengan gaji, serta hak pribadi kru.
Dengan kenyataan yang sedemikian rupa maka muncullah beberapa respons, misalnya dengan dikeluarkannya suatu regulasi. Terbitnya Undang-Undang Sarbanes-Oxley (SOX) tahun 2002 di AS misalnya, merupakan respons dari kongres Amerika Serikat terhadap skandal pada perusahaan besar yang juga melibatkan beberapa kantor Akuntan Publik (KAP) yangt termasuk dalam “the big five”, seperti : Arthur Andersen, KPMG, dan PWC. Semua skanal bisnis yang terjadi merupakan contoh tragis bagaimana fraudangat schemes berdampak sangat buruk terhadap pasar, stakeholders, dan para kru.
Dari banyaknya kasus pelanggaran etika bisnis, terdapat juga perusahaan yang menyelaraskan etika dalam setiap praktik bisnisnya. Salah satu contoh kasus yang sangat menarik adalah Nestle yang membantu para peternak sapi di India. Sebelum Nestle masuk ke India, peternak sulit memperoleh akses ke saluran air bersih, tanah-tanah yang subur, dan infrastruktur lainnya yang mendukung, dan harus puas hidup dengan sapi-sapi kurus serta berumur pendek. Pada saat Nestle masuk ke India, perusahaan ini dengan cepat menyadari untuk mendapatkan pasokan susu murni yang cukup, mereka harus membantu para peternak tersebut. Maka diluncurkanlah program CSR besar-besaran. Nestle mendirikan pusat-pusat penyimpanan susu dengan mesin pendingin di beberapa tempat. Selain itu, secara berkala mobil Nestle yang membawa para dokter hewan, ahli gizi, ahli pertanian dan ahli kualitas datang mengunjungi para peternak. Bantuan finansial dan teknis juga diberikan untuk membantu para peternak menggali sumur-sumur dan memperbaiki sistem irigasi. Hasilnya sangat luar biasa. Ketika Nestle pertama kali meluncurkan program ini, hanya 180 peternak lokal yang ikut. Sekarang Nestle harus menangani sekitar 75.000 peternak. Produksi susu per peternak meningkat 50 kali lipat, dan taraf hidup para peternak tentu ikut meningkat jauh.
Pelajaran berharga lainnya bisa diambil dari kasus klasik yang pernah dialami oleh Johnson&Johnson (J&J) dengan kasus keracunan kapsul Tylenol pada tahun 1982. Pada kasus tersebut, tujuh orang dinyatakan mati secara misterius setelah mengonsumsi Tylenol di Chicago. Setelah diselidiki, ternyata Tylenol tersebut mengandung racun sianida. Meski penyelidikan masih dilakukan untuk mengetahui siapa pihak yang bertanggung jawab, J&J segera menarik 31 juta botol Tylenol di pasaran dan mengeluarkan pengumuman secara nasional agar para konsumen berhenti mengonsumsi produk tersebut sampai ada pengumuman lebih lanjut. J&J juga bekerjasama dengan pihak kepolisian, FBI, dan FDA (BPOM-nya Amerika Serikat) untuk menyelidiki kasus tersebut. Hasil penyelidikan membuktikan kasus keracunan tersebut disebabkan oleh pihak lain yang memasukkan sianida tersebut kedalam botol-botol Tylenol. Biaya yang dikeluarkan oleh J&J dalam kasus tersebut lebih dari US$100 juta. Begitu kasus tersebut diselesaikan, Tylenol dilemparkan kembali ke pasaran dengan penutup yang lebih aman dan produk tersebut segera kembali menjadi pemimpin pasar.
Kesigapan dan tanggung jawab yang J&J tunjukkan, akhirnya membuat perusahaan tersebut berhasil membangun reputasi bagus yang masih dipercayai sampai saat ini. Budaya etika J&J dinilai sebagai reputasi peusahaan terbaik selama 2 tahun berdasarkan survei 26.000 konsumen yang dilakukan oleh Harris Interactive dan Reputation Institute New York University. Selain itu, praktik etika lainnya di J&J dikenal sebagai perusahaan anti suap di tempat pertama. Secara jangka panjang, filosofi dan budaya etika J&J yang meletakkan keselamatan konsumen di atas kepentingan peusahaan serta praktik bisnis yang jujur (anti suap) justru berbuah keuntungan yang lebih besar kepada perusahaan.

Setelah mengetahui beberapa fakta menarik mengenai praktik etika bisnis, berikut ini, akan dijelaskan konsep-konsep yang berhubungan dengan etika bisnis:
1.      Etika, Bisnis dan Etika Bisnis
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa yunani kuno “ Ethos” yang berarti sikap, cara berpikir, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, watak kesusilaan. Ethos dalam bentuk jamak yaitu ta-etha mempunyai arti adat kebiasaan. Dari kata inilah terbentuk istilah etika yang telah dipakai oleh seorang filosof besar Yunani, Aristoteles (384-322 SM) untuk menunjukkan filsafat moral. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika mempunyai arti :
a.       Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
b.      Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
c.       Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Pengertian etika berbeda dengan etiket. Etiket berasal dari bahasa prancis “etiquette” yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia. Etika berhubungan dengan kewajiban moral, tanggung jawab, dan keadilan sosial. Bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan etika adalah prinsip, norma dan standar perilaku yang mengatur individu maupun kelompok yang membedakan apa yang benar dari apa yang salah. Etika merupakan apa yang anda lakukan, bukan apa yang anda katakan. Kepatuhan pada etika belum cukup, akan tetapi aplikasi dari etika itulah kunci yang utama.
Dari uraian pengertian etika di atas, apabila dihubungkan dengan praktik bisnis (aktivitas guna meningkatkan nilai tambah barang dan jasa) maka yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara atau perilaku etik dalam bisnis yang dilakukan oleh manajer/kru. Semua ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil (fairness), sesuai dengan hukum yang berlaku (legal) tidak bergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis sering kali kita temukan area abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Lebih jauh lagi, etika bisnis memengaruhi bagaimana perusahaan berhubungan dengan krunya, bagaimana kru berhubungan dengan perusahaan dan bagaimana perusahaan berhubungan dengan agen atau pelaku ekonomi yang lain.

EVOLUSI PERKEMBANGAN ILMU ETIKA BISNIS
Masa Peralihan, pada tahun 1960-an di AS muncul perdebatan mengenai tanggung jawab sosial yang berhubungan dengan etika. Terjadi perubahan sosial yang memengaruhi organisasi bisnis beserta manajemennya. Misalnya isu hak-hak sipil untuk kaum minoritas, kesetaraan hak bagi wanita, perlindungan dari lingkungan fisik, keamanan dan kesehatan di tempat kerja dan isu-isu lain yang berhubungan dengan konsumen yang berdampak pada bisnis.
Masa Lahirnya Etika Bisnis, pada tahun 1970-an, terdapat dua faktor yang mendorong kelahiran etika bisnis. Pertama, sejumlah ahli filsafat mulai memikirkan masalah etis dalam bisnis. Kedua, terjadinya krisis moral yang dialami oleh dunia bisnis di AS. Para filsuf bekerja sama dengan ahli ekonomi dan manajemen dalam mengkaji etika terapan. Norman E.Bowie menyebutkan bahwa kelahiran etika bisnis disebabkan adanya kerja sama interdisipliner yang dimulai pada konferensi pertama tentang etika bisnis yang diselenggarakan oleh philopsophi Departement bersama college of Business pada November 1974.
Masa Etika Bisnis Meluas ke Eropa. Etika bisnis mulai berkembang sepuluh tahun kemudian. Ditandai dengan banyaknya perguruan tinggi di Eropa Barat yang memasukkan etika bisns sebagai mata kuliah. Tahun 1987 didirikan European Ethics Network yang bertujuan menjadi form pertemuan antara akademisi dari universitas, sekolah bisnis, para pengusaha, dan wakil-wakil dari organisasi nasional dan internasional.
Masa Etika Bisnis Menjadi Fenomena Global. Pada tahun 1990-an, seperti bisnis itu sendiri, etika bisnis telah menjadi fenomena global dari Amerika Latin, Asia, Eropa Timur dan kawasan dunia lainnya. Di Jepang, etika bisnis aktif dikaji di Institute of Moralogy Universitas Reitaku di Kashiwashi. Di India etika bisnis di praktikkan oleh management center for human values yang didirikan oleh Indian Institue for Manajemen diCalcutta tahun 1992.

PERAN ETIKA DALAM BISNIS
Secara umum, etika adalah ilmu normatif penuntun hidup manusia, yang memberi perintah apa yang seharusnya kita kerjakan. Maka etika mengarahkan manusia menuju aktualisasi kapasitas terbaiknya. Dengan menerapkan etika dan kejujuran dalam berusaha dapat menciptakan baik aset langsung maupun tidak langsung yang akhirnya meningkatkan nilai entitas bisnis itu sendiri. Banyak kasus diberbagai negara yang membuktikan hal tersebut. Apalagi dengan tingkat persaingan yang semakin tinggi, kepuasan konsumenlah yang menjadi faktor utama agar perusahaan sustainable dan dapat dipercaya dalam jangka panjang. Konsumen cenderung semakin kritis dengan memperhatikan perilaku perusahaan yang memproduksi barang-barang yang akan mereka konsumsi.
Pada dasarnya praktik etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik internal perusahaan maupun dengan eksternal. Perusahaan yang menerapkan etika, dapat meningkatkan motivasi kru dalam bekerja, bahwa bekerja selain dituntut menghasilkan yang terbaik, juga diperoleh dengan cara yang baik pula. Penerapan etika juga melindungi prinsip kebebasan berusaha serta meningkatkan keunggulan bersaing. Selain itu, penerapan etika bisnis juga mencegah agar perusahaan tidak terkena sanksi-sanksi pemerintah karena berperilaku tidak beretika yang dapat digolongkan sebagai pebuatan melawan hukum.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa tanpa suatu etika yang menjadi acuan, para pebisnis akan lepas tidak terkendali, mengupayakan segala cara, mengorbankan apa saja untuk mencapai tujuannya. Pada umumnya filosofi yang mendomonasi para pebisnis adalah bagaimana cara memaksimalkan keuntungan. Pebisnis seperti ini, sepeti yang dikatakan oleh Charles Diskens : “Semua perhatian, dorongan, harapan, pandangan, dan rekanan mereka meleleh dalam dolar. Manusia dinilai dari dolarnya”. Theodore Levitt mengatakn bahwa para pebisnis ada hanya untuk satu tujuan, yaitu untuk menciptakan dan mengalirkan nilai kepuasan dari suatu keuntungan hanya pada dirinya dan nilai budaya, nilai spiritual dan moral tidak menjadi pertimbangan dalam pekerjaannya. Akibatnya sungguh mengerikan. Mereka dapat menyebabkan perang antarbangsa, antarlembaga, dan antarperusahaan. Mereka menganggap dan membuat bisnis seolah medan perang. Dalam perekonomian yang berjalan berdasarkan prinsip pasar dimana “bisnis adalah bisnis”, kebebasan berusaha adalah yang utama. Namun kebebasan untuk mengejar tujuan bisnis juga mengandung kewajiban untuk memastikan bahwa kebebasan itu diperoleh secara bertanggung jawab. Perumusan dan penetapan etika bisnis merupakan salah satu dari sekian banyak upaya pemersatu (internal intergration) yang diusahakan oleh pemimpin perusahaan untuk meningkatkan daya tahan bisnisnya. Itu  dilakukan dengan mengindahkan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik (good corporate gorvemance) sekaligus memenuhi kewajibannya sebagai warga masyarakat yang bertanggung jawab (corporate sosial responsibility).
Etika bisnis juga berhubungan dengan nilai merek (brand value). Perilaku bisnis yang beretika berkontribusi pada pembangunan citra dari nilai merek sebuah produk. Salah satu caranya dengan memberikan pelatihan mengenai etika pada kru. Hasilnya sungguh luar biasa. Misalnya, menurunnya biaya, menurunnya pelputasi, anggaran dan perusakan pada merek atau reputasi, dan pada akhirnya menurunnya hukuman akibat melanggar aturan yang telah ditentukan. Sehingga diperlukan kemampuan untuk menghasilkan ‘brand value’ dan reputasi dengan standar integrasi bisnis dan tanggung jawab sosial yang tinggi. CSR tidak hanya sebuah pilihan, CSR merupakan prasarat integral dan mutlak untuk kesuksesan bisnis dalam jangka panjang. Meningkatnya CSR bararti meningkatnya manajemen kualitas.

BISNIS YANG BERETIKA VERSUS BISNIS YANG MENGUNTUNGKAN
Para pelaku bisnis kapitalis menganggap bahwa hubungan antara bisnis dan etika adalah kontradiktif karena ada konflik kepentingan antara etika dan kepentingan perusahaan dalam mengejar keuntungan semaksimal mungkin. Ketika etika berlawanan arah dengan keuntungan perusahaan, pebisnis kapitalis lebih memilih keuntungan da meniggalkan etika berbisnisnya dengan menghalalkan cara. Akan tetapi, bagi perusahaan yang menerapkan etika dalam bisnisnya, perusahaan tersebut akan terus hidup dalam jangka panjang dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Pelaksanaan etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik menjadi salah satu sustainable competitive advantage. Contoh perusahaan yang telah menerapkannya adalah Shell, BP, GE, johnson&johnson. Untuk alasan inilah maka setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values) yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.
Dengan demikian, ketika perusahaan mencoba untuk mengambil risiko dan mengabaikan etika bisnis dengan tujuan menghasilkan keuntungan, maka mereka akan berpeluang kehilangan reputasi dan prestasi yang telah mereka capai. Kekuatan dalam dunia bisnis sekarang bukan lagi menjadi monopoli individu atau perusahaan tertentu saja. Konsumen, masyarakat, LSM dan lain sebagainya, didukung dengan kemudahan akses informasi dari Internet, serta meningkatnya tuntutan akan transparansi, membuat pelaku bisnis harus berhati-hati. Terpaksa atau tidak, mereka harus menjalankan etika bisnis agar tidak mengalami kebangkrutan akibat ditinggalkan konsumen dan hilangnya kepercayaan para pemegang kepentingan (stakeholder). Oleh karena itu, orang-orang dengan pendapat yang menjengkelkan seperti mengatakan bahwa etika bisnis itu merupakan suatu kebodohan, yang mana menurut pemikiran mereka bahwa tidak ada etika di dalam bisnis, haruslah dilawan.

ETIKA BISNIS DAN KINERJA PERUSAHAAN
Selain memengaruhi kinerja finansial perusahaan, etika di suatu perusahaan juga memengaruhi kehidupan sosial di lingkungan perusahaan yang bisa berdampak pada kinerja perusahaan secara umum. Schwepker, scott. J. Vittel dan Anusorn, menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara penerapan etika dan kepuasan kerja. Dengan demikian, agar perusahaan bisa bertahan lama, strategi yang perlu dijalankan adalah berbisnis secara etis. Dilihat dari sisi pelanggan, mereka lebih menyukai bertransaksi dengan perusahaan yang jujur dan terpercaya daripada bertransaksi  dengan perusahaan yang reputasinya buruk, tidak bisa dipercaya, dan menghalalkan segala cara. Dari sisi kru, mereka lebih memilih setia bekerja melayani perusahaan yang berlaku adil dan menghargai krunya daripada bekerja pada perusahaan yang hanya “memeras keringat” tanpa memenuhi hak krunya. Intinya perusahaan yang menerapkan etika dalam bisnisnya akan mempunyai keunggulan kompetitif dalam hal pelanggan dan kru daripada perusahaan yang tidak menggunakan etika dalam bisnisnya.
Penerapan etika di suatu perusahaan akan memengaruhi perilaku kru di tempat kerja, apakah kru akan berperilaku dengan benar atau tidak. Selanjutnya yang juga perlu disadari adalah bahwa setiap sistem etika bisnis harus mengakui adanya keterkaitan antara aktivitas bisnis dan kehidupan di luar bisnis yang akan memengaruhi bukan hanya kru, namun juga teman, keluarga dan masyarakat secara umum.keputusan bisnis juga merupakan bagian dari keputusan dalam kehidupan secara keseluruhan yang memiliki dampak melewati batas-batas ruang kerja. Jadi, perilaku bisnis yang etis bukan hanya bagian dari norma perusahaan, tetapi juga norma masyarakat secara keseluruhan.

MENJALANKAN BISNIS DENGAN ETIKA
Upaya penegakan etika bisnis bisa dimulai dengan menerapkannya di perusahaan. Pemimpin perusahaan dapat memulai langkah ini karena mereka menjadi panutan bagi krunya. Selain itu etika bisnis harus dilaksanakan secara transparan. Dalam operasionalnya, perusahaan mengikuti aturan berbisnis yang diatur oleh tata cara Undang-Undang. Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sangsi yang tegas dari perusahaan maupun pemerintah. Oleh karena itu, bila ada yang melanggar aturan maka harus diberikan sangsi untuk memberi pelajaran kepada yang bersangkutan. Implementasi  etika dalam sebuah organisasi bisnis bisa diwujudkan melalui bentuk-bentuk etika berbisnis yang akan dibahas berikut ini.

BENTUK-BENTUK ETIKA BISNIS
·         Budaya Organisasi
Budaya bagi perusahaan adalah penting, karena keputusan yang dibuat tanpa memperhatikan budaya bisa berakibat yang tidak bisa diantisipasi. Yang dimaksud dengan budaya organisasi adalah nilai-nilai luhur, norma, standar perilaku yang memengaruhi individu, grup, dan tim yang berhubungan satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. Budaya organisasi merupakan sistem makna (shared meaning) yang tersebar oleh anggota yang membedakan satu organisasi dengan organisasi yang lainnya.
·         Good Corporate Governance (GCG)
Yaitu rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan,serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Dalam penerapannya, GCG memiliki lima prinsip diantaranya prinsip transparansi (transparency), kemandirian (independency), akuntabilitas (accountability), pertanggungdarijawaban (responsibility), dan keadilan (fairness).
·         Corporate Code of Conduct (COC)
Yaitu dokumen yang berisi filosofi peusahaan dan peaturan perilaku yang beretika. Tujuan dari kode etik salah satunya untuk melayani masyarakat sebagai public relation pernyataan pada etika perusahaan, untuk menjelaskan filosofi etis dari perusahaan, menyediakan informasi yang berhubungan dengan isu legal dan etika, serta memberikan petunjuk dalam membuat keputusan  untuk memecahkan masalah kompleks yang berhubungan dengan etika. Namun demikian kode etik ini tidak bermaksud mencamuri kehidupan pribadi anggota komisaris dan manajemen serta kru dari perusahaan.
·         Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Dalam hal ini mengacu kepada kewajiban organisasi untuk melindungi dan memberikan kontribusi kepada masyarakat, terutama kepada pihak yang berkepentingan (stakeholder), lingkungan alam serta kesejahteraan sosial secara umum.

SISTEM ETIKA KONTEMPORER VERSUS SISTEM ETIKA ISLAMI
Meskipun banyak ahli dari Barat berusaha mengembangkan teori serta kode etika bisnis, mereka belum mampu menyusun kode moral perilaku yang efektif untuk bisnis. Sebagian besar moralitas dan etika merupakan sistem utilitarian dan materialistik. Hal ini mudah dipahami karena konsep sekularisasi dalam kehidupan serta kurangnya sumber petunjuk yang otentik di dunia Barat. Etika kontemporer sebagian besar merupakan buatan manusia yang sifatnya relatif dan situasional serta kurang “legitimate” dukungan otoritas di belakangnya.
Ahli manajemen , Harold koontz mengakui bahwa di Barat, tidak ada sumber standar etika. Dalam bangsa yang mempunyai agama negara, mungkin terdapat pusat sumber kewenangan dalam mengajarkan praktik etika. Di AS, dengan banyaknya budaya etika dan agama, tidak seorang pun yang menilik gereja, pemerintah, institusi pendidikan, asosiasi swasta sebagai pusat tradisi etika. Sehingga yang terjadi, mereka mengembangkan standar etika berdasarkan pengalaman dan perasaan. Wajar jika kurang otentik dan legitimasi. Mereka tidak percaya bahwa ada standar etika permanen myang bisa di ikuti oleh hidup manusia. Di lain pihak mereka percaya bahwa konsep moral, seperti halnya konsep lain, akan selalu berubah seiring waktu.
Perspektif  Barat pada etika bisnis umumnya seperti yang di ungkapkan oleh Drucker berikut ini: Banyak Khotbah yang diajarkan pada etika bisnis dan pebisnis. Kebanyakan tidak ada yang bisa dilakukan terkait bisnis serta sedikit saja terkait etika. Hal ini seperti mempekerjakan gadis panggilan untuk menghibur pelanggan, bukanlah masalah etika melainkan estetika. Bisa disimpulkan bahwa dunia Barat memandang bisnis dan etika merupakan perilaku yang terpisah.

ETIKA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Menurut pandangan islami, etika merupakan pedoman yang digunakan umat islam untuk berperilaku dalam segala aspek kehidupan. Dalam hukum ekonomi islam (muamalat) etika bisnis merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Etika bisnis islami merupakan nilai-nilai etika islam dalam aktivitas bisnis yang telah disajikan dari perspektif alquran dan hadist, yang bertumpu pada enam prinsip yaitu kebenaran, kepercayaan, ketulusan, persaudaraan, pengetahuan, dan keadilan. Etika bisnis islam dianggap penting untuk mengembalikan moralitas dan spiritualitas ke dalam dunia bisnis. Hanya institusi atau perusahaan yang menerapkan standar etika, yang terbukti lebih sukses dalam jangka panjang. Dan terminologi etika dalam alquran bisa dihubungkan dengan istilah khayr (kebaikan), birr (kebajikan), qist (persamaan), ‘adl (keseimbangan dan keadilan), haqq (kebenaran), dan ma’ruf (yang diperintahkan).

FAKTOR YANG MEMBENTUK ETIKA INDIVIDU PERSPEKTIF UMUM DAN ISLAM
Ada tiga hal yang memengaruhi terbentuknya etika individu, diantaranya:
1.      Interprestasi terhadap Hukum
Dalam masyarakat sekuler, interprestasi legal berdasarkan kontemporer dan standar serta nilainya bersifat sementara, sedangkan dalam masyarakat islam nilai dan standar didasarkan pada prinsip syariah dan kaidah fiqih. Selain itu, islam melalui alquran memberikan hak yang sama pada wanita dan kaum minoritas serta tidak boleh melakukan diskriminasi dalam bentuk apa pun.
2.      Faktor Organisasi
Sala satu kunci sukses pengaruh organisasi adalah komitmen dari pimpinan organisasi dalam menjalankan etika. Komitmen ini dapat dikomunikasikan melalui kode etik, kebijakan organisasi, pidato, publikasi, dan sebagainya.
3.      Faktor Individu
Individu memengaruhi etika melalui tahapan perkembangan moral, kepribadian dan nilai personal, pengaruh keluarga, pengaruh kelompok, pengalaman hidup, dan faktor situasional.

PRINSIP DASAR ETIKA ISLAMI DAN PRAKTIKNYA DALAM BISNIS
1.      Unity (kesatuan)
Merupakan refleksi konsep tauhid yang memadukan seluruh aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya menjadi keseluruhan yang homogen, konsisten, dan teratur. Bentuk praktik dalam etika bisnis, misalnya :
§  Tidak adanya diskriminasi terhadap kru, penjual, pembeli, serta mitra kerja lainnya berdasarkan suku, ras, warna kulit, jenis kelamin bahkan agama (QS. 49:13).
§  Terpaksa atau dipaksa untuk menaati Allah (QS. 6:163).
§  Meninggalkan perbuatan yang tidak beretika seperti menimbun kekayaan dan sebagainya (QS. 18:46).
2.      Equilibrium (keseimbangan)
Konsep ini hampir sama dengan konsep adil. Praktik konsep ini dalam etika bisnis msalnya berlaku lurus dalam takaran/timbangan.

3.      Free Will (kebebasan berkehendak)
Konsep ini berarti bebas memilih atau bertindak sesuai dengan etika atau sebaliknya. Jadi, saat seseorang menjadi muslim, ia harus menyerahkan kehendaknya kepada Allah. Aplikasinya dalam bisnis yaitu menepati kontrak, baik kontrak kerja sama bisnis maupun juga kontrak kerja dengan kru serta islam menolak konsep laissez faire dan invisible hands.
4.      Responsibility (Tanggung Jawab)
Adalah bentuk pertanggungjawaban kepada setiap tindakan. Menurut Sayid Quthb, prinsip pertanggungjawaban islam adalah tanggung jawab yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa dan raga, antara orang dan keluarga, antara individu dan masyarakat, serta antara masyarakat dengan masyarakat lainnya. Aplikasi konsep ini dalam bisnis, yaitu :
§  Dalam perhitungan margin keuntungan, nilai upah harus sesuaidengan UMR yang secara sosial diterima oleh masyarakat.
§  Islam melarang semua transaksi alegotoris seperti gharar, sistem ijon, dan sebagainya.
§  Economic return bagi pemberi pinjaman modal
5.      Benevolence (kebenaran)
Kebenaran dalam konsep ini juga meliputi kebajikan dan kejujuran. Dalam bisnis, kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku benar, yang meliputi transaksi, proses memperoleh komoditas, roses pengembangan produk, serta proses pengolahan keuntungan. Aplikasinya dalam bisnis menurut Al-Ghazali, yaitu :
§  Memberikan zakat dan sedekah.
§  Memberi kelonggaran waktu pada pihak terutang dan jika perlu mengurangi beban utangnya.
§  Menerima pengembalian barang yang telah dibeli.
§  Membayar utang sebelum waktu penagihan tiba.
§  Adanya sikap kesukarelaan antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi, kerja sama, atau perjanjian bisnis.
§  Adanya sikap ramah, toleran baik dalam menjual, membeli dan menagih utang.
BAB II
THE CELESTIAL MANAGEMENT
MENGELOLA ORGANISASI DENGAN NILAI-NILAI SPIRITUAL

PERKEMBANGAN ILMU MANAJEMEN
            Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris yang terdiri atas dua kata “man” dan “age”, yang bisa dimaknai sebagai usia di mana seseorang menjadi laki-laki. Manajemen juga bisa diartikan sebagai seni Karena menjadi pemanfaat dan organisator dari bakat manusia (the art of getting things done through people). Manajemen selain disebut sebagai seni, juga disebut sebagai ilmu karena merupakan pengetahuan yang terorganisasi dalam mempraktikkan manajemen. Jadi, antara ilmu dan seni hubungannya tidak terpisah melainkan saling melengkapi.
            Perkembangan ilmu manajemen diawali dengan pendekatan manajemen ilmiah, teori administratif umum, pendekatan kuantitatif, perlaku organisasi, pendekatan system, serta pendekatan kontigensi.
A. Teori Manajemen Ilmiah
Teori manajemen modern lahir pada tahun 1911, di mana buku Principles of Scientific Management karya Fredick Winslow Taylor di publikasikan. Kontribusi Taylor dalam pengembangan manajemen antara lain.
1.      Mengembangkan metode ilmiah dalam menyelesaikan pekerjaan, yang menggantikan metode lama rule-of-thumb.
2.      Menyusun tujuan demi produktivitas.
3.      Menyusun system rewards agar tujuan tercapai.
4.      Melatih personel bagaimana menggunakan metode sehingga tujuan tercapai.
B. Teori Administratif Umum
            Tokoh utama teori ini adalah Henry Fayol dan Max Weber. Fayol mendefinisikan fungsi manajemen sebagai berikut:
a.       Merencanakan
b.      Mengorganisasikan
c.       Mengoordinasi, dan
d.      Mengontrol.

Max Weber menguraikan karakteristik kunci dari birokrasi, antara lain:
a.       Spesifikasi kerja dengan hak, kewajiban, tanggung jawab, cakupan kewenangan.
b.      Sistem supervisi dan subordinat
c.       Kesatuan perintah
d.      Penggunaan ekstensif dari dokumen yang tertulis
e.       Pelatihan dalam kebutuhan dan keahlian kerja
f.       Aplikasi peraturan yang lengkap dan konsisten, dan
g.      Menugaskan kerja dan menggaji personel berdasarkan pengalaman dan kompetensi.
C. Teori Pendekatan Kuantitatif dalam Manajemen
            Merupakan pendekatan manajemen yang menggunakan teknik kuantitatif untuk mengembangkan cara membuat keputusan. Pendekatan ini juga disebut operation research.
D. Teori Pendekatan Organisasi
Manajemen dalam pendekatan ini berfokus pada pengorganisasian manusia serta bagaimana perilaku kru di tempat kerja. Kontribusi Mayo dalam perkembangan ilmu manajemen, yaitu:
a.       Mengembangkan motivasi kru dan komitmen serta hubungan antara kru dan manajemen.
b.      Mengembangkan pendekatan human relations manajemen.
E. Teori Pendekatan Sistem
            Teori ini disebut juga sebagai open system, yaitu sebuah sistem, yang mengambil sumber daya dari lingkungan eksternal dan mentransformasikan menjadi baranng dan jasa yang nantinya di kembalikan lagi ke lingkungan, melalui pembelian oleh konsumen.
F. Teori Pendekatan Kontigensi
            Merupakan pendekatan manajemen yang menyatakan bahwa organisasi berbeda, menghadapi situasi yang berbeda (kontigensi/segala kemungkinan), dan perlu cara pengelolaan yang berbeda.
Dr. W. Edward Deming merupakan ahli statistik dari AS. Dia banyak berkontribusi dalam pengembangan manajemen. Deming juga menngajarkan bahwa kualitas dan secara simultan mengurangi biaya.
Deming juga menganjurkan bahwa semua manajer perlu mempunyai apa yang ia sebut sistem of profound knowledge, yang terdiri atas empat bagian:
1.      Apresiasi dari sebuah sistem
2.      Pengetahuan dari variasi
3.      Teori pengetahuan
4.      Pengetahuan psikologi.

PENYEBAB KEGAGALAN
Tidak Ada Keterkaitan antara Manajemen dengan Lingkungan Sosial
            Teori manajemen hanya fokus terhadap variabel yang terdapat dalam lingkup internal manajemen, meliputi hubungan atasan-bawahan, jenjang kekuasaan, dan perilaku anggota organisasi tanpa bersentuhan dengan variabel lingkungan eksternal yang berpengaruh secara kuat terhadap aktivitas internal manajemen. Apabila lingkungan sosial tidak berpegang pada nilai dan etika mulia, maka akan berpengaruh negative bagi manajemen.


Kesalahan dalam Metode
            Metode yang digunakan oleh teori manajemen kontemporer bersifat parsial dalam menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan menutup variabel lain. teori perilaku organisasi dengan human relations-nya, yang hanya berfokus pada sisi kemenusiaan kru dengan mengesampingkan factor ekonomi sebagai motivasi yang memengaruhi perilaku individu.
Manajemen sebagai “Alat” Kapitalisme
            Ada kecendrungan manajemen dipraktikkan menjadi alat kapitalisme untuk mengakumulasi keuntungan saja. Manusia di ukur oleh dahaganya akan keuntungan dan lewat kapasitas konsumsinya. Pada dasarnya manusia di defenisikan sebagai makhluk aktualisasi diri, yaitu makhluk makna dan nilai. Kita membutuhkan kesadaran akan makna dan tujuan yang menggerakkan hidup kita.

PARADIGMA BARU MANAJEMEN
            Paradigma manajemen postmodern mulai muncul dengan menekankan pada prinsip-prinsip dan praktik-praktik spiritual, yang menentang paradigma modern yang telah lazim. Di samping itu, kapitalisme materiel tidak dapat bertahan lagi dan berada pada situasi krisis. Kapitalisme dan bisnis, seababai kita tahu saat ini menunjukkan budaya amoral yang mengutamakan kepentingan pribadi dalam jangka pendek, maksimalisasi keuntungan, menekankan pada shareholder value membelenggu pikiran, mengacuhkan secara tidak bermoral konsekuensi jangka panjang.
            Paradigma baru ini yang menekankan nilai-nilai spiritualitas akan membuka mata kita mengenai pentingnya spiritulitas dalam mengelola organisasi. Untuk itu, kita perlu mengintegrasikan spiritualitas ke dalam manajemen, katrena tidak ada organisasi yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama tanpa jiwa dan spiritualitas.

SPIRITUALITAS DALAM EVOLUSI TEORI MANAJEMEN DAN ORGANISASI
            Pada era tahun 1920-1930-an yang merupakan era scientific management, manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan yang menantanag perusahaan untuk memaksimalkan produktivitas serta meminimalkan biaya. Evolusi paradigma manajemen tengah terjadi secara berangsur-angsur dari murni objektivisme kepada dimensi spiritual. Organisasi spiritual membantu manusia mengembangkan dan mencapai titik potensialnya.

SPIRITUALISME DAN BUDAYA ORGANISASI
            Istilah spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti sesuatu yang memberikan kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem atau organisasi.; spiritualisme bukanlah masalah agama atau sistem kepercayaan. Spiritualisme menyangkut sesuatu yang universal, yaitu nilai, makna, dan tujuan dalam hidup manusia yang tidak tergantung pada agama apa pun yang di anut oleh seseorang. Organisasi spiritual cenderung memiliki lima karakteristik cultural sebagai berikut:
a.       Memiliki kesadaran akan tujuan yang kuat.
b.      Fokus pada pengembangan individu.
c.       Rasa saling percaya dan keterbukaan.
d.      Praktik kerja yang humanistic
e.       Toleransi atas ungkapan perasaan krunya.

SPIRITUALITAS DI TEMPAT KERJA
            Merupakan paradigma baru dalam bidang manajemen sumber daya manusia yang mengalami perkembangan cukup pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Fenomena spirituliats dalam dunia kerja mendorong para akademis di bidang manajemen untuk mengakui adanya paradigma baru dalam berpikir.
            Organisasi yang dianggap lebih spiritual dinilai lebih menguntungkan. Dengan nilai-nilai spiritual, kru mampu membawa kesempurnaan dalam bekeja yaitu kreativitasnya, emosi, dan inteligensi. Konsep spiritualitas di tempat kerja sendiri terbagi dalam dua aliran besar, yaitu yang menekankan adanya kaitan dengan penerapan agama dan dengan yang tidak. Perkembangan dua aliran ini dimulai adanya perbedaan pendapat mengenai adanya perbedaan antar definisi spiritualitas dan agama.
            Fenomena spiritualitas di tempat kerja sangat terkait dengan nilai dari agama-agama besar dunia, antara lain, islam, Kristen, hindu, dan budha.
1.      Dalam agama islam dikenal sebagai konsep kekhalifaan dan tauhid.
2.      Dalam Kristen dikenal konsep “panggilan jiwa”, yaitu pekerjaan sebagai bentuk pelayanan atau dedikasi manusia terhadap tuhan.
3.      Dalam agama hindu terdapat konsep “karma yoga”, bahwa kehidupan merupakan upaya penyatuan diri dengan brahmana (tuhan).
4.      Dalam agama budha terdapat konsep sikkhapadas yaitu keyakinan adanya perjalanan menuju kebangkitan dan hilangnya penderitaan.

SPIRITUAL MANAGEMENT DAN KONTRIBUSINYA
            Spiritual management merupakan sebuah konsep terpadu antara manajemen modern denngann nilai-nilai spiritual. Spiritual manajemen terbagi menjadi tiga jenis  kontribusi bagi kemajuan praktek bisnis dn manajemen:
1.      Dimensi spiritualitas memberikan fondasi yang kuat untuk membangun integritas moral yang kokoh bagi para pelaku bisnis.
2.      Berkaitan dengan pengembangan etos kerja yang berorientasi pada kemajuan dan keunggulan kinerja.
3.      Potensi sumbangan dimensi spiritualitas dalam membangun apa yang kini sering disebut sebagai learning organization.

MANAJEMEN DALAM ISLAM
            Kata manajemen dalam bahasa arab adalah “idara” yang berarti berkelililing atau lingkaran. Dalam konteks bisnis bisa di maknai bahwa bisnis berjalan pada siklusnya, sehingga manajemen bisa di artikan kemampuan manajer yang membuat bisnis berjalan sesuai rencana. Dalam persfektif TCM (The Celestial Management), hidup itu di bagi dalam tiga domain, yaitu:
1.      Life is a place of worship (hidup adalah tempat peribadatan)
2.      Life is a place of wealth (hidup adalah tempat mencari kesejahteraan)
3.      Life is a place of warfare (hidup adalah tempat berjuang)
BAB III
ORGANISASI SEBAGAI TEMPAT IBADAH

KERJA ADALAH IBADAH
            Terdapat sebuah cerita menarik mengenai bagaimana seseorang memaknai pekerjaan mereka. Cerita ini berkenaan dengan tiga orang tukang bangunan. Ketika ditanya “Apa yang kamu kerjakan?”
Tukang pertama menjawab, “Ah, saya ini hanya tukang bangunan. Kerja saya hanya mengaduk semen dan pasir, lalu meletakkan batu bata di tanah, dan diberi adukan tadi. Kerja saya tidak lebih dari tukang bangunan.”
Tukang kedua menjawab dengan lebih bagus. “Saya sedang mencari rezeki yang halal untuk keluarga saya. Kalau saya tidak melakukan pekerjaan ini, saya dan keluarga saya bisa terjerumus kepada rezeki yang haram.”
Tukang ketiga menjawab dengan jawaban yang sangat indah. “Saya sedang membangun masjid yang megah. Di masjid ini Insya Allah ratusan ribu bahkan jutaan umat akan shalat. Mereka menyembah dan mengagungkan nama Allah SWT.”
Dari kisah diatas bisa diketahui ada tiga tingkatan kerja, yakni: 1. Kerja sebagai kerja, tanpa visi dan hanya menjalani hidup; 2. Kerja sebagai upaya untuk mendapatkan gaji semata; dan 3. Kerja sebagai ibadah.
Untuk tingkatan pertama, yakni kerja sebagai kerja tidak perlu banyak dibahas, karena sudah jelas. Sementara bekerja untuk mendapatkan gaji setiap bulannya dan bekerja untuk ibadah adalah bahasan utama pada bagian ini.
Bekerja sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan atau gaji lazim dijalani oleh orang yang hanya bervisi dunia. Oleh karena visinya dunia, maka niat, proses, cara, dan tujuannya bisa jadi baik dan juga bisa tidak baik. Karena yang paling penting bagi dia adalah bagaimana dia bisa mendapatkan gaji dari pekerjaannya. Bahkan kalau perlu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Akan tetapi, jika kerja diposisikan sebagai ibadah, maka selain keuntungan dunia yang dicari, juga kebahagiaan akhirat. Adanya visi akhirat menyebabkan seseorang bisa mengarahkan tujuannya dengan lebih baik. Orang yang menjadikan kerjanya adalah ibadah akan mengawalinya dengan niat yang baik, mengusahakan hasil yang terbaik, dan dia juga meyakini bahwa hasil yang baik diperoleh dengan cara yang baik. Cara yang baik adalah cara yang dibenarkan oleh agama dan sesuai dengan hati nurani serta etika bisnis yang berlaku. Oleh karena kerja adalah ibadah, selain keuntungan dunia, maka keberkahan adalah kata kuncinya. Bisa jadi keuntungan yang diperolehnya tidak besar ataupun besar, yang penting berkah.
Dalam Islam, bekerja (dalam hal yang tidak dilarang Allah) adalah bagian dari amal ibadah ghoiru mahdhoh. Yakni jenis ibadah yang tidak secara jelas diatur tata caranya oleh syariah. Akan tetapi, semua konteks ibadah sangat berhubungan dengan Allah dan bernilai pahala yang dicatat oleh malaikat dan disaksikan oleh Allah Yang Maha Melihat. Jadi, ketika seseorang bekerja maka dia sejatinya sedang beribadah sebagaimana dia sedang melaksanakan shalat, puasa, zakat, dan lainnya. Oleh karena itu, bekerja haruslah berniat ibadah.

MEMBALIK PARADIGMA
            Sering kali umat Islam memahami bahwa ibadah berupa shalat, puasa, zakat, dan haji saja; padahal definisi ibadah tidaklah sesempit itu. Allah menyuruh kita menjalankan agama secara kafah (keseluruhan) bukan sepotong-sepotong, atau sebagian-sebagian.
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, kategorisasi ibadah adalah sebagai berikut:
1.    Ibadah yang terkait dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.
2.    Ibadah terkait dengan amalan sunah, seperti zikir, doa, membaca Al-Qur’an, dsb.
3.    Ibadah yang terkait dengan muamalah yang baik dengan sesama manusia, seperti berbakti kepada orang tua, menyambung silaturrahmi, berbuat baik terhadap tetangga, mengasihi orang miskin dan lemah, dsb.
4.    Ibadah yang terkait dengan kebaikan universal, seperti berkata jujur, komitmen dengan janji, dan menunaikan amanah.
5.    Ibadah yang terkait dengan akhlak terhadap Allah, cinta kepada Allah, mensyukuri nikmatNya, dsb.
6.    Ibadah yang terkait dengan dakwah dan jihad.
7.    Ibadah yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan dalam kerangka kebaikan.
Jadi, paradigma yang menyatakan bahwa ibadah terbatas hanya untuk shalat, puasa, zakat, dan haji itu kurang tepat. Akan tetapi akhlak, jihad, dakwah, dan bekerja juga merupakan ibadah yang menghasilkan pahala bagi yang mengerjakan.
Kisah perempuan penjual susu menunjukkan kepada kita bahwa ketika seseorang menjadikan kerja sebagai ibadah membuat semangat kerja yang lebih. Putaran waktu akan menunjukkan bahwa orang yang mendedikasikan kerjanya sebagai ibadah akan memetik hasil yang luar biasa seperti kenaikan jabatan, gaji,dsb.
Ketika bekerja adalah ibadah, maka tempat bekerja adalah tempat ibadah. Oleh karenanya, tempat menyembah kepada Allah tidak terbatas tempat ibadah yang biasa semisal masjid. Seorang bankir bisa saja terus melayani nasabah, tapi hatinya sujud dan tunduk kepada Allah. Ia persembahkan sisi terbaik dari fragmen hidup untuk Allah sesuai dengan janji yang tiap kali ia ucapkan dalam mendirikan shalat, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan Semesta Alam (Q.S. 6: 162).

KONSEKUENSI IBADAH
            Karena disadari dan diyakini bahwa bekerja adalah ibadah, maka bekerja tidak lagi sebatas karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi semata. Tetapi, yang lebih penting dari itu adalah meningkatkan kualitas pekerjaannya. Seorang yang menetapkan bekerja adalah beribadah, akan menghasilkan kualitas kerja yang professional, tidak asal-asalan. Orang yang memosisikan kerja sebagai ibadah tidak akan melakukan kecurangan dan korupsi, karena dia yakin bahwa Allah Maha Melihat. Sebagaimana kasus tentang perempuan penjualan susu, perempuan yang baik itu tetap tidak mau mencampur susunya, meskipun ibunya memerintahkan kecurangan, dia tidak mau karena yakin Allah Maha Mengawasi secara teliti setiap hamba-Nya.
Diantara kosekuensi dari memosisikan kerja sebagai ibadah adalah:
1.    Ma’iyatullah adalah rasa kebersamaan dengan Allah, jika seseorang bekerja dan meyakini bahwa Allah itu dekat. Maka ada keinginan untuk membuktikan pada Allah bisa bekerja dengan baik. “Maka bekerjalah kalian, biarlah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman akan meliahat pekerjaan kamu (Q.S. 9: 105).
2.    Muraqabatullah adalah merasa diawasi oleh Allah setiap yang di kerjakan.
3.    Allah sebagai ghoyyah adalah menjadikan Allah sebagai tujuan (ghoyyah) dari setiap yang dia kerjakan.
Ketiga hal diatas akan menghasilkan karakter kesengguhan dan keikhlasan. Ikhlas menjadi etos kerja yang khas dalam Islam. Tanpa keikhlasan, kerja yang bernilai ibadah tidak akan mendatangkan pahala dan keberkahan Allah.
Sering kali pekerjaan sudah dilakukan dengan baik, tetapi tidak diapresiasi oleh pimpinan. Bagi pekerja, pimpinan bisa saja lalai, tapi Allah tidak pernah melalaikan sekecil apapun amal kebaikan yang telah dikerjakan.
MEMBUAT KERJA MENJADI IBADAH
            Dalam sebuah kesempatan, para sahabat memuji salah seorang temannya dihadapan Nabi Muhammad SAW. Karena kesungguhannya dalam beribadah, akan tetapi tidak mau bekerja untuk dunia. Mereka mengatakan, “Kami menemaninya dalam berpergian dan kami tidak menemukan ada orang setelah Nabi yang lebih tekun beribadah selain dia. Dia tidak beranjak dari sholat dan tidak pernah meninggalkan puasa”.  Rasulullah bertanya pada mereka, “Siapa yang menopang kehidupannya?” Mereka menjawab, “Kami semua yang menopangnya.” Rasulullah bersabda: “Kalian lebih ahli ibadah dibandingkan dia (H. R. Bukhori dan Muslim).
Dengan bekerja, orang dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarga, dapat berkontribusi di masyarakat yang membutuhkan, dan dapat menopang kebutuhan spiritualnya. Tanpa bekerja, maka sholat, zakat, puasa, dan haji, serta ibadah lainnya akan sulit ditunaikan.
Keyakinan seseorang bahwa bekerja adalah ibadah membuatnya tidak terlalu ambil pusing akan gaji. Keyakinan bekerja adalah ibadah juga membuat seseorang berpikir dan bervisi lebih dari sekedar bekerja, tapi dia meyakini bahwa ini adalah bagian dari proses besar manfaat.
Orang yang memosisikan bekerja sebagai ibadah adalah orang yang memiliki kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memaknai ibadah sebagai prilaku dan kegiatan yang dilakukan sehari-hari, melalui pemikiran yang bersifat fitrah,menuju manusia yang seutuhnya (hanif), memiliki pemikiran tauhidiah, serta berprinsip “Hanya karena Allah”. Nabi mencontohkan bahwa bekerja adalah ibadah sehingga orang akan melihat banyak kebaikan bia dihadirkan kepada stakeholder. Stakeholder kita adalah Allah, Rasul, dan orang beriman. Beramallah kalian niscaya Allah, Rasul, dan orang beriman akan melihat pekerjaan kamu (Q. S. 9: 105).
Implikasinya untuk pengelola bisnis adalah:
1.    Bekerja harus diyakini sebagai bagian dari ibadah.
2.    Paradigma kesempitan makna ibadah harus diubah.
3.    Ibadah mempunyai konsekuensi, harus menjadi tujuan kerja seorang sebagai ibadah.
4.    Bekerja sebagai ibadah akan meningkatkan kecerdasan spiritual.
5.    Bekerja sebagai ibadah akan menghasilkan kualitas kerja yang optimal karena stakeholder-nya adalah Allah, Rasul, dan orang beriman.
BAB IV
Zero Based, Iman, Konsisten, Result Oriented

Dalam konsep celestial management, ZIKR bukan saja hadir sebagai upaya mengingat Allah. ZIKR jika diperdalam, diyakini bisa membuahkan atribut-atribut manajemen. Sebuah ikhtiar untuk mengupas dan mengeksplorasinya dilakukan dan melahirkan atribut yang diurai dari sisi akronim ZIKR, yaitu:
Zero Based
Menurut syaikh Muhammad Ghazali menyatakan bahwa keberhasilan seseorang ditentukan oleh sikap dan kesungguhannya sebesar 90% dan 10% ditentukan oleh bakatnya.
Dalam konteks manajemen bisnis dimana banyak dinamika terjadi, diantara hal yang paling penting dalam menghadapi suatu masalah adalah bagaimana menyikapi apa yang terjadi, bukan bagaimana sebuah peristiwa terjadi. Di antara persoalan yang paling kompleks yang perlu dipahami oleh manajer disuatu perusahaan adalah hubungan antara perilaku dan kepribadian pada anggota dan system kerja diperusahaan.
Kemampuan memahami kemampuan diri menjadi sesuatu yang sangat penting. Setelah itu, kita akan jernih melihat semua kondisi, fakta, fenomena, dan permasalahan yang ada disekitar kita. Kemampuan inilah yang kemudian melahirkan kinerja yang berkualitas. Kemampuan tersebut menunjukkan bahwa dia berkarakter zero based.

URGENSI ZERO BASED DALAM MENGELOLA ORGANISASI
Memandang Setiap Permasalahan dengan Jernih
Orang yang zero based selalu memenuhi diri dengan nilai-nilai ilahiah dan mengosongkan diri dari nilai-nilai yang tidak bermakna. Organisasi bisnis harus senantiasa meperlakukan adanya SDM dengan karakter zero based. Karena ini akan mengarahkan pada kualitas kerja yang baik.

Memandang Segala Permasalahan Apa Adanya
Zero based bisa juga diartikan memandang sesuatu apa adanya. Hal yang kemudian meletakkan sesuatu pada tempatnya. Dengan demikian kita dapat membuat pilihan, atau merespon dengan cara yang benar berdasarkan kebebasan memilih dan bebas dari prasangka.


Memandang Permasalahan Tanpa Prasangka Buruk
Orang zero based haruslah bebas dari prasangka yang buruk. Orang yang tanpa prasangka akan cenderung objektif. Apa yang seharusnya salah harus dihukum dan yang seharusnya diapresiasi dengan reward yang mestinya di apresiasi.
Dengan demikian, nilai-nilai zero based dan zero mind akan mengarahkan dan membawa siapa pun pada suatu karakter produktif yang senantiasa tepat menentukan skala prioritas dalam setiap keputusan yang diambil.

IMAN: KEYAKINAN PADA JANJI-JANJI ALLAH
Iman adalah sumber energy jiwa yang senantiasa memberikan kita kekuatan untuk bergerak menyemai kebaikan, kebenaran, dan keindahan dalam kehidupan atau bergerak mencegah kejahatan, kebatilan, dan kerusakan dipermukaan bumi. Iman adalah glora inspirasi kepada pikiran-pikiran kita, maka lahirlah basirah. Iman adalah cahaya yang menerangi dan melapangkan jiwa kita maka lahirlah takwa. Iman adalah bekal yang menjalar diseluruh bagian tubuh kita, maka lahirlah harakah. Iman menentramkan prasaan, menguatkan tekad dang menggerakkan raga kita.
Dengan Iman, Semua Menjadi Mungkin
Iman adalah yakin, percaya atau keyakinan. Kepercayaan atau keyakinan yang teguh bisa muncul dari siapa saja. Seseorang yakin bisa mengubah mission impossible menjadi mission possible.
.Cita-cita yang telah direncanakan untuk masa depan adalah sesuatu yang ghaib, yang terus diperjuankan. Keyakinan itulah yang mengantarkannya untuk bertindak meraih semua yang diinginkan, yang menurut kebanyakan orang sulit atau tidak mungkin dilakukan.
Dalam buku Seven Habits, Stephen Covey menjelaskan bagaimana kekuatan keyakinan bisa berpengaruh besar terhadap tercapainya tujuan. Menurutnya pemikirannya, segala sesuatu diciptakan dua kali, secara mental dan spiritual, semua yang kita lihat dalam dimensi fisik. Semua berasal dari dimensi spiritual artinya semua yang kemudian bisa dilihat secara material itu baru bisa terwujud setelah melewati fase mental, yakni sudah di olah dalam alam pikiran manusia.
Iman: Definisi dan Cakupannya
Iman secara bahasa berarti pembenaran yang pasti dan tidak terkandung keraguan didalamnya. Pembenaran ini terbagi dua hal, yakni membenarkan segala berita, perintah, larangan. Secara istilah, iman adalah ucapan dengan lisan, keyakinan dalam hati, dan amalan dengan anggota badan. Dengan begitu maka iman terdiri atas tiga bagian :
Pertama, keyakinan hati dan amalan hati, yakni keyakinan dan pembenaran terhadap apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya.
Kedua, ikrar dan amalan lisan. Ikrar lisan yakni dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengakui konsekuensi dari kedua kalimat itu. Sedangkan amalan lisan segala amalan yang tidak dapat terlaksana kecuali dengan lisan, seperti membaca Alqur’an.
Ketiga, amalan anggota badan yaitu, badan yang tidak terlaksana kecuali dengan anggota badan, seperti rukuk, sujud, jihad dan lain-lain.
Iman kepada Allah swt.
Iman kepada Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah adalah Rabb (pemelihara, pengatur), pemilik dan pencipta segala sesuatu. Dia memiliki segala sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan.
Iman kepada Allah mencakup pentahauidan Allah dalam tiga hal yaitu,
Tauhid Rububiyah
Rububiyyah (kepemilikan, kepengaturan) Allah atas makhluk-Nya bermakna ketunggalan Allah dalam menciptakan, memiliki, dan mengatur urusan-urusan mereka.
Sebagaimana firman-Nya.
“Ingatlah hanya milik Dialah segala penciptaan dan segala urusan. Maha suci Allah Rabb sekalian alam.”(QS.7:54)
Dengan kata lain tauhid rububiyyah adalah pengakuan bahwa sesungguhnya Allah adalah pelaku mutlak di alam semesta dalam berbagai hal.
Tauhid Uluhiyyah
Secara umum adalah keyakinan yang mantap bahwa Allah swt adalah Ilah yang benar dan tidak ada Ilah selain Dia serta mengesakan-Nya dalam beribadah.
Tauhid uluhiyyah dibangun di atas permunian ibadah yang hanya kepada Allah., baik ibadah yang bersifat batin maupun lahiriah.
Ada orang yang mengimani Allah secara tauhid rububiyyah saja, namun tidak beriman secara taudi uluhiyyah. Sebagaimana firman Allah,
Tauhid Asma Wash-Shifat
Makna Tauhid Asma Wash-Shifat (mengesakan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-sifat-Nya) adalah meyakini secara mantap bahwa Allah meyandang seluruh sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan, dan Dia berada dengan seluruh makhluk-Nya.


Fluktuasi keimanan
Al-imaanu yaziidu wa yanqus” demikian Nabi Muhammad bersabda yang artinya iman bisa naik dan bisa turun. Beberapa akan meningkatkan keimanan, yaitu:
1.      Ilmu
Tidaklah sama orang yang mengetahui secara rinci apa-apa yang disampaikan oleh Rasulullah dengan yang tidak mengetahuinya, walaupun hal tersebut termasuk dalam cakupan syahadat.
2.      Amal
Keyakinan akan bertambah, keimanan akan semakin kuat dengan memperbanyak amal saleh dan ketaatan.
Hal ini disebabkan karena pengakuan uluhiyyah Allah dan memurnikan pengabdian kepada-Nya. Pengakuan ini ada dua macam, yaitu pengakuan konsepsional yakni dengan meyakini dan pengakuan praksis yakni dengan ketaatan dan pelaksanaan. Untuk kesempurnaan iman kedua pengakuan ini harus ada.
3.      Zikir dan Fikir
Zikir adalah mengingat Allah dengan segala sifat keagungan yang layak untuk-Nya. Zikir melestarikan keterpautan hati dengan penciptanya.

Fikir adalah berusaha untuk senantiasa melihat karya Allah dengan merenungi makhlu-makhluk-Nya, dan memeperhatikan ayat-ayat serta mukjizat-Nya. Sebab diantara bagian iman kepada Allah adalah menyadari keagungan-Nya, kemuliaan sifat-sifat-Nya, dan keagagungan pekerjaan-Nya.
Sifat-sifat dan perbuatan Allah yang agung dapat dilihat begitu nyata oleh semua orang di alam semesta ini. Namun orang-orang kafir selalu memandang dunia dengan sebagai kesenangan dan syahwat.
Ada pula beberapa hal yang menyebabkan iman turun, diantaranya adalah:
1.      Tidak mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah swt.
2.      Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama, tidak memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukuman-hukuman-Nya, baik yang bersifat kauni maupun syar’i.
3.      Beberbuat atau mengutarakan maksiat.
Iman akan banyak sekali berkurang dan menjadi sangat lemah jika seorang hamba terjerumus dalam dosa besar.

URGENSI MENGHADIRKAN KEIMANAN DALAM KERJA
Ketika iman menjadi landasan dalam bekerja, maka keimanan menghadirkan beberapa hal, di antaranya adalah:
1.      Cenderung memilih yang halal, bukan yang haram
2.      Cenderung menjauhi yang syubhat
3.      Cenderung pada nila-nilai kebaikan
4.      Menghormati anak buah dan pemimpin
5.      Beretos kerja tinggi dan memperhatikan nila-nilai kebaikan
6.      Memperhatikan etika dan norma dalam mengelola organisasi.
Iman juga seperti magnet yang menarik kearah nila-nilai kebaikan. Untuk memperbesar daya magnetis positif kebaikan dan pada saat yang sama mereduksi daya magnetis negative, maka ZIKR adalah salah satu caranya. Dengan modal itu, seseorang akan memiliki motivasi tinggi dalam mewujudkan tujuannya dengan disertai tawakal kepada Allah.

ENERGI ABADI YANG MENCIPTA KEAJAIBAN
Orang yang beriman meskipun gagal mewujudkan keinginannya akan tetap tenang dan tidak terganggu kejiwaannya. Di samping mereka meyakini bahwa semua tujuan dunia hanyalah interim objectives dalam rangka mencapai ultimate objective di akhirat. Mereke yakin usaha di dunia tidak sia-sia, karena ada pahala diposisi Allah yang kekal.
Dengan iman itulah kemudian daya juang, militansi, dan kemampuan sekses terbentuk. Dan iman yang kuat menancap akan menjadi energy abadi yang akan terus menjadi bahan bakar dari keberhasilan.

MENGHADIRKAN IMAN DALAM AKTIVITAS KESEHARIAN
Dalam konteks celestial management, kekuatan iman akan menjadi pengawas sekaligus motivasi. Iman juga membentuk milintasi. Hanya orang-orang yang militan yang mampu berjuang keras untuk menaklukkan dan merebut market share. Target dan beban dari perusahaan memang berat, akan tetapi dengan kekuatan keimanan akan menghasilkan usaha yang tidak kenal lelah dan keyakinan akan pertolongan Allah dan kemenangan yang dekat.
Hal yang perlu diperhatikan adalah membersihkan hati dan pikiran dari keraguan, karena itu melemahkan iman dan menjauhkan cita-cita. Dengan iman konsep celestial management menghadirkan pribadi dan organisasi dalam yang siap berbagi power, informasi, knowlodge, dan reward. Akhirnya dengan iman pula, seseorang akan berkerja dengan tulus ikhlas.

KONSISTEN
Air mengajarkan kita banyak hal, ia selalu mengalir ketempat yang lebih rendah. Ia tidak ragu untuk mengalir. Air adalah guru kehidupan. Betapa kerasnya cadas, ketika tetesan air mengenai permukaannya, lama kelamaan akan berlubang juga.
Muhammad Yunus, seorang  professor ekonomi lulusan amerika dengan konsistensinya berupaya mengatasi kemiskinan, pengangguran dan kebodohan dai Bangladesh. Belia mampu belajar dari air. Dengan membuat solusi berupa kredit mikro. Yang awalnya ditertawakan, dicela,  ditolak oleh banyak orang karena orang miskin tidak bisa dipercaya untuk dipinjami. Akan tetapi keyakinannya seperti air yang menetes, dengan berjalannya waktu ia mampu mereduksi kemiskinan lebih dari setengah nasabah Gremeen Bank dalam sepuluh tahun terakhir.karena keberhasilannya, konsep yang dijalaninya telah direplikasi di lebih dari 114 negara di dunia.
Konsisten dalam Arah Tujuan (Istikamah)
Orang yang konsisten akan memperjuangkan cita-citanya dengan tidak kenal lelah. Dia akan meluruskan arah dan teguh pendirian dalam menuju tujuan, meski banyak menghadi rintangan bahkan kegagalan.
Konsistensi diserukan Alqur’an kepada semua orang yang beriman untuk tetap menjaga arah keimanannya kepada Allah. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka tetap istikamah, maka tidak ada kekhawatiran kepada mereka dan tidak pula mereka berduka cita.”(QS. 46: 13)
Keselaran tujuan diantara anggota-anggota organisasi menjadi penting. Begitu juga keselarasan tujuan organisasi dengan anggota-anggotanya. Keduanya menjadi syarat mutlak agar tujuan dapat diraih secara bersama-sama.
Konsisten dalam cakupan (kaaffah)
Seorang yang menjadi bagian organisasi, tidak hanya memilih peraturan yang dianggap mudah sambil meninggalkan peraturan yang lainnya. Semua peraturan terlahir dan disepakati sebagai aturan bersama.
Keselarasan itu diharapkan menjadi kunci keberhasilan. Sukses dalam arti menyeluruh dalam totalitas. Konsistensi dalam dimensi kaaffah sangat penting. Kaaffah menghendaki penyerahan secara total yang seimbang antara jiwa dan raga, pribadi dan organisasi, karir dan rumah tangga, pendidikan dan keungan. Bukan total namanya ketika beribadah merujuk Alqur’an dan Hadis, tapi dalam berekonomi menggunakan bank ribawi
.
RESULT ORIENTED
Dalam konteks celestial management, hasil yang hendak dicapai bukan seperti yang diinginakn oleh organisasi pada umumnya. Celestial mangemenr menghendaki bahwa setiap organisasi bisnis juga institusi yang punya value added kepada stakeholders-nya. Dalam hal lain institusi bisnis adalah juga organisme dakwah.
Organisasi bisnis ibarat pesawat. Ia berangkat dari landasan pacu, titik nol (zerobase). Bahan bakarnya iman. Sang pilot selalu konsisten (istikamah dan kaaffah), mengarahkan orientasi tujuan (result oriented) kesasaran akhirat.
Keberhasilan dunia dan kesuksesan akhirat bukanlah sesuatu yang terpisah. Sukses di dunia menjadi jalan untuk sukses di akhirat. Kesuksesan dunia bukan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, menuntut ilmu setinggi-tingginya, sebaliknya menggunakan sumber daya untuk mewujudkan misi khalifatullah fil ardh yakni tugas memakmurkan bumi.
Mengarahkan Hasil dengan Motivasi
Dalam konteks celestial management, kebutuhan paling tinggi bagi manusia adalah kebutuhan untuk bisa selamat dari azab neraka dan masuk surga. Kebutuhan jenis ini akan memotivasi untuk senantiasa meyakini bahwa melihat dan mengevaluasi pekerjaan kita tidaklah hanya pimpinan tetapi juga Allah
Saat ini pencapaian tujuan telah dikembangkan melalui teknik manajemen yang digunakan secara luas yang dinamakan management by objectives.

CARA MENCAPAI HASIL MENURUT CELESTIAL MANAGEMENT
Dalam konteks celestial management, selain motivasi yang benar, berorientasi hasil haruslah diawali dari akhlak yang mulia dan ditindaklanjuti dengan action plan dalam mencapai hal tersebut.
Bermula dari Akhlak Islami
Tujuan organisasi adalah mengantarkan semua bagian organisasi dan semua yang berintraksi untuk mencapai kebahagiaan di akhirat. Sedangkan tujuan jangka pendeknya adalah laba.
Dengan akhlak dan karakter ini, maka premis Drusker bisa terpenuhi, yakni membukukan laba perusahaan dengan signifikan. Dengan konsep celestial management, tidak hanya laba yang diperoleh, tetapi juga kebaikan yang lebih besar.
BAB V
ORGANISASI SEBAGAI TEMPAT BERKUMPUL DAN
BERBAGI KEPERCAYAAN

1)      Hubugan Kekayaan dan Maslahah
Dalam islam, kekayaan pada dasarnya merupakan salah satu unsur pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang ditenntukan oleh konsep maslahah.  Secara bahasa, maslahah berarti member manfaat atau mengurangi bahaya. Dalam konteks yank lebih umum, Imam shattibi dalam kitab Al mufaqat mendefenisikan maslahah sebagai prinsip-prinsip atau ukuran-ukuran yang berhubungan dengan dengan keberlangsungan hidup dan kelengkapan hidup seluruh makhluk hidup. Jika dikaitkan dengan kekayaan, maslahah dapat diartikan sebagai kepemilikan dan kekuatan barang dan jasa yang mengandung elemen-elemen dasar dan tujuan kehidupan manusia didunia serta perolehan pahala untuk kehidupan akhirat. Konsep maslahah ini terkait dengan kerangka maqasid al shariah, yakni untuk mencapai kesuksesan hidup didunia dan diakhirat  (falah) serta kesejahteraan umat manusia. Oleh karena nya, semua barang da jasa yang  memiliki maslahah dapat digolongkan sebagai kebutuhan manusia.
Imam shatibi selanjutnya membedakan membedakan maslahah menjadi 3 jenis yakni:
Ø  Esensial (daruriyyah)
Daruriyyah sebagai komponen pertama merupakan hal-hal yang wajib adanya dan menjadi pokok kebutuhan hidup manusia. Dalam pengertian ini, hal-hal yang bersifat dharury bagi manusia berpangkal  pada pemeliharaan lima hal pokok  dalam maqasid al shariah yakni pemeliharaan jiwa, agama, akal, harta kekayaan dan anak atau keturunan. Pada hakikatnya, melindungi kelima hal pokok ini sama dengan atau merupakan langkah-langkah utama untuk menegaakan syariat islam.
Ø  Pelengkap (hajiyyah)  
Hajiyyah adalah suatu yang melengkapi hal-hal esensial yang jika diabaikan akan memberikan kesukaran atau kesulitan dalam kehidupan manusia. Contoh dalam bidang ekonomi adalah penggunaan uank untuk alat tukar menukar barang dan transaksi lainnya, serta kebolehhan melakukan transaksi dengan akad mudharabah, mushaqat, muzara’ah, dan bai salam.  
Ø  Penyempurna (tahsiniyyah)
Tahsiniyyah merupakan hal-hal yang umumnya mengandung nilai estetika yang baik sehingga dapat meningkatkan dan menyempurnakan kualitas hidup manusia. Tanpa keberadaanya, kehidupan manusia masih tetap bisa berjalan dengan normal akan tetapi belum sempurna.

Dari ketiga kebutuhan pokok tersebut, pemeliharaan dharury merupakan prioritas utama. sementara hajiyyah boleh ditinggalkan apabila dapat merusak dharury, dan tahsiny boleh ditinggalkan apabila juga merusak dharury dan hajiyyi.

2)      Mencari Kekayaan Menurut Islam
Dalam persfektif islam, mencari kekayaan tidak hanya diperlukan, namun merupakan hal yang wajib dalam agama. Ini bertolak belakang dengan pendapat banyak orang bahwa islam tidak mendukung pengumpulan kekayaan. Islam sangat mendukung pengumpulan kekayaan. Berkerja mencari nafkah, oleh karenanya, tidak hanya dianggap sebagai cara untuk menghasilkan pendapatan yang halal, namun juga sebagai cara untuk memberikan manfaat yang besar kepada sesame sekaligus mendekatkan diri kepada allah swt.

Dalam bekerja mencari dan mengumpulkan kekayaan, islam memberikan berbagai pedoman yang jelas yakni:
Ø  Bekerja merupakan bagian dari kewajiban beragama yang menunjukan ketaatan dan rasa syukur kepada allah swt  Sang maha pemberi kekaayaan.
Ø  Bekerja selalu harus dilakukan degan penuh kesungguhan
Ø  Bekerja merupakan sumber rezeki yang halal dan member keberkahan
Ø  Bekerja menunjukan harga diri manusia
Ø  Bekerja merupakan cara member manfaat kepada masyarakat.
Jelaslah bagi kita bahwa kekayaan atau rezky tersebut sudah disediakan secara berlimpah oleh allah swt bagi manusia, termasuk sumbernya, bahkan sebelum manusia dilahirkan. Karunia tersebut hanya diberikan  Nya kepada orang-orang yang dikehendaki Nya. Maka, manusia harus berusaha menjadi insane-insan yang terpilih untuk menjemput kekayaan tersebut dengan cara-cara yang diberkahi dan telah digariskan oleh allah swt dalam ajaran islam.
3)      Pencarian Kekayaan dan Pengelolaan Organisasi
Southwest Airlines telah menunjukan pentingnya menjadikan kru benar-benar sebagai keluarga dan stakeholder  utama dalam sebuah organisasi: menyatakan mereeka dalam mengambil keputusan perusahan, memberikan penghargaan atas keberhasilan mereka, serta mendorong kru nya untuk berani mengepresikan diri dan sifat-sifat humanitas merekademi kepentingan bersama. Perusahaan juga menempatkan kepuasan konsumen sebagai salah satu tujuan mereka.
Dalam beberapa literature mengaitkan keberhasilan ini dengan struktur organisasi yang fleksibel dan pandangan yang luas mengenai konsep tata kelola perusahaan, jika dibandingkan dengan perusahaan yan struktur organisasi nya cenderung hierrarkis dan pandangan mengenai corporate governance relative sempit. Dalam perusahaan-perusahaan tersebut, pengambilan keputusan biasanya berjalan birokratis dan lamban. Mereka juga cenderung lambat dalam melakukan langkah-langkah antisipasi dalam terhadap perubahan-perubahan yang setiap saat bisa terjadi di era globalisasi ini.
Akibatnya, motivasi kru menjadi rendah yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktifitas dan keuntugan perusahaan. Perusahaan­­- perusahaan dengan karakteristik seperti ini memerlukan reformasi organisasi mereka. Reformasi ini dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan konsep berbagi PIKR (power,information,knowledge, reward).















BAB VI
PIKR (POWER, INFORMASION, KNOWLEDGE, REWARD SHARING)

A.    PENDAHULUAN
Dalam konteks manajemen organisasi, system manajemen serta budaya yang positif bagi organisasi dapat di kembangkan dengan beerbagai cara. Salah satunya adalah dengan menerrapkan konsep berbagi atau  sharing  PIKR (Power, Information, knowledge, dan Reward). Apa yang di maksud dengan “berbagi PIKR”? Bagaimana system manajemen dan buaya organisasi dapat di pengaruhi konsep ini? Apakah aplikasi konsep ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan dan kinerja organisasi?.
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, terlebih dahulu kita mengetahui apa yang dimaksud budaya organisasi dan elemen-elemen yang terkai dengannya. Memahami apa yang dimaksud dengan konsep PIKR dan kemudian menghubungkan dan keterkaitan antara budaya organisasi dengan berbagi PIKR.

B.     STRUKTUR ORGANISASI
1.      Organisasi sebagai sebuah budaya
Pada pertengahan tahun 1980-an, organisasi umumnya di lihat lebih sebagai alat untuk mengoordinasikan dan mengatur sekelompok orang melalui fungsi tertentu. Akan tetapi, dalam praktiknya sering kita melihat bahwa organisasi yang bergerrak di bidang yang sama ternyata memiliki personalitas yang berbeda.
Budaya organisasi umumnya dikembangkan dari latar belakang dan filosofis unik yang di miliki oleh sebua organsasi dan kemudian di kembangkan secara sistematis di dalam organisasi tersebut. Sering kali, kepemimpinan (leadership) merupakan faktor pembawa perubahaban yang efektif dalam sebuah perusahaan.
Dalam perspektif islam, budaya organisasi harus di kembangkan berdasarkan kodrat dan pandangan islam mengenai keduniawian (Islamic worldview), terutama pandangan mengenai manusia dan kemanusiaan sebagai mana dijelaskan dalam sumber-sumber ajaran islam. Posisi manusia sangat istimewa dari dialog antara Allah SWT. Dengan para malaikat ketika dia menciptakan nabi adam.

2.      Pengertian  Struktur Organisasi
Secara harfiah “strutur” dapat di defenisikan sebagai suatu cara menyusun dan membentuk bagian atau elemen-elemen individu secara bersama-sama dalam satu kesatuan. Sedangkan strutur organisasi merupakan kerangka untuk mendefenisikan bagaimana aktivitas-aktivitas  atau pekerjaan-pekerjaan dalam sebuah organisasi,dikelompokkan,dan di koordinasikan. Ketika struktur organisasi di rancang, bagian-bagian tersebut mejadi landasan berjalannya sebuah organisasi. Oleh karena itu, pengelompokan orang-orang ke dalam suatu unit kerja dan kesatuan tersebut merupakan hubungan kerja dalam suatu bisnis.
Ada 6 hal yang perlu dipertimbangkanmanajer ketika hendak merancang struktur sebuah organisasi, antara lain :
a.       Spesialisasi kerja (work specialization)
Spesialisasi kerja (work specialization) menunjukkan bagaimana pekerjaan dalam sebuah organisasi di bagi menjadi beberapa aktivitas yang berbeda dan dilakukan oleh individu-individu yang berspecialisasi mengerjakan masing-masing aktivitas tersebut. Ide mengenai spesialisasi pekerjaan atau pembagian tenaga kerja (division of labor) dapat di telusuri semenjak zaman Al-Ghazali (1111 M) dan Ibnu Khaldun (1404 M), pemikir-pemikir islam yang sangat produktif dan besar jasanya dalam pengembangan dalam pengetahuan. Dengan spesialisasi kerja,diharapkan kru dapat benar –benar menguassai aktivitas yang mereka kerjakan.
b.      Departmentalisasi
Departementalisasi merupakan basis pengelompokan departemen-departemen dalaam sebuah organisasi untuk mengintegrasikan kerja-kerja yang terspesialisasi. Misalnya adalah pengelompokan berdasarkan fungsi pekejaan produk yang dihasilkan,daerah geografis, proses produksi, tipe konsumen, dan sebagainya.pengelompokan ini pada umumnya di dasarkan pada kebutuhan dan skala perusahaan, serta di bentuk pada setiap level atau hierarki perusahaan.
c.       Rantai Komando
Rantai Komando (chain of command) menunjukkan garis kekuasaan yang menghubungkan kru dengan posisi yang lebih tinggi dengan yang berposisi lebih rendah, sehingga tugas-tugas dan pelaporan dapat menjadi lebih jelas. Ada dua konsep yang berhubungan dengan rantai komando, yaitu konsep wewenang (authority) dan kesatuan perintah (unity of common). Wewenang adalah hak yang melekat pada sebuah posisi manajerial untuk memberikan perintah dan mengharapkan perintah tersebut di laksanakan oleh bawahannya.sedangkan, prnsip unity of common bertujuan mendukung implementasi rantai komando sehingga seorang kru hanya memiliki satu orang atasan yang bertanggung jawab secara langsng kepadanya.
d.      Rentang kendali
Garis yang menghubungkan individual-individual menggambarkan rentang kendali (span of control) untuk setiap manajer di dalam struktur organisasi. Rentang kendali mengindikasikan berapa banyak orang dan siapa saja bawahan-bawahan serta fungsi-fungsi pelaporan yang di miliki setia manajer organisasi. Rentang kendali juga menggambarkan sumber daya yang langung berada di bawah pengawasan manajer.
e.       Sentralisasi dan Desentralisasi
Pengambilan keputusan di dasaarkan pada dua konsep utama, yaitu sentralisasi dan desentralisasi . sentralisassi berarti pengambilan keputusan berada di tangan manajemen lapisan atas, dengan sedikit atau tanpa masukan dari bagian-bagian di bawahnya. Konsep ini berhubungan erat dengan kepemilikan kekuasaan formal. Kebalikan dari konsep ini adalah desentralisasi. Dalam organisasi terdesentralisasi , dimungkinkan menerim masukan dari lebih banyak orang (terutama kru dari level yang lebih rendah), pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang lebih cepat, serrta tidak membuat kru mersa di pisahkan dari pihak pengambil keputusan yang dapat memengaruhi cara kerjanya.
f.       Formalisasi
Formalisasi  (formalization) atau standardisasi adalah tingkatan dimana pekerjaan dalam sebuah organisasi sudah memiliki standar tertentu. Formalisasi biasanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kerja, dengan menjelaskan apa yang harus dilakukan, kapan waktunya, dan bagaimana melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan. Deskripsi pekerjaan, peraturn organisasi, proseddur yang jelas mengenai proses kerja dalam organisasi adalah beberapa contoh formulasi yang sering di temukan dalam sebuah organisasi.
3.      Faktor-Faktor Penyebab Struktur Organisasi Berbeda-Beda
a.       Strategi perusahaan
Struktur organisasi merupakan sarana untuk membantu manajemen mencapai tujuannya. Oleh karena tujuan perusahaan di turunkan dari strategi perusahaan, maka struktur organisasi haruslah mengikuti strategi perusahaan. Dalam ekonomi konvensional umumnya di asumsikan bertujuan mencari keuntungan materi yang sebesar-besarnya. Sedangkan perusahaan yang berbasis islam,visi dan misinya haruslah sesuai dengan ajaran islam. Konsep maqasid al-shariahi dan maslahah dapat di jadikan sebagai acuan dalam menetapkan visi dan misi yang sesuai dengan islam. Berdasarkan Konsep maqasid al-shariah, sebuah perusahaan harus sejalan dengan tuntunan islam untuk memelihara 5 hal mendasar yakni : agama, harta, keturunan, akal, dan jiwa. Adapun tujuan akhir adalah falah (kesejahteraan dan kebahagiaan yang hakiki di dunia dan di akhirat ), bukan meaksilimasilaba atau keuntungan materi semata.
b.      Skala organisasi
Skala organisasi secara signifikan memengaruhi struktur sebuah organisasi. Sebagai contoh, organisasi yang besar cenderung memiliki lebih banyak spesialisasi. Departentalisasi, batasan vertical dan peraturan/regulasi ddaripada organisasi yang kecil
c.       Tekhnologi
Teknologi disini sebagai system atau cara organisasi mentransformasi input menjadi output. Teknologi rutin  berhubungan dengan struktur organisasi yang tersentralisasi, sementara teknologi non rutin bisanya sangat berrgabtung pada pengetahuan para ahli yang akan mendorong delegasi wewenang dalam mengambil keputusan. Secara umum hubungan teknologi dengan sentralisasi kekuasaan terletak pada tingkatan formulasinya. Peraturan formal dan pengambilan keputusan tersentralisasi biasanya memiliki mekanisme control dan manajemen dapat mengganti salaah satunya.
d.      Lingkungan
Lingkungan organisasi terbenuk dari intitusi-intitusi di luarorganisasi yang berpotensi memengarhi kinerja organisaasi.  Contohnya adalah konsumen, competitor, distribusi, masyarakat di sekitar, dan pemerintah. Kondisi lingkungan yang senantiasa brubah, secara langsung dan tidak langsung memengaruhi keefektivan organisasi.salah satu cara meminimalkan ketidakefektifan  karrena perubahan lingkungan ini adalah dengan menyesuaikan tiga dimensi utama setiap lingkungan organisasi: kapasitas, fluktuasi, dan kompleksitas, dengan strutur organisasi yang di adopsi.
e.       Wewenang
Semakin besar organisasi, kegiatan operasional manajemennya akan semakin rumit dan banyak. Hal ini menuntun para para atasan agar dapat mendelegasikan wewenang kepada bawahannya karena ia tidak akan mampu melakukan segala aktivitas perusahaan sendirian. Pendelegasian wewenang (authory) memang berarti bahwa seorang atasan harus memberikan otoritas sepenuhnya sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Konsep pemberdayaan (empowerment) sering dikemukakan dalam literature manajemen. Pemberdayaan merupakan tindakan mendelegasikan wewenang (power sharing) dengan pihak lain. Konteks pemberdayaan adalah pendelegasia wewenang kepada bawahan atau pemberian lebih banyak wewenang dari level atas manajemen kepada level manajemen yang lebih rendah.

Meluasnya pemberdayaan ini di latarbelakangi oleh besarnya mamfaat yang dapat di peroleh dengan memberdayakan kruserta besarnya bahaya yang di timbulkan oleh wewenang yang tersentralisasi pada satu komando. Pendelegasian wewenang terbukti mamapu memberikan berbagai mamfaat positf  bagi kinerja sebuah prganisasi. Beberapa cara dalam mendelegasikan wewenang yang lebih besar untuk membuat keputusan yang spesifik, memberikan  training yang sesuai agar kru bisa mengembangkan kompetensi dan kepercayaan diri.

Kiat-kiat mendelegasikan wewenang :
1.      Ciptakan budaya kerja yang membuat orang bebas dari perasaan takut gagal/salah
2.      Jadikan pendelegasian wewenang sebagai bagian dari proses perbaikan
3.      Dorong agar manajer merasa pasti dan aman
4.      Didiklah manajer untuk bisa mengendalikan pekerjaannya dengan baik
5.      Tentukan mana yang bisa di delegasikan dan mana yang harus dikerjakan sendiri
6.      Pilihlah penerima delegasi dengan cermat dan baik
7.      Kembangkan para bawahan agar mampu melakukan pekerjaan dengan baik
8.      Ciptakan budaya kerja tim

C.     INFORMATION SHARING
1.      Pengertian informasi dan Komunikasi
Informasi merupakan kumpulan data dan fakta yang mengandung makna. Dalam konteks organisasi, informasi ini selanjutnya di pertukarkan sehinnga dapat menjadi input dalam proses pengambilan keputusan. Proses pertukaran informasi ini di kenal dengan istilah informasi.
2.      Konsep –konsep dasar komunikasi
a.       Fungsi komunikasi
·         Komunikasi berfungsi sebagai alat control perilaku anggota dalam sebuah organisasi dalam berbagai cara. Sebuah organisasi memiliki hierarki kekuasaan dan pedoman kerja formal yang harus di ikuti oleh anggota.
·         Komunikasi berfungsi sebagai motivasi untuk menjelaskan atau mengklarifikasikan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas kru.
·         Komunikasi berfungsi sebagai  ekspresi emosinal perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.
·         Komunikasi berfungsi sebagai  penyampaian informasi
b.      Model dasar komunikasi
Semua jenis komunikasi melibatkan 4 aktivitas dan 5 komponen, aktivitas-aktivitas tersebut adalah peyampaian makna (encoding), pengiriman (sending), penerimaan (receiving), dan penguraian makna (decoding), dan 5 komponennya adalah pengirim (sender), pesan, media, gangguan , dan penerima.

c.       Jenis-jenis komunikasi
Komunikasi dapat terjadi dalam 2 bentuk yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal terdiri atas komunikasi tertulis dan komunikasi langsung. Komunikasi non verbal merupakan bentuk  komunikasi selai komunikasi selai verbal, contohnya: intonasi, wajah, bahasa tubuh.
Media Komunikasi
Media Komunikasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda pula, diantaranya :
§  Sifat personal
§  Tidak personal
§  Kecepatan dalam pengiriman dan penerimaan pesan
§  Kesempatan untuk langsung menerima umpan balik (feedback) dari penerima.
Berdasarkan kapasitas media komunikasi digolongkan sebagai kuat (rich) dan lemah (lean) dalam memfasilitasi sharing informasi dan makna.
Berikut ini faktor faktor yang mempengaruhi Kekuatan Media (Media Richness) :
              Lean Medium                                                            Rich Medium
§  Tidak personal                                                             Personal
§  Hanya sedikit bantuan dalam                                     Banyak bantuan dalam
pengertian pesan                                                         pengertian pesan
§  Umpan balik yang terlambat                                       Umpan balik seketika


Teknologi  Komunikasi
Dewasa ini, komunikasi organisasi sangat terbantu dengan banyaknya kemajuan teknologi komunikasi. Beberapa teknologi komunikasi yang sangat lazim diunakan saat ini adalah:
§  E-mail : internet bertujuan mengirimkan dan menerima pesan/ dokumen yang ditulis di komputer.
§  Pesan instan : e-mail atau real-time, pesan ini dapat dikirimkan lewat internet seperti; Yahoo!, messenger dan Skype maupun media lainnya yang berukuran kecil dan dan dapat dibawa kemana-mana (ponsel, palm pilot, atau blackberries)
§  Intranet : jarinagn komunikasi yang bersifat private dan terbatas bagi anggota sebuah organisasi yang diberikan akses informasi oleh sebuah organisasi.  Misalnya : internet bebas kabel dan berkecepatan tinggi ( Wi-Fi).
Sedangkan Ekstranet : jaringan komunikasi yang menghubungkan kru sebuah perusahan. Misalnya; pemasok, konsumen, dan rekan strategis.
§  Video- conference : perpanjangan dari sistem intranet dan ekstranet. Hal ini memungkinkan untuk ‘bertemu’ dan berkomunikasi langsung berada di tempat lokasi yang berbeda.
§  Software perencanaan khusus : Enterprise resource planning (ERP) merupakan salah satu contoh software khusus yang mampu mengintegrasikan berbagai informasi yang terkait dengan perencanaan berbagai sumber daya sebuah perusahaan agar bisa dijadikan input dalam proses pembuatan keputusan perusahaan.

Hambatan-hambatan dalam komunikasi
Berikut didiskusikan beberapa hambatan penting dalam komunikasi organisasi :
§  Manipulasi informasi
§  Persepsi selektif (selective perception)
§  Informasi yang berlebih (information overload)
§  Emosi
§  Bahasa

Banyak cara untuk meningkatkan Efektivitas Komunikasi diantaranya :
§  Kemampuan mengirimkan pesan dapat ditingkatkan dengan mempermudah bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi, menulis dengan lebih terorganisir, memahami pendengar,
§  Kemampuan menerima dan mendengarkan informasi juga harus dikembangkan dengan sikap lebih terbuka, lebih empati, mendengarkan lebih aktif, dan
§  Mampu mengenali bahasa-bahasa non verbal seperti intonasi dan bahasa tubuh.


Pengetahuan ( Knowledge)
Dalam ilmu manajemen, knowledge memiliki makna yang lebih spesifik. Knowledge diartikan sebagai hal-hal yang diketahui oleh individu atau kelompok kru (dalam konteks social knowledge dan humanistik) atau aturan, metode,  proses, perangkat kerja (tools) atau aktivitas-aktivitas rutin yang dimiliki /dilakukan oleh perusahaan ( dalam konteks knowledge terstruktur). Llebih jauh menurut Amin, dalam bukunya Celestial Management , Knowledge merupakan informasi yang telah teruji kebenarannya. Informasi ini sendiri berasal dari kumpulan fakta ( fakta-fakta awal atau proto-fact yang telah diobservasi keberadaannya dalam dunia nyata) yang telah dihimpun menjadi data yang siap untuk dianalisis untuk kemudian disajikan  dalam bentuk informasi yang memiliki makna. Knowledge ini kemudian menjadi dasar untuk mendayagunakan informasi dan wewenang agar dapat membuat keputusan yang tepat.
Jika diklasifikasikan berdasarkan kontennya, knowledge dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yakni :
1.      Pengetahuan implisit (tacit knowledge).
Tacit knowledge merupakan Knowledge personal berdasarkan pengalaman individu dan dipengaruhi oleh persepsi dan nilai-nilai yang dipercaya. Cara pengkomunikasiannya melalui diskusi dan demontrasi (kerja praktik).
2.      Pengetahuan eksplisit (explicit knowledge).
Explicit knowledge mengacu pada manual, formula dan spesifikasi yang dideskripsikan dalam bahasa formal. Knowledge ini dapat dikelola dengan menggunakan bantuan Knowledge database atau dikenal dengan sistem knowledge management.

Knowledge Management adalah sistem yang memungkinkan knowledge atau informasi yang bermakna tersebut dapat diorganisir dan didistribusikan secara baik sehingga dapat menjangkau pihak yang tepat dan pada waktu yang tepat. Proses sistem kinerja perusahaannya dengan merancang dan mengimplementasikan perangkat kerja (tools), proses, sistem, struktur dan budaya perusahaan dalam meningkatkan pembentukan ( creation), pembagian (sharing), dan penggunaan knowledge.

Ada empat metode dalam mengembangkan knowledge sharing yaitu:
a.       Sosialisasi                   
b.      Internalisasi
c.       Eksternalisasi
d.      Kombinasi

Metode-metode dalam Knowledge Sharing yaitu:
Sosialisasi melibatkan pengetahuan implisit dengan cara berbagi pengalaman, pembelajaran ini berlansung melalui observasi, imitasi dan latihan. Eksternalisasi, mentransfer  pengetahuan implisit
Menjadi pengetahuan eksplisit ,biasanya berbentuk metafora, pemberian mode/konsep/persamaan yang dapat dijadikan acuan dalam bertindak. Kombinasi, lalu menyistemisasi konsep eksplisit menjadi sebuah sistem pengetahuan dengan cara menganalisis, mengategorisasikan, dan menggunakan informasi dengan cara baru yang lebih kreatif. Terakhir internalisasi, proses mengonversi pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan implisit. Metode-metode pelatihan seperti simulasi, action learning, dan on-the-job training yang lazim dilakukan dalam konversi ini.


                                                     Pengetahuan Implisit         Pengetahuan Eksplisit
Sosialisasi
Eksternalisasi
Internalisasi
Kombinasi
Pengetahuan Implisit

Pengetahuan Eksplisit

Pada  tataran praktis cara yang bisa dilakukan untuk menciptakan dan berbagi knowledge, antara lain:
§  Memublikasikan katalog mengenai kegiatan-kegiatan kru, bagaimana mereka dapat dihubungi, dan bidang keahlian yang dikuasainya.
§  Menggunakan teknologi dan software seperti note dan e-mail atau menciptakan jaringan internet perusahaan yang memungkinkan untuk menyimpan dan berbagi data dengan yang lain.
§  Mengembangkan peta informasi yang menjelaskan dimana knowledge tertentu disimpan di perusahaan.
§  Mewajibkan kru untuk mempresentasikan kepada kru lainnya mengenali apa yang telah dipelajari pada program pelatihan yang diikutinya.
§  Meenciptakan pustaka online untuk sumber-sumber pembelajaran seperti jurnal, manual, kesempatan pelatihan dan seminar.
§  Menta ruangan kantor yang daoat memfasilitasi interaksi antar-kru.






BAB VII
ORGANISASI SEBAGAI TEMPAT PERTEMPURAN

APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERTEMPURAN (WARFARE)?
            Menurut kamus merriem-webster, secara bahasa, warfare berasal dari dua suku kata, yaitu warre yang berarti perang dan fare yang berarti perjalanan. Secara istilah  warfare dapat diartikan suatu operasi militer yang terjadi diantara dua pihak yang saling bermusuhan. Kamus tersebut juga didefenisikan warfare sebagai pertempuran diantara entitas-entitas yang saling berkompetisi. Sementara itu kamus besar bahasa indonesia mengartikan pertempuran perkelahian yang hebat, peperangan atau pun perjuangan. Sedangkan kamus encarta mendefenisikan pertempuran tidak hanya sebatas peperangan, namun juga mencakup kompetisi dan persaingan. Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pertempuran yaitu perjuangan yang dilakukan oleh beberapa pihak yang saling berkompetisi untuk memperebutkan suatu hal yang diinginkan bersama, atau untuk memenang kan tujuan tertentu.
Dalam islam, pertempuran sangat lekat dengan kata “jihat” yang tampaknya semakin mengalami distorsi  dari makna aslinya. Meskipun dalam alquran  menjelaskan jihat itu dekat dengan perang yang dapat dilakukan dengan harta dan jiwa, namun perang tersebut dapat dilakukan apabila kondisi umat sedang benar-benar terancam. Rasulullah saw bersabda ats nama allah dan dirinya bahwa perang juga harus ada etika perang seperti dilarang merusak tumbuhan, larangan membunih anak-anak,wanita-wanita dan lelaki tua yang tidak ikut dalam peperangan.
PERTEMPUAN DI ABAD MILENIUM
Pertempuran yang semakin terlihat di dunia saat ini adalah pertempuran pemikiran, keunggulan, dan pengaruh terhadap pihak lain. Meskipun pertemuran ini tidak menimbulkan darah dan jerit tangis tatapi tidak berbeda dengan pertempuran fisik karna pertempuran ini melibatkan pengarahan pasukan dalam bentuk kru-kru yang terlatih, memiliki kompetensi dan semangat juang yang tinggi untuk memenangkan pertempuran pertempuran ini tidak menggunankan senjata pemusnah  teatapi menggunakan strategi-strategi yang kreatif dan inovatif untuk menaklukan kompetitor. Tantangan-tantangan apa saja yang terjadi dalam pertempuran di era global ini?


            TANTANGAN PERTEMPUARAN DI ERA GLOBAL
ü  Globalisasi
Globalisasi  membuat setiap organisasi secara sukarela maupun terpaksa harus siap untuk menghadapinya. Namun, globalisasi tidak hanya memengaruhi organisasi yang beroprasi secara internasional. Globalisasi juga terjadi pada organisasi lokal yang membeli atau menggunakan produk atau barang yang diproduksi diluar negeri, memperkerjakan karyawan dengan latar belakang yang berbeda, atau bersaing dengan organisasi yang dimiliki oleh organisasi asing. Banyak organisasi yang memasukan pasr internasional dengan mengekspor produk keluar negeri. Membangun fasilitas pabrik di luar negeri.serta memanfaatkan e-commerce untuk memasarkan produknya.
Kebutuhan terhadap kepemimpinan
Perkembangan dalam tekanan kerja dan globalisasi menurut organisasi unutk mengidentifikasi, melatih, dan mengembangkan karyawan dengan keahlian manajerial. Hal ini dikarenakan karyawan eksekutif, administratif, serta bagian manajerial lainnya akan menghadapi pergantian terbesar terhadap kematian atau penghentian kerja.
Permasalahan yang saat ini tengah berkembang adalah banyak organisasi yang tidak memiliki karyawan dengan kompetensi yang di yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis dalam prekonomian global. Untuk mengelola bisnis dengan sukses dalam suatu prekonomian global, manajer harus dapat mengenali diri dan dapat membangun tim internasional , menciptakan praktik manajemen dan pemasaran secara global dan berinteraksi serta mengelola karyawan yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.
Meningkatkannya kebutuhan modal intelektual
Saat ini organisasi tertarik dalam modal intelektual sebagai cara untuk menciptakan keunggulan terhadap kompetitor. Sebagai akibatnya, banyak organisasi mencoba untuk menarik, mengembangkan, dan mempertanhan kan pekerja yang memiliki pengetahuan (knowledge workers). Knowledge workers merupakan karyawan yang berkontribusi ke organisasi bukan melalu pekerjaan manual tetapi melaluihal-hal yang mereka ketahui tentang konsumen atau pengetahuan yang khusus. Karyawan tidak bisa hanya di perintahkan untuk mengerjakan suatu tugas tetapi  mereka harus saling berbagi pengetahuan dan berkolaborasi untuk mencari solusi masalah yang dihadapi bersama.dalam mempertahan kan knowledge workers  organisasi dituntut untuk beradaptasi terhadap perubahan. Itu berarti menjalankan ide atau perilaku yang baru oleh organisasi.


Talenta yang mumpuni
Sebagian besar dari lapangan pekerjaan yang ada, membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan sarjana dan telah mendapatkan pelatihan. Meskipun organisasi akan membutuhkan karyawan diberbagai tingkat pendidikan dan pelatihan, namun yang bagi yang memiliki pendidikan yang tinggi biasanya memiliki pilihan yang lebih banyak dalam bursa kerja dan dan kesemp[atan yang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tinggi. Oleh karna itu mempertahankan pegawai yang bertalenta merupakan bagian yang penting dalam manajemen organisasi. Karyawan yang bertalenta mencoba untuk mencari tantangan baru dan perkembangan karier.
Meningkatnya tekanan akan kualitas dan pelayanan terhadap konsumen
Total Quality management (TQM) adalah suatu usaha organisasi unutk mengembangkan secara kontinu cara oran, mesin, dan sistem menyelesaikan pekerjaan. Nilai dasar TQM adalah :
·         Metode dan proses desain untuk memenuhi kebutuhan dari kamsumen.
·         Setiap karyawan di organisasi menerima pelatihan dalam kulitas.
·         Kualitas desain ke produk atau jasa sehingga errors dapat dicegah untuk terjadi daipada dideteksi dan dikoreksi.
·         Organisasi melakukan kerja sama dengan vendors, suppliers dan konsumen untuk meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya.
·         Manajer mengukur kemajuan dengan feedback berdasarkan data.
Perubahan  Demografis dan keberagaman angkatan kerja
Salah satu tantangan yang dihadapi organisasi adalah ada nya peningkatan keberagaman angkatan kerja. Melalui keberagaman ini, sulit ditemukan kru yang memiliki bobot kinerja yang sama. Penelitian menyarankan bahwa untuk memaksimalkan komitmen dan motivasi karyawan terhadap tujuan organisasi, karyawan harus diberi kesempatan untuk mengembangkan keahliannya, memenuhi keinginannya, dan menyeimbangkan pekerjaan dengan aktivitas kehidupan lainnya.
            Perkembangan Teknologi
            Perkembangan teknologi telah banyak membantu organisasi dalam menjalankan kegiatan oprasional nya. Teknologi, misalnya, memungkinkan rapat, diskusi, maupun pelatihan dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan fasilitas teleconference. Internet dan web memungkinkan para karyawan untuk mengirim dan menerima informasi. Internet memberikan karywan akses instan ke para ahli, dimna dapat berkomunikasi dengan newsgroup.
Melalui teknologi, informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan customer service dan kualitas produk menjadi lebih mudah unutk di akses oleh karywan. Ini berati para karywan diharapkan unutk mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk memuaskan konsumen.
            PERTEMPURAN DALAM DUNIA BISNIS
Berbicara  mengenai pertempuran dalam dunia bisnis bisa di ibaratkan menembak peluruke target yang bergerak. Ini di sebabkan pergeraka n pola pertempuran dalam dunia bisnis yang berubah dengan luar biasa cepatnya.terlebih dengan kemajuan teknologi dan peningktan pengetahuan yang berkembang secra eksponensial. Tidak hanya hanya dalam hal strategi bisnis, target pemasaran produk maupun jasa organisasi bisnis pun telah banyak bergeser sebelum era ini banyak organisasi bisnis yang memfokuskan pemasaran produk yg bekualitas dan terkustomisasi pada pasar menengah ke atasuntuk mendapatkan margin keuntunganyang besar. Saat ini organisasi bisnis dipaksa terjun dalam pertempuran bisnis tersebut dengan mengarahkan target pemasaran nya ke sebagian dari 1,3 miliar penduduk golongan menengah ke bawah yang masi terisolasi secara ekonomi namun tetap menjadi bagian integral ekonomi dunia.
           
            SOLUSI THE CELESTIAL MANAGEMENT
            Calastial management, pertempuran global sejatinya dapat dimenangkan oleh organisasi manapun yang memiliki kemampuan MIKR. MIKR disini berarti lebih luas daripada kata mikir dalam bahasa jawa yang berarti berfikir. MIKR di dalam celestial management merupakan akronim dari empat sifat yaitu militan, intelek, kompetitif dan regeneratif. Keempat sifat inilah yang merupakan hal lanjutan yang harus disiapkan oleh suatu komunitas yang didalam nya terdapat individu yang telah mengamalkan ZIKR dan telah berkumpul dalamorganisasi yang telah melakukan sharing PIKR. Jika suatu komunitas telah memiliki sifat MIKR, adalah suatu keniscayaan bila komunitas tersebut akan terbentuk menjadi suatu komunitas yang tangguhdan dapat memenangkan pertempuran dalam konteks apapun.
           

 
BAB VIII
MILITAN, INTELEK, KOMPETITIF, DAN REGENERATIF

A.    Apa yang dimaksud dengan militan.
Jika dilihat secara bahasa mititan terdiri dari 2 kata yakni mili yang berarti kecil dan tan yang berarti orang. Sehingga, militant dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang berjumlah kecil atau sedikit. Lebih jauh lagi jika kita merujuk pada the American heritage dictiniories, kata militant  berasa latin yakni militans yang berarti melayani atau mengabdi seperti halnya tentara. Sementara itu, KBBI menjelaskan bahwa militan dapat diartikan sebagai bersemangat tinggi, penuh gairah, berhaluan keras.

1.      Ciri-ciri orang militan
Secara umum, seorang dapat dijadikan militant bila orang tersebut memiliki 3 hal berikut.
Ø  Ia adalah orang aktivis yang dapat melihat masalah dan tampil untuk menyelesaikannya.
Ø  Ia tidak pernah berhenti berjuang karena ia tahu bahwa kemenangan adalah suatu hasil perjuangan yang panjang.
Ø  Ia memiliki kepemimpinan yan kuat dan visioner.

2.      Apa yang dimaksud dengan intelek
Intelek merupakan kata benda yang bermakna daya atau proses pemikiran yang lebih tinggi yang berkenaan dengan pengetahuan. Ia juga dapat diartikan  sebagai daya akal budi atau kecerdasan berpikir. Sementara itu, intelektual berate cerdas, berakal dan berpikiran jenih berdasarkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, orang yang cerdas namun menyalahgunakan kecerdasaanya untuk membodohkan rakyat kecil tidak termasuk dalam golongan ini. Sehingga, kaum terpelejar yang ilmunya tidak bermanfaat maka tidak termasuk kedalam orang yang intelek.




BAB IX
STUDI KASUS

STUDI KASUS 1
The whistle Blower
Saya adalah seorang perencana strategis di perusahaan terkemuka dalam negri, memiliki dan mengelolah Industri makanan ringan seperti Kerupuk. Dalam beberapa waktu terakhir ini perusahaan saya menjadi subjek Artikel kritis dalam surat kabar dan Majalah. Beberapa di antaranya adalah kondisi perusahaan yang Eksploitatif, kurang menyenangkannya pada rancangan pemulangan kembali profit yang dibuat bersama pemerintah, Pajak yang masih belum dibayarkan dan lain sebagainya yang berbau Negatif tentang perusahaan saya. Meskipun staff “tidak harus menyingkap informasi dagang pada orang yang tidak berwewenang” dan pihak lain mengatakan bahwa “semua hubungan dengan pers harus ditangani secara tepat olehpegawai yang berwewenang”.
Di sebuah fungsi sosial, staf dari departemen saya menerangkan bahwa ia yang menerangkan bahwa ia telah melakukan dan mengatakan kepada mereka “Anda harus mengabaikan apa yang telah saya katakan atau saya akan sacked”.
1.      Apakah yang harus saya lakukan?
2.      Bagaimana pendapat anda mengenai orang yang berperilaku seperti rekan saya diatas, yaitu orang yang “meniup peluit” di perusahaan?
3.      Apa prinsip umum yang mendukung pendapat saya?

STUDI KASUS 2
Dilema Etika
Saat anda berada di posisi jabatan yang cukup tinggi (Manager) di sebuah perusahaan anda diberitahu oleh CEO tentang Rahasia perusahaan dalam kondisi kritis, Namun beruntung anda masih dipertahankan di perusahaan tersebut. Di saat itu pula perusahaan harus merumahkan 200 karyawan, dan akan terjada PHK besar-besaran. Saat itu pula ada yang bertanya dengan kondisi perusahaan saat ini dia adalah teman sewaktu meniti karir dari bawah bersama anda dahulu, dan sekarang posisi dia masih berada di bawah jabatan anda.
Apakah etis menjelaskan kondisi perusahaan sebenarnya, dan bagaimana langkah terbaik yang anda lakukan ?

STUDI KASUS 3
Departemen anda sedang memperbaharui IT. Untuk Keperluan perusahaan akan menmbah 5 Komputer dan 5 printer. Anda ditugasi manajemen untuk menghubungi dan memesannya dari vendor yang biasa kerjasama dengan perusahaan anda. Setelah itu anda memberi tahu kepada agen tersebut bahwa anda membutuhkan printer disetiap rumah. Tidak disangka, wakil agen tersebut menawarkan barang yang sama dan memberikan diskon 25%  dari harga. “Anda telah memesan dalam jumlah yang besar. Anda mendapatkan Diskon ini” kata sang agen.
Anda ambil peluang ini karena tawaran itu diberikan Sesudah anda memesan, bukan sebelum anda memesan ?

STUDI KASUS 4
Budaya dalam Hewlett-Packard
Hewlett-Packard (HP), merupakan pemimpin dalam industry computer dan Instrumen elektronik di dunia serta mempunyai profitabilitas yang tinggi. Didirikan pada tahun 1940 oleh lulusan Universitas Stanford, William Hewlwett, dan David Packard. HP mengembangkan budaya yang ditumbuhkan dari keyakinan pribadi pendirinya. Bill dan Dave, memformalisasikan budaya HP pada tahun 1957 dalam sebuah pernyataan tujuan perusahaan sebagai “HP way” yang berorientasi pada orang, menekankan pentingnya memperlakukan setiap orang dengan perhatian dan hormat serta penghargaan terhadap pencapaian prestasi.
Nilai dasar yang dikomunikasikan di HP way adalah melayani setiap orang yang berkepentingan dengan integritas dan kejujuran, HP termasuk pelanggan, pemasok, karyawan, pemegang saham, dan masyarakat pada umumnya. Filosofi HP diletakan dalam pedoman prinsip. Salah satunya adalah kebijakan karyawan jangka panjang, bahwa HP tidak akan menjadi perusahaan yang memperkejakan dan mencatat karyawannya. Prinsip ini telah teruji dalam beberapa kesempatan misalnya pada tahun 2001 saat terjadi kemunduran dalam bisnis sehingga memaksa perusahaanan untuk meminta memilih karyawan untuk memilih 3 opsi yaitu pensiun dini, cuti tanpa gaji, serta pemotongan dalam gaji. Jadi, saat perlu sedikit karyawan, manajemen HP menghindarkan PHK dan memotong gaji dan memperpendek hari kerja sampai permintaan produk HP meningkat. Kebijakan ini menguatkan loyalitas kepada HP. Tidak seperti kebanyakan perusahaan lain yang memilih jalan mudah, melakukan PHK terhadap karyawannya.
HP way didasrkan pada aturan emas bagaimana memperlakukan anggota perusahaan agar merasa bebas berinovasi dan berkreasi. Para manajer HP percaya bahwa setiap karyawannya dari perusahaan merupakan anggota dari tim HP. Mereka meningkatkan level komunikasi di antara karyawan yaitu komunikasi horizontal terhadap pers, tidak hanya komunikasi vertikal antara hierarki bawah dan atas. Hal ini penting untuk menciptakan iklim inovasi yang positif. Untuk mendukung komunikasi dan kerjasama antara karyawan pada perbedaan level hierarki, HP menghilangkan formalitas.
Bill dan Dave mempelopori  teknik manajemen “walking around”. Karyawan diharapkan berkeliling untik mempelajari apa yang orang lain lakukan agar mereka bisa berkesempatan mengembangkan produk baru, atau mencari peluang baru dalam kerja sama. Mereka juga mempelopori prinsip bahwa karyawan harus meluangkan 15% dari waktu kerja pada proyek yang mereka pilih. Mereka juga mendorong karyawan untuk membawa peralatan kerumah.
HP mengembangkan Hewlett- Packard’s “I-Community”  untuk mengembangkan pasar yang seimbang dengan komitmen human melalui kemitraan bersama pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Seperti prinsip HP bahwa: “good business with good citizenship.”


Pertanyaan:
1.      Apakah terdapat hubungan antara budaya organisasi, aksi manajerial, serta kinerja organisasi dalam kasus HP diatas ? Jelaskan !
2.      Nilai-nilai apa yang dikembangkan HP dalam mengelola organisasi dan bisnisnya ?





STUDI KASUS 6
Muhammad Bhakty Kasry dan Pandu Siswi Sentosa
Motivasi untuk berdiri diatas kaki sendiri dan tidak lagi membaktikan diri pada perusahaan asing membuat Muhammad Bhakty Khasry memulai dan mengembangkan perusahaan ekspedisi Pandu Siwi Sentosa yang memiliki moto “KIRIMAN SATU MALAM” Kini, setelah 15 tahun berdiri, perusahaan tersebut telah menjadi perusahaan ekspedisi domestic yang ketiga terbesar di Indonesia. Apa Rahasianya? Menurut lelaki yang pernah 10 tahun bekerja di perusahaaan DHL dan telah menempati posisi paling puncak disana , bisnis yang dimulai dari nol akan menuai keberhasilan dengan menjalankan setidaknya 3 hal berikut ini. Pertama, adnya motivasi yang kuat untuk trus maju, kedua menjaga komitmen terhadap kepuasan pelanggan. Ketiga, meraih keberkahan dari Allah swt. dengan shalat Shubuh berjamaah dan sedekah.
Setelah mengawalinya dari diri sendiri dan keluarga, lalu ia mengajak karyawannya untuk shalat  Shubuh berjamaah di mesjid yang didirikan dari hasil sedekah danperusahaan. Efek dari semua itu adalah lahirnya ukhuwah dan suasana kerja yang kondusif diperusahaanya. Selain itu ketenangan batin, kemudahan menyelesaikan maslah, serta datangnya rezki tidak terduga yang menendai keberkahan bisnisnya.


3 komentar:

  1. kk terima kasih banyak atas ilmu"a

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke sama-sama...... Kunjungi trus Blog saya ya.....!

      Hapus
  2. Saya pernah bekerja di bidang pelayanan pelanggan selama 7 tahun. Dalam pekerjaan terakhir, saya memimpin sebuah tim beranggotakan 8 orang. Saya memiliki kemampuan komunikasi dan hubungan antarpersonal yang luar biasa, dan itulah yang memungkinkan saya bekerja dengan orang banyak pada beragam tingkatan. Saya punya latar belakang bekerja di perusahaan besar maupun kecil. Keunggulan saya adalah kemampuan dalam mengorganisasi dan mengoordinasikan proyek untuk memastikan agar tenggat waktu terpenuhi

    BalasHapus