BAB I
BISNIS DAN ETIKA
Bangkrutnya Lehman Brothers
Lehman Brothers merupakan perusahaan sekuritas keempat terbesar di
Amerika Serikat (AS). Perusahaan yang berusia 158 tahun ini menjadi pialang
utama dalam pasar sekuritas AS, bergerak di bidang bank investasi, perdagangan
saham dan obligasi, riset pasar, manajemen investasi, ekuitas pribadi, serta
layanan perbankan personal. Perusahaan ini di dirikan oleh Lehman bersaudara:
Henry, emanuel, dan Mayer di Montgomery, Alabama pada tahun 1850. Lehman
termasuk ke dalam daftar BusinessWeek “50 Best-performing companies in 2008”,
ironisnya pada tahun 2008 pula Lehman Bangkrut. Sebanyak 28.000 kru yang
bermarkas di New York kehilangan pekerjaannya.
Menurut Anthony Michael Sabino, profesor bisnis dari St John’s University
AS, bangkrutnya Lehman akibat kerakusan
ingin meraup untung tanpa henti dengan
tidak memperhatikan risiko. Kebangkrutan Lehman dipicu oleh pembiayaan sektor
perumahan AS, sekitar US$60 miliar. Sejak 2005, harga rumah di AS berjatuhan
dan kemungkinan dana-dana yang ditanamkan tidak akan pernah kembali lagi. Akan
tetapi, dana yang dipercayakan oleh investor malah dialokasikan ke sektor
perumahan yang sebagian besar subprime mortgage, berikut produk derivasinya.
Ketika suku bunga Fed tiba-tiba meningkat drastis, debitur subprime tidak bisa
membayar kewajiban, sehingga memicu kebangkrutan massal. Noda dari pembiayaan
perumahan ini merembet ke lini bisnis lainnya, antara lain: Neuberger Berman
Inc. Aurora Loan Services Inc., SIB Mortgage Corporation, FSB, dan crossroads
Group.
Akhirnya tidak ada lagi yang mau memberi dana pinjaman kepada Lehman.
Mereka yang meminjamkan dana, secara bersama-sama menarik dananya dari Lehman
bukan saja yang ditanamkan disekitar perumahan, tetapi juga disektor lain.
Barclays plc (inggris) tidak mau membeli Lehman karena “bolong” keuangannya
terlalu besar. Bank of America juga menolak dan memutuskan lebih baik membeli
Merrill Lynch, yang juga sedang bangkrut. Harga saham Lehman jatuh menjadi
hanya US$21 se dari US$67,73 setahun lalu, dan jatuhnya Lehman memicu jatuhnya
saham di banyak negara.
Kebangkrutan Lehman Brothers yang
terbesar sepanjang sejarah kebangkrutan
AS dengan total utang US$613 miliar dan US$155 miliar utang obligasi, sementara
aset yang dimiliki hanya sejumlah US$639 miliar. Kebangkrutan terbesar
berikutnya adalah Worldcom Inc. (aset US$126 miliar) dan Enron Corp (aset US$81
miliar). Bangkrutnya Lehman membuat otoritas keuangan di AS berjaga-jaga dan
terpaksa menyuntikkan dana US$99,4
miliar, Bank of England menyuntikkan dana US$35,6 miliar, Swiss National Bank
of menyiapkan dana US$7,2 miliar, dan Bank of Japan menyuntikkan dana US$24
miliar.
Sebenarnya Lehman merupakan jaminan mutu di sektor keuangan , seperti IBM
soal komputer. Akan tetapi, “mutu” perusahaan tersebut tidak bisa menjamin
Lehman untuk terus hidup. Pada tanggal 15 september 2008 menjadi akhir
perjalanan Lehman Brothers. Perusahaan besar itu tidak hanya jatuh, tetapi
jugamemengaruhi banyak sekali simpul-simpul finansial di berbagai negara,
karena banyak Bank yang memberi dana lewat Lehman. Saham-saham bank dan
perusahaan keuangan pemberi pinjaman kepada Lehman pun dicampakkan. Di antara
peminjan dana itu, antara lain: Citigroup (US$138 miliar) dan Bank of New York
Mellon Corp (17 miliar US$); Mizuho Financial, Auzora Bank, Shinsei, dan UFJ
(Jepang); Standard Chartered (Inggris); serta ANZ (Australia). Jatuhnya Lehman
Brothers itu membuat risiko investasi
tersebar dengan sangat cepat dan memicu krisis financial global.
Kisah bangkrutnya Lehman Brothers di atas menggambarkan dampak apabila
sebuah perusahaan tidak menggunakan etika dalam setiap aktivitas bisnisnya.
Ternyata penyimpangan etika bisnis juga dilakukan lembaga pemeringkat yang
memalsukan hasil pemeringkatan atas aset-aset Lehman yang terkait subprime
mortgage. Mungkin hal inilah yang memicu investor memborong saham terkait
subprime mortgage, yang Lehman sendiri tidak banyak tahu setelah produk itu
dikemas dalam bentuk CDO yang melibatkan rekayasa keuangan canggih.
Pada akhirnya praktik bisnis yang tidak jujur, hanya memikirkan
keuntungan yang sebesar-besarnya dan merugikan pihak lain, akan membawa
perusahaan, yang tergolong raksasa sekalipun, terperosok dalam jurang
kehancuran. Pada dasarnya, operasional sebuah perusahaan melibatkan banyak
pihak yang berkepentinagan. Maka, bangkrutnya Lehman kemungkinan tidak akan
terjadi bila pihak manajerial menyadari bahwa bisnis yang dikelola tidak hanya
memuaskan satu pihak saja, misalnya shareholder (pemegang saham) dengan laba
yang tinggi. Akan tetapi, bisnis berlangsung karena adanya tujuan yang mulia
yaitu menguntungkan semua pihak, baik shareholder maupun stakeholder.
ETIKA BISNIS: SUATU PENGANTAR
Etika bisnis bukanlah sebuah fenomena dan kajian baru. Telah banyak
artikel dan buku yang membahas etika bisnis sejak manajemen memasukkannya
sebagai aktivitas profesional dalam perusahaan dan organisasi bisnis yang
tumbuh dalam ukuran dan kekuatan yang telah memengaruhi banyak aspek kehidupan
masyarakat modern. Sejumlah usaha telah dilakukan untuk membangun filosofi
moral bagi manajemen dan merumuskannya menjadi prinsip etika sebagai panduan
dalam mengambil keputusan. Usaha ini merupakan refleksi dari perhatian yang
kontinu mengenai isu bisnis yang berhubungan dengan etika.
Sejak abad ke-18 hingga kini, hubungan etika dan bisnis telah banyak
diperdebatkan. Di Amerika Serikat, kasus bisnis yang berhubungan dengan etika
bahkan telah terjadi sebelum kemerdekaan negara ini pada 1876. Bermula pada
tahun 1870, John D. Rockefeller, pemilik Standard Oil Company Ohio, melakukan
kesepakatan rahasia potongan harga dengan perusahaan kereta api yang akan
mengangkut minyaknya. Akibatnya kompetitor kalah bersaing sehingga memutuskan
keluar dari bisnis perminyakan. Bisnis yang melibatkan praktik-praktik
kecurangan, penipuan dan lain-lain adalah alasan etika bisnis mendapat
perhatian yang intensif hingga menjadi kajian yang berdiri sendiri. Masalah
etika bisnis muncul, bila terjadi suatu konflik tanggung jawab kepentingan atau
dilema memilih antara yang benar dan salah, yang salah dengan yang lebih salah,
atau mempertimbangkan sesuatu yang lebih kompleks yang diakibatkan oleh
aktivitas bisnis.
Perilaku bisnis yang tidak beretika, seperti yang dilakukan Lehman
Brothers pada kasus pendahuluan bab ini, nyatanya terjadi hampir di seluruh
negara. Misalnya kasus yang terjadi di Asia, Mitsubishi Electric, perusahaan
jepang yang terlambat menarik produk televisinya padahal produk tersebut bisa
menyebabkan terlalu panas (overheat) dan kebakaran. Di Indonesia, praktik
bisnis yang tidak beretika semakin terkuak setelah rezim orde baru runtuh pada
awal tahun 1998. Banyak kasus dan skandal yang mewarnai praktik bisnis bahkan
sampai saat ini seperti KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), menyuap, memalsukan,
menipu, menyelewengkan uang/barang milik perusahaan atau negara; menerima uang
dengan menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi, dan sebagainya.
Dari kasus korupsi Edi Tanzil yang membobol BAPINDO sebesar 1,3 triliun,
penyalahgunaan dana BLBI oleh beberapa pengusaha besar, konflik tambang asing
yang beroperasi di Indonesia, seperti : PT Newmont di Teluk Buyat NTT dan PT
Freepot di Papua, kasus pembobolan BNI oleh Adrian Waworuntu sampai dengan
kasus Lapindo Brantas yang merusak ekosistem dan peradaban komunitas di Porong,
Sidoharjo Jawa Timur. Dapat disimpulkan bahwa bangkrutnya beberapa perusahaan
besar yang belum lama terjadi merupakan akibat dari pengelolaan perusahaan yang
tidak didasari pada etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik. Fakta
lain memperlihatkan bahwa semakin sedikit perusahaan yang memiliki kategori
baik yang tercatat di bursa saham, seperti yang terlihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1.
Perkembangan Jumlah Perusahaan
Berperingkat Baik
Tahun
|
Perusahaan
Berperingkat AAA
|
1979
1990
2002
|
58
27
8
|
Selain itu, pada tahun 1999 sekitar 40 perusahaan terbesar di AS yang
masuk ke dalam Fortune 100 melakukan perilaku yang dianggap tidak beretika.
Merea melakukan penipuan (termasuk penipuan dalam pelaporan akutansi, sekuritas
dan konsumen), praktik diskriminasi , gaji para eksekutif yang tidak
transparan, praktik anti-trust,pelanggaran hak paten, dan bentuk pelanggaran
hukum lainnya. Survei lain menyebutkan bahwa enam dari sepuluh isu atau masalah
yang berhubungan dengan etika yang paling serius adalah keselamatan atau keaman
kerja, jaminan atau perlindungan tenaga kerja, pencurian oleh kru, aksi
afirmatif, pekerjaan yang sebanding dengan gaji, serta hak pribadi kru.
Dengan kenyataan yang sedemikian rupa maka muncullah beberapa respons,
misalnya dengan dikeluarkannya suatu regulasi. Terbitnya Undang-Undang
Sarbanes-Oxley (SOX) tahun 2002 di AS misalnya, merupakan respons dari kongres
Amerika Serikat terhadap skandal pada perusahaan besar yang juga melibatkan
beberapa kantor Akuntan Publik (KAP) yangt termasuk dalam “the big five”, seperti : Arthur Andersen, KPMG, dan PWC. Semua
skanal bisnis yang terjadi merupakan contoh tragis bagaimana fraudangat schemes berdampak sangat
buruk terhadap pasar, stakeholders, dan para kru.
Dari banyaknya kasus pelanggaran etika bisnis, terdapat juga perusahaan
yang menyelaraskan etika dalam setiap praktik bisnisnya. Salah satu contoh
kasus yang sangat menarik adalah Nestle yang membantu para peternak sapi di
India. Sebelum Nestle masuk ke India, peternak sulit memperoleh akses ke
saluran air bersih, tanah-tanah yang subur, dan infrastruktur lainnya yang
mendukung, dan harus puas hidup dengan sapi-sapi kurus serta berumur pendek.
Pada saat Nestle masuk ke India, perusahaan ini dengan cepat menyadari untuk
mendapatkan pasokan susu murni yang cukup, mereka harus membantu para peternak
tersebut. Maka diluncurkanlah program CSR besar-besaran. Nestle mendirikan
pusat-pusat penyimpanan susu dengan mesin pendingin di beberapa tempat. Selain
itu, secara berkala mobil Nestle yang membawa para dokter hewan, ahli gizi,
ahli pertanian dan ahli kualitas datang mengunjungi para peternak. Bantuan
finansial dan teknis juga diberikan untuk membantu para peternak menggali
sumur-sumur dan memperbaiki sistem irigasi. Hasilnya sangat luar biasa. Ketika
Nestle pertama kali meluncurkan program ini, hanya 180 peternak lokal yang
ikut. Sekarang Nestle harus menangani sekitar 75.000 peternak. Produksi susu
per peternak meningkat 50 kali lipat, dan taraf hidup para peternak tentu ikut
meningkat jauh.
Pelajaran berharga lainnya bisa diambil dari kasus klasik yang pernah
dialami oleh Johnson&Johnson (J&J) dengan kasus keracunan kapsul
Tylenol pada tahun 1982. Pada kasus tersebut, tujuh orang dinyatakan mati
secara misterius setelah mengonsumsi Tylenol di Chicago. Setelah diselidiki,
ternyata Tylenol tersebut mengandung racun sianida. Meski penyelidikan masih
dilakukan untuk mengetahui siapa pihak yang bertanggung jawab, J&J segera
menarik 31 juta botol Tylenol di pasaran dan mengeluarkan pengumuman secara
nasional agar para konsumen berhenti mengonsumsi produk tersebut sampai ada
pengumuman lebih lanjut. J&J juga bekerjasama dengan pihak kepolisian, FBI,
dan FDA (BPOM-nya Amerika Serikat) untuk menyelidiki kasus tersebut. Hasil
penyelidikan membuktikan kasus keracunan tersebut disebabkan oleh pihak lain
yang memasukkan sianida tersebut kedalam botol-botol Tylenol. Biaya yang
dikeluarkan oleh J&J dalam kasus tersebut lebih dari US$100 juta. Begitu
kasus tersebut diselesaikan, Tylenol dilemparkan kembali ke pasaran dengan
penutup yang lebih aman dan produk tersebut segera kembali menjadi pemimpin
pasar.
Kesigapan dan tanggung jawab yang J&J tunjukkan, akhirnya membuat
perusahaan tersebut berhasil membangun reputasi bagus yang masih dipercayai
sampai saat ini. Budaya etika J&J dinilai sebagai reputasi peusahaan
terbaik selama 2 tahun berdasarkan survei 26.000 konsumen yang dilakukan oleh
Harris Interactive dan Reputation Institute New York University. Selain itu,
praktik etika lainnya di J&J dikenal sebagai perusahaan anti suap di tempat
pertama. Secara jangka panjang, filosofi dan budaya etika J&J yang
meletakkan keselamatan konsumen di atas kepentingan peusahaan serta praktik
bisnis yang jujur (anti suap) justru berbuah keuntungan yang lebih besar kepada
perusahaan.
Setelah mengetahui beberapa fakta menarik mengenai praktik etika bisnis,
berikut ini, akan dijelaskan konsep-konsep yang berhubungan dengan etika bisnis:
1. Etika, Bisnis dan Etika Bisnis
Secara
etimologi, etika berasal dari bahasa yunani kuno “ Ethos” yang berarti sikap,
cara berpikir, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, watak kesusilaan. Ethos dalam
bentuk jamak yaitu ta-etha mempunyai arti adat kebiasaan. Dari kata inilah
terbentuk istilah etika yang telah dipakai oleh seorang filosof besar Yunani,
Aristoteles (384-322 SM) untuk menunjukkan filsafat moral. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, etika mempunyai arti :
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak)
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Pengertian etika berbeda dengan etiket. Etiket berasal
dari bahasa prancis “etiquette” yang berarti tata cara pergaulan yang baik
antara sesama manusia. Etika berhubungan dengan kewajiban moral, tanggung
jawab, dan keadilan sosial. Bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan etika
adalah prinsip, norma dan standar perilaku yang mengatur individu maupun
kelompok yang membedakan apa yang benar dari apa yang salah. Etika merupakan
apa yang anda lakukan, bukan apa yang anda katakan. Kepatuhan pada etika belum
cukup, akan tetapi aplikasi dari etika itulah kunci yang utama.
Dari uraian pengertian etika di atas, apabila
dihubungkan dengan praktik bisnis (aktivitas guna meningkatkan nilai tambah
barang dan jasa) maka yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara atau
perilaku etik dalam bisnis yang dilakukan oleh manajer/kru. Semua ini mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil (fairness), sesuai dengan hukum
yang berlaku (legal) tidak bergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur
oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis sering kali kita
temukan area abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Lebih jauh lagi,
etika bisnis memengaruhi bagaimana perusahaan berhubungan dengan krunya,
bagaimana kru berhubungan dengan perusahaan dan bagaimana perusahaan
berhubungan dengan agen atau pelaku ekonomi yang lain.
EVOLUSI PERKEMBANGAN ILMU ETIKA
BISNIS
Masa Peralihan, pada tahun 1960-an di AS muncul
perdebatan mengenai tanggung jawab sosial yang berhubungan dengan etika.
Terjadi perubahan sosial yang memengaruhi organisasi bisnis beserta manajemennya.
Misalnya isu hak-hak sipil untuk kaum minoritas, kesetaraan hak bagi wanita,
perlindungan dari lingkungan fisik, keamanan dan kesehatan di tempat kerja dan
isu-isu lain yang berhubungan dengan konsumen yang berdampak pada bisnis.
Masa Lahirnya Etika Bisnis, pada tahun 1970-an,
terdapat dua faktor yang mendorong kelahiran etika bisnis. Pertama, sejumlah
ahli filsafat mulai memikirkan masalah etis dalam bisnis. Kedua, terjadinya
krisis moral yang dialami oleh dunia bisnis di AS. Para filsuf bekerja sama
dengan ahli ekonomi dan manajemen dalam mengkaji etika terapan. Norman E.Bowie
menyebutkan bahwa kelahiran etika bisnis disebabkan adanya kerja sama
interdisipliner yang dimulai pada konferensi pertama tentang etika bisnis yang
diselenggarakan oleh philopsophi Departement bersama college of Business pada
November 1974.
Masa Etika Bisnis Meluas ke Eropa. Etika bisnis mulai
berkembang sepuluh tahun kemudian. Ditandai dengan banyaknya perguruan tinggi
di Eropa Barat yang memasukkan etika bisns sebagai mata kuliah. Tahun 1987
didirikan European Ethics Network yang bertujuan menjadi form pertemuan antara
akademisi dari universitas, sekolah bisnis, para pengusaha, dan wakil-wakil
dari organisasi nasional dan internasional.
Masa Etika Bisnis Menjadi Fenomena Global. Pada tahun
1990-an, seperti bisnis itu sendiri, etika bisnis telah menjadi fenomena global
dari Amerika Latin, Asia, Eropa Timur dan kawasan dunia lainnya. Di Jepang,
etika bisnis aktif dikaji di Institute of Moralogy Universitas Reitaku di Kashiwashi.
Di India etika bisnis di praktikkan oleh management center for human values
yang didirikan oleh Indian Institue for Manajemen diCalcutta tahun 1992.
PERAN ETIKA DALAM BISNIS
Secara umum, etika adalah ilmu normatif penuntun hidup
manusia, yang memberi perintah apa yang seharusnya kita kerjakan. Maka etika
mengarahkan manusia menuju aktualisasi kapasitas terbaiknya. Dengan menerapkan
etika dan kejujuran dalam berusaha dapat menciptakan baik aset langsung maupun
tidak langsung yang akhirnya meningkatkan nilai entitas bisnis itu sendiri.
Banyak kasus diberbagai negara yang membuktikan hal tersebut. Apalagi dengan
tingkat persaingan yang semakin tinggi, kepuasan konsumenlah yang menjadi
faktor utama agar perusahaan sustainable dan dapat dipercaya dalam jangka
panjang. Konsumen cenderung semakin kritis dengan memperhatikan perilaku
perusahaan yang memproduksi barang-barang yang akan mereka konsumsi.
Pada dasarnya praktik etika bisnis akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang.
Misalnya dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi
baik internal perusahaan maupun dengan eksternal. Perusahaan yang menerapkan
etika, dapat meningkatkan motivasi kru dalam bekerja, bahwa bekerja selain
dituntut menghasilkan yang terbaik, juga diperoleh dengan cara yang baik pula.
Penerapan etika juga melindungi prinsip kebebasan berusaha serta meningkatkan
keunggulan bersaing. Selain itu, penerapan etika bisnis juga mencegah agar
perusahaan tidak terkena sanksi-sanksi pemerintah karena berperilaku tidak
beretika yang dapat digolongkan sebagai pebuatan melawan hukum.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa tanpa suatu etika
yang menjadi acuan, para pebisnis akan lepas tidak terkendali, mengupayakan
segala cara, mengorbankan apa saja untuk mencapai tujuannya. Pada umumnya
filosofi yang mendomonasi para pebisnis adalah bagaimana cara memaksimalkan
keuntungan. Pebisnis seperti ini, sepeti yang dikatakan oleh Charles Diskens :
“Semua perhatian, dorongan, harapan, pandangan, dan rekanan mereka meleleh
dalam dolar. Manusia dinilai dari dolarnya”. Theodore Levitt mengatakn bahwa
para pebisnis ada hanya untuk satu tujuan, yaitu untuk menciptakan dan
mengalirkan nilai kepuasan dari suatu keuntungan hanya pada dirinya dan nilai budaya,
nilai spiritual dan moral tidak menjadi pertimbangan dalam pekerjaannya.
Akibatnya sungguh mengerikan. Mereka dapat menyebabkan perang antarbangsa,
antarlembaga, dan antarperusahaan. Mereka menganggap dan membuat bisnis seolah
medan perang. Dalam perekonomian yang berjalan berdasarkan prinsip pasar dimana
“bisnis adalah bisnis”, kebebasan berusaha adalah yang utama. Namun kebebasan
untuk mengejar tujuan bisnis juga mengandung kewajiban untuk memastikan bahwa
kebebasan itu diperoleh secara bertanggung jawab. Perumusan dan penetapan etika
bisnis merupakan salah satu dari sekian banyak upaya pemersatu (internal
intergration) yang diusahakan oleh pemimpin perusahaan untuk meningkatkan daya
tahan bisnisnya. Itu dilakukan dengan
mengindahkan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik (good corporate
gorvemance) sekaligus memenuhi kewajibannya sebagai warga masyarakat yang
bertanggung jawab (corporate sosial responsibility).
Etika bisnis juga berhubungan dengan nilai merek
(brand value). Perilaku bisnis yang beretika berkontribusi pada pembangunan
citra dari nilai merek sebuah produk. Salah satu caranya dengan memberikan
pelatihan mengenai etika pada kru. Hasilnya sungguh luar biasa. Misalnya,
menurunnya biaya, menurunnya pelputasi, anggaran dan perusakan pada merek atau
reputasi, dan pada akhirnya menurunnya hukuman akibat melanggar aturan yang
telah ditentukan. Sehingga diperlukan kemampuan untuk menghasilkan ‘brand
value’ dan reputasi dengan standar integrasi bisnis dan tanggung jawab sosial
yang tinggi. CSR tidak hanya sebuah pilihan, CSR merupakan prasarat integral
dan mutlak untuk kesuksesan bisnis dalam jangka panjang. Meningkatnya CSR
bararti meningkatnya manajemen kualitas.
BISNIS YANG BERETIKA VERSUS BISNIS
YANG MENGUNTUNGKAN
Para pelaku bisnis kapitalis menganggap bahwa hubungan
antara bisnis dan etika adalah kontradiktif karena ada konflik kepentingan
antara etika dan kepentingan perusahaan dalam mengejar keuntungan semaksimal
mungkin. Ketika etika berlawanan arah dengan keuntungan perusahaan, pebisnis
kapitalis lebih memilih keuntungan da meniggalkan etika berbisnisnya dengan
menghalalkan cara. Akan tetapi, bagi perusahaan yang menerapkan etika dalam
bisnisnya, perusahaan tersebut akan terus hidup dalam jangka panjang dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi. Pelaksanaan etika bisnis dan tata kelola
perusahaan yang baik menjadi salah satu sustainable
competitive advantage. Contoh perusahaan yang telah menerapkannya adalah
Shell, BP, GE, johnson&johnson. Untuk alasan inilah maka setiap perusahaan
harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values) yang menggambarkan
sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.
Dengan demikian, ketika perusahaan mencoba untuk
mengambil risiko dan mengabaikan etika bisnis dengan tujuan menghasilkan
keuntungan, maka mereka akan berpeluang kehilangan reputasi dan prestasi yang
telah mereka capai. Kekuatan dalam dunia bisnis sekarang bukan lagi menjadi
monopoli individu atau perusahaan tertentu saja. Konsumen, masyarakat, LSM dan
lain sebagainya, didukung dengan kemudahan akses informasi dari Internet, serta
meningkatnya tuntutan akan transparansi, membuat pelaku bisnis harus
berhati-hati. Terpaksa atau tidak, mereka harus menjalankan etika bisnis agar
tidak mengalami kebangkrutan akibat ditinggalkan konsumen dan hilangnya
kepercayaan para pemegang kepentingan (stakeholder). Oleh karena itu,
orang-orang dengan pendapat yang menjengkelkan seperti mengatakan bahwa etika
bisnis itu merupakan suatu kebodohan, yang mana menurut pemikiran mereka bahwa
tidak ada etika di dalam bisnis, haruslah dilawan.
ETIKA BISNIS DAN KINERJA
PERUSAHAAN
Selain memengaruhi kinerja finansial perusahaan, etika
di suatu perusahaan juga memengaruhi kehidupan sosial di lingkungan perusahaan
yang bisa berdampak pada kinerja perusahaan secara umum. Schwepker, scott. J.
Vittel dan Anusorn, menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara penerapan
etika dan kepuasan kerja. Dengan demikian, agar perusahaan bisa bertahan lama,
strategi yang perlu dijalankan adalah berbisnis secara etis. Dilihat dari sisi
pelanggan, mereka lebih menyukai bertransaksi dengan perusahaan yang jujur dan
terpercaya daripada bertransaksi dengan
perusahaan yang reputasinya buruk, tidak bisa dipercaya, dan menghalalkan
segala cara. Dari sisi kru, mereka lebih memilih setia bekerja melayani
perusahaan yang berlaku adil dan menghargai krunya daripada bekerja pada
perusahaan yang hanya “memeras keringat” tanpa memenuhi hak krunya. Intinya
perusahaan yang menerapkan etika dalam bisnisnya akan mempunyai keunggulan
kompetitif dalam hal pelanggan dan kru daripada perusahaan yang tidak
menggunakan etika dalam bisnisnya.
Penerapan etika di suatu perusahaan akan memengaruhi
perilaku kru di tempat kerja, apakah kru akan berperilaku dengan benar atau
tidak. Selanjutnya yang juga perlu disadari adalah bahwa setiap sistem etika
bisnis harus mengakui adanya keterkaitan antara aktivitas bisnis dan kehidupan
di luar bisnis yang akan memengaruhi bukan hanya kru, namun juga teman,
keluarga dan masyarakat secara umum.keputusan bisnis juga merupakan bagian dari
keputusan dalam kehidupan secara keseluruhan yang memiliki dampak melewati
batas-batas ruang kerja. Jadi, perilaku bisnis yang etis bukan hanya bagian
dari norma perusahaan, tetapi juga norma masyarakat secara keseluruhan.
MENJALANKAN BISNIS DENGAN ETIKA
Upaya penegakan etika bisnis bisa dimulai dengan
menerapkannya di perusahaan. Pemimpin perusahaan dapat memulai langkah ini
karena mereka menjadi panutan bagi krunya. Selain itu etika bisnis harus
dilaksanakan secara transparan. Dalam operasionalnya, perusahaan mengikuti
aturan berbisnis yang diatur oleh tata cara Undang-Undang. Etika bisnis tidak
akan dilanggar jika ada aturan dan sangsi yang tegas dari perusahaan maupun
pemerintah. Oleh karena itu, bila ada yang melanggar aturan maka harus diberikan
sangsi untuk memberi pelajaran kepada yang bersangkutan. Implementasi etika dalam sebuah organisasi bisnis bisa
diwujudkan melalui bentuk-bentuk etika berbisnis yang akan dibahas berikut ini.
BENTUK-BENTUK ETIKA BISNIS
·
Budaya Organisasi
Budaya bagi perusahaan adalah
penting, karena keputusan yang dibuat tanpa memperhatikan budaya bisa berakibat
yang tidak bisa diantisipasi. Yang dimaksud dengan budaya organisasi adalah
nilai-nilai luhur, norma, standar perilaku yang memengaruhi individu, grup, dan
tim yang berhubungan satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
organisasi. Budaya organisasi merupakan sistem makna (shared meaning) yang
tersebar oleh anggota yang membedakan satu organisasi dengan organisasi yang
lainnya.
·
Good Corporate Governance
(GCG)
Yaitu rangkaian proses, kebiasaan,
kebijakan, aturan, dan institusi yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan,serta
pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Dalam penerapannya, GCG memiliki
lima prinsip diantaranya prinsip transparansi (transparency), kemandirian
(independency), akuntabilitas (accountability), pertanggungdarijawaban
(responsibility), dan keadilan (fairness).
·
Corporate Code of Conduct
(COC)
Yaitu dokumen yang berisi filosofi
peusahaan dan peaturan perilaku yang beretika. Tujuan dari kode etik salah
satunya untuk melayani masyarakat sebagai public relation pernyataan pada etika
perusahaan, untuk menjelaskan filosofi etis dari perusahaan, menyediakan
informasi yang berhubungan dengan isu legal dan etika, serta memberikan petunjuk
dalam membuat keputusan untuk memecahkan
masalah kompleks yang berhubungan dengan etika. Namun demikian kode etik ini
tidak bermaksud mencamuri kehidupan pribadi anggota komisaris dan manajemen
serta kru dari perusahaan.
·
Corporate Sosial
Responsibility (CSR)
Dalam hal ini mengacu kepada kewajiban
organisasi untuk melindungi dan memberikan kontribusi kepada masyarakat,
terutama kepada pihak yang berkepentingan (stakeholder), lingkungan alam serta
kesejahteraan sosial secara umum.
SISTEM ETIKA KONTEMPORER VERSUS SISTEM
ETIKA ISLAMI
Meskipun banyak ahli dari Barat berusaha mengembangkan teori serta kode
etika bisnis, mereka belum mampu menyusun kode moral perilaku yang efektif
untuk bisnis. Sebagian besar moralitas dan etika merupakan sistem utilitarian
dan materialistik. Hal ini mudah dipahami karena konsep sekularisasi dalam
kehidupan serta kurangnya sumber petunjuk yang otentik di dunia Barat. Etika
kontemporer sebagian besar merupakan buatan manusia yang sifatnya relatif dan
situasional serta kurang “legitimate” dukungan otoritas di belakangnya.
Ahli manajemen , Harold koontz mengakui bahwa di Barat, tidak ada sumber
standar etika. Dalam bangsa yang mempunyai agama negara, mungkin terdapat pusat
sumber kewenangan dalam mengajarkan praktik etika. Di AS, dengan banyaknya
budaya etika dan agama, tidak seorang pun yang menilik gereja, pemerintah,
institusi pendidikan, asosiasi swasta sebagai pusat tradisi etika. Sehingga
yang terjadi, mereka mengembangkan standar etika berdasarkan pengalaman dan
perasaan. Wajar jika kurang otentik dan legitimasi. Mereka tidak percaya bahwa
ada standar etika permanen myang bisa di ikuti oleh hidup manusia. Di lain
pihak mereka percaya bahwa konsep moral, seperti halnya konsep lain, akan
selalu berubah seiring waktu.
Perspektif Barat pada etika bisnis
umumnya seperti yang di ungkapkan oleh Drucker berikut ini: Banyak Khotbah yang
diajarkan pada etika bisnis dan pebisnis. Kebanyakan tidak ada yang bisa
dilakukan terkait bisnis serta sedikit saja terkait etika. Hal ini seperti mempekerjakan
gadis panggilan untuk menghibur pelanggan, bukanlah masalah etika melainkan
estetika. Bisa disimpulkan bahwa dunia Barat memandang bisnis dan etika
merupakan perilaku yang terpisah.
ETIKA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Menurut pandangan islami, etika merupakan pedoman yang digunakan umat
islam untuk berperilaku dalam segala aspek kehidupan. Dalam hukum ekonomi islam
(muamalat) etika bisnis merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
ekonomi secara keseluruhan. Etika bisnis islami merupakan nilai-nilai etika
islam dalam aktivitas bisnis yang telah disajikan dari perspektif alquran dan
hadist, yang bertumpu pada enam prinsip yaitu kebenaran, kepercayaan,
ketulusan, persaudaraan, pengetahuan, dan keadilan. Etika bisnis islam dianggap
penting untuk mengembalikan moralitas dan spiritualitas ke dalam dunia bisnis.
Hanya institusi atau perusahaan yang menerapkan standar etika, yang terbukti
lebih sukses dalam jangka panjang. Dan terminologi etika dalam alquran bisa
dihubungkan dengan istilah khayr (kebaikan), birr (kebajikan), qist
(persamaan), ‘adl (keseimbangan dan keadilan), haqq (kebenaran), dan ma’ruf
(yang diperintahkan).
FAKTOR YANG MEMBENTUK ETIKA INDIVIDU PERSPEKTIF UMUM DAN ISLAM
Ada tiga hal yang memengaruhi terbentuknya etika individu, diantaranya:
1. Interprestasi terhadap Hukum
Dalam
masyarakat sekuler, interprestasi legal berdasarkan kontemporer dan standar
serta nilainya bersifat sementara, sedangkan dalam masyarakat islam nilai dan
standar didasarkan pada prinsip syariah dan kaidah fiqih. Selain itu, islam
melalui alquran memberikan hak yang sama pada wanita dan kaum minoritas serta
tidak boleh melakukan diskriminasi dalam bentuk apa pun.
2. Faktor Organisasi
Sala
satu kunci sukses pengaruh organisasi adalah komitmen dari pimpinan organisasi
dalam menjalankan etika. Komitmen ini dapat dikomunikasikan melalui kode etik,
kebijakan organisasi, pidato, publikasi, dan sebagainya.
3. Faktor Individu
Individu
memengaruhi etika melalui tahapan perkembangan moral, kepribadian dan nilai
personal, pengaruh keluarga, pengaruh kelompok, pengalaman hidup, dan faktor
situasional.
PRINSIP DASAR ETIKA ISLAMI DAN PRAKTIKNYA
DALAM BISNIS
1. Unity (kesatuan)
Merupakan
refleksi konsep tauhid yang memadukan seluruh aspek kehidupan, baik dalam
bidang ekonomi, politik, sosial, budaya menjadi keseluruhan yang homogen,
konsisten, dan teratur. Bentuk praktik dalam etika bisnis, misalnya :
§
Tidak adanya diskriminasi
terhadap kru, penjual, pembeli, serta mitra kerja lainnya berdasarkan suku,
ras, warna kulit, jenis kelamin bahkan agama (QS. 49:13).
§
Terpaksa atau dipaksa untuk
menaati Allah (QS. 6:163).
§
Meninggalkan perbuatan yang
tidak beretika seperti menimbun kekayaan dan sebagainya (QS. 18:46).
2. Equilibrium (keseimbangan)
Konsep
ini hampir sama dengan konsep adil. Praktik konsep ini dalam etika bisnis
msalnya berlaku lurus dalam takaran/timbangan.
3. Free Will (kebebasan berkehendak)
Konsep
ini berarti bebas memilih atau bertindak sesuai dengan etika atau sebaliknya.
Jadi, saat seseorang menjadi muslim, ia harus menyerahkan kehendaknya kepada
Allah. Aplikasinya dalam bisnis yaitu menepati kontrak, baik kontrak kerja sama
bisnis maupun juga kontrak kerja dengan kru serta islam menolak konsep laissez
faire dan invisible hands.
4. Responsibility (Tanggung Jawab)
Adalah
bentuk pertanggungjawaban kepada setiap tindakan. Menurut Sayid Quthb, prinsip
pertanggungjawaban islam adalah tanggung jawab yang seimbang dalam segala
bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa dan raga, antara orang dan keluarga,
antara individu dan masyarakat, serta antara masyarakat dengan masyarakat
lainnya. Aplikasi konsep ini dalam bisnis, yaitu :
§
Dalam perhitungan margin
keuntungan, nilai upah harus sesuaidengan UMR yang secara sosial diterima oleh
masyarakat.
§
Islam melarang semua
transaksi alegotoris seperti gharar, sistem ijon, dan sebagainya.
§
Economic return bagi
pemberi pinjaman modal
5. Benevolence (kebenaran)
Kebenaran
dalam konsep ini juga meliputi kebajikan dan kejujuran. Dalam bisnis, kebenaran
dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku benar, yang meliputi transaksi,
proses memperoleh komoditas, roses pengembangan produk, serta proses pengolahan
keuntungan. Aplikasinya dalam bisnis menurut Al-Ghazali, yaitu :
§
Memberikan zakat dan
sedekah.
§
Memberi kelonggaran waktu
pada pihak terutang dan jika perlu mengurangi beban utangnya.
§
Menerima pengembalian
barang yang telah dibeli.
§
Membayar utang sebelum
waktu penagihan tiba.
§
Adanya sikap kesukarelaan
antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi, kerja sama, atau perjanjian
bisnis.
§
Adanya sikap ramah, toleran
baik dalam menjual, membeli dan menagih utang.
BAB II
THE CELESTIAL MANAGEMENT
MENGELOLA ORGANISASI DENGAN NILAI-NILAI SPIRITUAL
PERKEMBANGAN ILMU MANAJEMEN
Kata manajemen berasal dari bahasa
Inggris yang terdiri atas dua kata “man” dan “age”, yang bisa dimaknai sebagai
usia di mana seseorang menjadi laki-laki. Manajemen juga bisa diartikan sebagai
seni Karena menjadi pemanfaat dan organisator dari bakat manusia (the art of getting things done through
people). Manajemen selain disebut sebagai seni, juga disebut sebagai ilmu
karena merupakan pengetahuan yang terorganisasi dalam mempraktikkan manajemen.
Jadi, antara ilmu dan seni hubungannya tidak terpisah melainkan saling
melengkapi.
Perkembangan ilmu manajemen diawali
dengan pendekatan manajemen ilmiah, teori administratif umum, pendekatan
kuantitatif, perlaku organisasi, pendekatan system, serta pendekatan
kontigensi.
A. Teori
Manajemen Ilmiah
Teori manajemen modern lahir pada tahun 1911, di mana buku Principles of
Scientific Management karya Fredick Winslow Taylor di publikasikan. Kontribusi
Taylor dalam pengembangan manajemen antara lain.
1. Mengembangkan metode ilmiah dalam menyelesaikan pekerjaan, yang
menggantikan metode lama rule-of-thumb.
2. Menyusun tujuan demi produktivitas.
3. Menyusun system rewards agar tujuan tercapai.
4. Melatih personel bagaimana menggunakan metode sehingga tujuan
tercapai.
B. Teori
Administratif Umum
Tokoh utama teori ini adalah Henry
Fayol dan Max Weber. Fayol mendefinisikan fungsi manajemen sebagai berikut:
a. Merencanakan
b. Mengorganisasikan
c. Mengoordinasi, dan
d. Mengontrol.
Max Weber
menguraikan karakteristik kunci dari birokrasi, antara lain:
a. Spesifikasi kerja dengan hak, kewajiban, tanggung jawab, cakupan
kewenangan.
b. Sistem supervisi dan subordinat
c. Kesatuan perintah
d. Penggunaan ekstensif dari dokumen yang tertulis
e. Pelatihan dalam kebutuhan dan keahlian kerja
f. Aplikasi peraturan yang lengkap dan konsisten, dan
g. Menugaskan kerja dan menggaji personel berdasarkan pengalaman
dan kompetensi.
C. Teori
Pendekatan Kuantitatif dalam Manajemen
Merupakan pendekatan manajemen yang
menggunakan teknik kuantitatif untuk mengembangkan cara membuat keputusan.
Pendekatan ini juga disebut operation research.
D. Teori
Pendekatan Organisasi
Manajemen dalam pendekatan ini berfokus pada pengorganisasian manusia
serta bagaimana perilaku kru di tempat kerja. Kontribusi Mayo dalam
perkembangan ilmu manajemen, yaitu:
a. Mengembangkan motivasi kru dan komitmen serta hubungan antara
kru dan manajemen.
b. Mengembangkan pendekatan human relations manajemen.
E. Teori
Pendekatan Sistem
Teori ini disebut juga sebagai open
system, yaitu sebuah sistem, yang mengambil sumber daya dari lingkungan
eksternal dan mentransformasikan menjadi baranng dan jasa yang nantinya di
kembalikan lagi ke lingkungan, melalui pembelian oleh konsumen.
F. Teori
Pendekatan Kontigensi
Merupakan pendekatan manajemen yang
menyatakan bahwa organisasi berbeda, menghadapi situasi yang berbeda
(kontigensi/segala kemungkinan), dan perlu cara pengelolaan yang berbeda.
Dr. W. Edward Deming merupakan ahli statistik dari AS. Dia banyak
berkontribusi dalam pengembangan manajemen. Deming juga menngajarkan bahwa
kualitas dan secara simultan mengurangi biaya.
Deming juga menganjurkan bahwa semua manajer perlu mempunyai apa yang ia
sebut sistem of profound knowledge,
yang terdiri atas empat bagian:
1. Apresiasi dari sebuah sistem
2. Pengetahuan dari variasi
3. Teori pengetahuan
4. Pengetahuan psikologi.
PENYEBAB KEGAGALAN
Tidak Ada Keterkaitan antara Manajemen
dengan Lingkungan Sosial
Teori
manajemen hanya fokus terhadap variabel yang terdapat dalam lingkup internal
manajemen, meliputi hubungan atasan-bawahan, jenjang kekuasaan, dan perilaku
anggota organisasi tanpa bersentuhan dengan variabel lingkungan eksternal yang
berpengaruh secara kuat terhadap aktivitas internal manajemen. Apabila
lingkungan sosial tidak berpegang pada nilai dan etika mulia, maka akan
berpengaruh negative bagi manajemen.
Kesalahan dalam Metode
Metode
yang digunakan oleh teori manajemen kontemporer bersifat parsial dalam
menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan menutup variabel lain. teori
perilaku organisasi dengan human relations-nya, yang hanya berfokus pada sisi
kemenusiaan kru dengan mengesampingkan factor ekonomi sebagai motivasi yang
memengaruhi perilaku individu.
Manajemen sebagai “Alat” Kapitalisme
Ada
kecendrungan manajemen dipraktikkan menjadi alat kapitalisme untuk
mengakumulasi keuntungan saja. Manusia di ukur oleh dahaganya akan keuntungan
dan lewat kapasitas konsumsinya. Pada dasarnya manusia di defenisikan sebagai
makhluk aktualisasi diri, yaitu makhluk makna dan nilai. Kita membutuhkan
kesadaran akan makna dan tujuan yang menggerakkan hidup kita.
PARADIGMA BARU MANAJEMEN
Paradigma
manajemen postmodern mulai muncul dengan menekankan pada prinsip-prinsip dan
praktik-praktik spiritual, yang menentang paradigma modern yang telah lazim. Di
samping itu, kapitalisme materiel tidak dapat bertahan lagi dan berada pada
situasi krisis. Kapitalisme dan bisnis, seababai kita tahu saat ini menunjukkan
budaya amoral yang mengutamakan kepentingan pribadi dalam jangka pendek,
maksimalisasi keuntungan, menekankan pada shareholder value membelenggu
pikiran, mengacuhkan secara tidak bermoral konsekuensi jangka panjang.
Paradigma baru ini yang menekankan
nilai-nilai spiritualitas akan membuka mata kita mengenai pentingnya
spiritulitas dalam mengelola organisasi. Untuk itu, kita perlu mengintegrasikan
spiritualitas ke dalam manajemen, katrena tidak ada organisasi yang dapat
bertahan dalam jangka waktu yang lama tanpa jiwa dan spiritualitas.
SPIRITUALITAS DALAM EVOLUSI TEORI MANAJEMEN
DAN ORGANISASI
Pada
era tahun 1920-1930-an yang merupakan era scientific management, manajemen
sebagai suatu ilmu pengetahuan yang menantanag perusahaan untuk memaksimalkan
produktivitas serta meminimalkan biaya. Evolusi paradigma manajemen tengah
terjadi secara berangsur-angsur dari murni objektivisme kepada dimensi
spiritual. Organisasi spiritual membantu manusia mengembangkan dan mencapai
titik potensialnya.
SPIRITUALISME DAN BUDAYA ORGANISASI
Istilah
spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti sesuatu yang
memberikan kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem atau organisasi.;
spiritualisme bukanlah masalah agama atau sistem kepercayaan. Spiritualisme
menyangkut sesuatu yang universal, yaitu nilai, makna, dan tujuan dalam hidup
manusia yang tidak tergantung pada agama apa pun yang di anut oleh seseorang.
Organisasi spiritual cenderung memiliki lima karakteristik cultural sebagai
berikut:
a. Memiliki kesadaran akan tujuan yang kuat.
b. Fokus pada pengembangan individu.
c. Rasa saling percaya dan keterbukaan.
d. Praktik kerja yang humanistic
e. Toleransi atas ungkapan perasaan krunya.
SPIRITUALITAS DI TEMPAT KERJA
Merupakan
paradigma baru dalam bidang manajemen sumber daya manusia yang mengalami
perkembangan cukup pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Fenomena spirituliats
dalam dunia kerja mendorong para akademis di bidang manajemen untuk mengakui
adanya paradigma baru dalam berpikir.
Organisasi yang dianggap lebih
spiritual dinilai lebih menguntungkan. Dengan nilai-nilai spiritual, kru mampu
membawa kesempurnaan dalam bekeja yaitu kreativitasnya, emosi, dan inteligensi.
Konsep spiritualitas di tempat kerja sendiri terbagi dalam dua aliran besar,
yaitu yang menekankan adanya kaitan dengan penerapan agama dan dengan yang
tidak. Perkembangan dua aliran ini dimulai adanya perbedaan pendapat mengenai
adanya perbedaan antar definisi spiritualitas dan agama.
Fenomena spiritualitas di tempat
kerja sangat terkait dengan nilai dari agama-agama besar dunia, antara lain,
islam, Kristen, hindu, dan budha.
1. Dalam agama islam dikenal sebagai konsep kekhalifaan dan tauhid.
2. Dalam Kristen dikenal konsep “panggilan jiwa”, yaitu pekerjaan
sebagai bentuk pelayanan atau dedikasi manusia terhadap tuhan.
3. Dalam agama hindu terdapat konsep “karma yoga”, bahwa kehidupan
merupakan upaya penyatuan diri dengan brahmana (tuhan).
4. Dalam agama budha terdapat konsep sikkhapadas yaitu keyakinan
adanya perjalanan menuju kebangkitan dan hilangnya penderitaan.
SPIRITUAL MANAGEMENT DAN KONTRIBUSINYA
Spiritual
management merupakan sebuah konsep terpadu antara manajemen modern denngann
nilai-nilai spiritual. Spiritual manajemen terbagi menjadi tiga jenis kontribusi bagi kemajuan praktek bisnis dn
manajemen:
1. Dimensi spiritualitas memberikan fondasi yang kuat untuk membangun
integritas moral yang kokoh bagi para pelaku bisnis.
2. Berkaitan dengan pengembangan etos kerja yang berorientasi pada
kemajuan dan keunggulan kinerja.
3. Potensi sumbangan dimensi spiritualitas dalam membangun apa yang
kini sering disebut sebagai learning organization.
MANAJEMEN DALAM ISLAM
Kata manajemen dalam bahasa arab
adalah “idara” yang berarti berkelililing atau lingkaran. Dalam konteks bisnis
bisa di maknai bahwa bisnis berjalan pada siklusnya, sehingga manajemen bisa di
artikan kemampuan manajer yang membuat bisnis berjalan sesuai rencana. Dalam
persfektif TCM (The Celestial Management), hidup itu di bagi dalam tiga domain,
yaitu:
1. Life is a place of worship
(hidup adalah tempat peribadatan)
2. Life is a place of wealth
(hidup adalah tempat mencari kesejahteraan)
3. Life is a place of warfare
(hidup adalah tempat berjuang)
BAB III
ORGANISASI SEBAGAI TEMPAT IBADAH
KERJA ADALAH
IBADAH
Terdapat sebuah
cerita menarik mengenai bagaimana seseorang memaknai pekerjaan mereka. Cerita
ini berkenaan dengan tiga orang tukang bangunan. Ketika ditanya “Apa yang kamu
kerjakan?”
Tukang pertama menjawab, “Ah, saya ini hanya tukang bangunan. Kerja saya
hanya mengaduk semen dan pasir, lalu meletakkan batu bata di tanah, dan diberi
adukan tadi. Kerja saya tidak lebih dari tukang bangunan.”
Tukang kedua menjawab dengan lebih bagus. “Saya sedang mencari rezeki
yang halal untuk keluarga saya. Kalau saya tidak melakukan pekerjaan ini, saya
dan keluarga saya bisa terjerumus kepada rezeki yang haram.”
Tukang ketiga menjawab dengan jawaban yang sangat indah. “Saya sedang
membangun masjid yang megah. Di masjid ini Insya Allah ratusan ribu bahkan
jutaan umat akan shalat. Mereka menyembah dan mengagungkan nama Allah SWT.”
Dari kisah diatas bisa diketahui ada tiga tingkatan kerja, yakni: 1.
Kerja sebagai kerja, tanpa visi dan hanya menjalani hidup; 2. Kerja sebagai
upaya untuk mendapatkan gaji semata; dan 3. Kerja sebagai ibadah.
Untuk tingkatan pertama, yakni kerja sebagai kerja tidak perlu banyak
dibahas, karena sudah jelas. Sementara bekerja untuk mendapatkan gaji setiap
bulannya dan bekerja untuk ibadah adalah bahasan utama pada bagian ini.
Bekerja sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan atau gaji lazim
dijalani oleh orang yang hanya bervisi dunia. Oleh karena visinya dunia, maka niat,
proses, cara, dan tujuannya bisa jadi baik dan juga bisa tidak baik. Karena
yang paling penting bagi dia adalah bagaimana dia bisa mendapatkan gaji dari
pekerjaannya. Bahkan kalau perlu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya.
Akan tetapi, jika kerja diposisikan sebagai ibadah, maka selain
keuntungan dunia yang dicari, juga kebahagiaan akhirat. Adanya visi akhirat
menyebabkan seseorang bisa mengarahkan tujuannya dengan lebih baik. Orang yang
menjadikan kerjanya adalah ibadah akan mengawalinya dengan niat yang baik,
mengusahakan hasil yang terbaik, dan dia juga meyakini bahwa hasil yang baik
diperoleh dengan cara yang baik. Cara yang baik adalah cara yang dibenarkan
oleh agama dan sesuai dengan hati nurani serta etika bisnis yang berlaku. Oleh
karena kerja adalah ibadah, selain keuntungan dunia, maka keberkahan adalah
kata kuncinya. Bisa jadi keuntungan yang diperolehnya tidak besar ataupun
besar, yang penting berkah.
Dalam Islam, bekerja (dalam hal yang tidak dilarang Allah) adalah bagian
dari amal ibadah ghoiru mahdhoh. Yakni jenis ibadah yang tidak secara
jelas diatur tata caranya oleh syariah. Akan tetapi, semua konteks ibadah
sangat berhubungan dengan Allah dan bernilai pahala yang dicatat oleh malaikat
dan disaksikan oleh Allah Yang Maha Melihat. Jadi, ketika seseorang bekerja
maka dia sejatinya sedang beribadah sebagaimana dia sedang melaksanakan shalat,
puasa, zakat, dan lainnya. Oleh karena itu, bekerja haruslah berniat ibadah.
MEMBALIK
PARADIGMA
Sering kali umat Islam
memahami bahwa ibadah berupa shalat, puasa, zakat, dan haji saja; padahal
definisi ibadah tidaklah sesempit itu. Allah menyuruh kita menjalankan agama
secara kafah (keseluruhan) bukan sepotong-sepotong, atau sebagian-sebagian.
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, kategorisasi ibadah adalah sebagai
berikut:
1. Ibadah yang terkait dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam,
seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.
2. Ibadah terkait dengan amalan sunah, seperti zikir, doa, membaca
Al-Qur’an, dsb.
3. Ibadah yang terkait dengan muamalah yang baik dengan sesama
manusia, seperti berbakti kepada orang tua, menyambung silaturrahmi, berbuat
baik terhadap tetangga, mengasihi orang miskin dan lemah, dsb.
4. Ibadah yang terkait dengan kebaikan universal, seperti berkata
jujur, komitmen dengan janji, dan menunaikan amanah.
5. Ibadah yang terkait dengan akhlak terhadap Allah, cinta kepada
Allah, mensyukuri nikmatNya, dsb.
6. Ibadah yang terkait dengan dakwah dan jihad.
7. Ibadah yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan dalam
kerangka kebaikan.
Jadi, paradigma yang menyatakan bahwa ibadah terbatas hanya untuk shalat,
puasa, zakat, dan haji itu kurang tepat. Akan tetapi akhlak, jihad, dakwah, dan
bekerja juga merupakan ibadah yang menghasilkan pahala bagi yang mengerjakan.
Kisah perempuan penjual susu menunjukkan kepada kita bahwa ketika
seseorang menjadikan kerja sebagai ibadah membuat semangat kerja yang lebih.
Putaran waktu akan menunjukkan bahwa orang yang mendedikasikan kerjanya sebagai
ibadah akan memetik hasil yang luar biasa seperti kenaikan jabatan, gaji,dsb.
Ketika bekerja adalah ibadah, maka tempat bekerja adalah tempat ibadah.
Oleh karenanya, tempat menyembah kepada Allah tidak terbatas tempat ibadah yang
biasa semisal masjid. Seorang bankir bisa saja terus melayani nasabah, tapi
hatinya sujud dan tunduk kepada Allah. Ia persembahkan sisi terbaik dari
fragmen hidup untuk Allah sesuai dengan janji yang tiap kali ia ucapkan dalam
mendirikan shalat, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya
untuk Allah, Tuhan Semesta Alam (Q.S. 6: 162).
KONSEKUENSI
IBADAH
Karena disadari
dan diyakini bahwa bekerja adalah ibadah, maka bekerja tidak lagi sebatas
karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi semata. Tetapi, yang lebih
penting dari itu adalah meningkatkan kualitas pekerjaannya. Seorang yang
menetapkan bekerja adalah beribadah, akan menghasilkan kualitas kerja yang
professional, tidak asal-asalan. Orang yang memosisikan kerja sebagai ibadah
tidak akan melakukan kecurangan dan korupsi, karena dia yakin bahwa Allah Maha
Melihat. Sebagaimana kasus tentang perempuan penjualan susu, perempuan yang
baik itu tetap tidak mau mencampur susunya, meskipun ibunya memerintahkan
kecurangan, dia tidak mau karena yakin Allah Maha Mengawasi secara teliti
setiap hamba-Nya.
Diantara kosekuensi dari memosisikan kerja sebagai ibadah adalah:
1. Ma’iyatullah adalah rasa kebersamaan dengan Allah, jika
seseorang bekerja dan meyakini bahwa Allah itu dekat. Maka ada keinginan untuk
membuktikan pada Allah bisa bekerja dengan baik. “Maka bekerjalah kalian,
biarlah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman akan meliahat pekerjaan kamu
(Q.S. 9: 105).
2. Muraqabatullah adalah merasa diawasi oleh Allah setiap
yang di kerjakan.
3. Allah sebagai ghoyyah adalah menjadikan Allah sebagai
tujuan (ghoyyah) dari setiap yang dia kerjakan.
Ketiga hal diatas akan menghasilkan karakter kesengguhan dan keikhlasan.
Ikhlas menjadi etos kerja yang khas dalam Islam. Tanpa keikhlasan, kerja yang
bernilai ibadah tidak akan mendatangkan pahala dan keberkahan Allah.
Sering kali pekerjaan sudah dilakukan dengan baik, tetapi tidak
diapresiasi oleh pimpinan. Bagi pekerja, pimpinan bisa saja lalai, tapi Allah
tidak pernah melalaikan sekecil apapun amal kebaikan yang telah dikerjakan.
MEMBUAT KERJA
MENJADI IBADAH
Dalam sebuah kesempatan,
para sahabat memuji salah seorang temannya dihadapan Nabi Muhammad SAW. Karena
kesungguhannya dalam beribadah, akan tetapi tidak mau bekerja untuk dunia.
Mereka mengatakan, “Kami menemaninya dalam berpergian dan kami tidak menemukan
ada orang setelah Nabi yang lebih tekun beribadah selain dia. Dia tidak
beranjak dari sholat dan tidak pernah meninggalkan puasa”. Rasulullah bertanya pada mereka, “Siapa yang
menopang kehidupannya?” Mereka menjawab, “Kami semua yang menopangnya.”
Rasulullah bersabda: “Kalian lebih ahli ibadah dibandingkan dia (H. R. Bukhori
dan Muslim).
Dengan bekerja, orang dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarga, dapat
berkontribusi di masyarakat yang membutuhkan, dan dapat menopang kebutuhan
spiritualnya. Tanpa bekerja, maka sholat, zakat, puasa, dan haji, serta ibadah
lainnya akan sulit ditunaikan.
Keyakinan seseorang bahwa bekerja adalah ibadah membuatnya tidak terlalu
ambil pusing akan gaji. Keyakinan bekerja adalah ibadah juga membuat seseorang
berpikir dan bervisi lebih dari sekedar bekerja, tapi dia meyakini bahwa ini
adalah bagian dari proses besar manfaat.
Orang yang memosisikan bekerja sebagai ibadah adalah orang yang memiliki
kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memaknai
ibadah sebagai prilaku dan kegiatan yang dilakukan sehari-hari, melalui
pemikiran yang bersifat fitrah,menuju manusia yang seutuhnya (hanif), memiliki
pemikiran tauhidiah, serta berprinsip “Hanya karena Allah”. Nabi mencontohkan
bahwa bekerja adalah ibadah sehingga orang akan melihat banyak kebaikan bia
dihadirkan kepada stakeholder. Stakeholder kita adalah Allah, Rasul, dan
orang beriman. Beramallah kalian niscaya Allah, Rasul, dan orang beriman akan
melihat pekerjaan kamu (Q. S. 9: 105).
Implikasinya untuk pengelola bisnis adalah:
1. Bekerja harus diyakini sebagai bagian dari ibadah.
2. Paradigma kesempitan makna ibadah harus diubah.
3. Ibadah mempunyai konsekuensi, harus menjadi tujuan kerja seorang
sebagai ibadah.
4. Bekerja sebagai ibadah akan meningkatkan kecerdasan spiritual.
5. Bekerja sebagai ibadah akan menghasilkan kualitas kerja yang
optimal karena stakeholder-nya adalah Allah, Rasul, dan orang beriman.
BAB IV
Zero Based, Iman, Konsisten, Result
Oriented
Dalam konsep celestial management, ZIKR bukan saja hadir sebagai upaya
mengingat Allah. ZIKR jika diperdalam, diyakini bisa membuahkan atribut-atribut
manajemen. Sebuah ikhtiar untuk mengupas dan mengeksplorasinya dilakukan dan
melahirkan atribut yang diurai dari sisi akronim ZIKR, yaitu:
Zero Based
Menurut syaikh Muhammad Ghazali menyatakan bahwa keberhasilan seseorang
ditentukan oleh sikap dan kesungguhannya sebesar 90% dan 10% ditentukan oleh
bakatnya.
Dalam konteks manajemen bisnis dimana banyak dinamika terjadi, diantara
hal yang paling penting dalam menghadapi suatu masalah adalah bagaimana
menyikapi apa yang terjadi, bukan bagaimana sebuah peristiwa terjadi. Di antara
persoalan yang paling kompleks yang perlu dipahami oleh manajer disuatu
perusahaan adalah hubungan antara perilaku dan kepribadian pada anggota dan
system kerja diperusahaan.
Kemampuan memahami kemampuan diri menjadi sesuatu yang sangat penting.
Setelah itu, kita akan jernih melihat semua kondisi, fakta, fenomena, dan
permasalahan yang ada disekitar kita. Kemampuan inilah yang kemudian melahirkan
kinerja yang berkualitas. Kemampuan tersebut menunjukkan bahwa dia berkarakter
zero based.
URGENSI ZERO
BASED DALAM MENGELOLA ORGANISASI
Memandang
Setiap Permasalahan dengan Jernih
Orang yang zero based selalu memenuhi diri dengan nilai-nilai ilahiah dan
mengosongkan diri dari nilai-nilai yang tidak bermakna. Organisasi bisnis harus
senantiasa meperlakukan adanya SDM dengan karakter zero based. Karena ini akan
mengarahkan pada kualitas kerja yang baik.
Memandang
Segala Permasalahan Apa Adanya
Zero based bisa juga diartikan memandang sesuatu apa adanya. Hal yang
kemudian meletakkan sesuatu pada tempatnya. Dengan demikian kita dapat membuat
pilihan, atau merespon dengan cara yang benar berdasarkan kebebasan memilih dan
bebas dari prasangka.
Memandang
Permasalahan Tanpa Prasangka Buruk
Orang zero based haruslah bebas dari prasangka yang buruk. Orang yang
tanpa prasangka akan cenderung objektif. Apa yang seharusnya salah harus
dihukum dan yang seharusnya diapresiasi dengan reward yang mestinya di
apresiasi.
Dengan demikian, nilai-nilai zero based dan zero mind akan mengarahkan
dan membawa siapa pun pada suatu karakter produktif yang senantiasa tepat
menentukan skala prioritas dalam setiap keputusan yang diambil.
IMAN:
KEYAKINAN PADA JANJI-JANJI ALLAH
Iman adalah sumber energy jiwa yang senantiasa memberikan kita kekuatan
untuk bergerak menyemai kebaikan, kebenaran, dan keindahan dalam kehidupan atau
bergerak mencegah kejahatan, kebatilan, dan kerusakan dipermukaan bumi. Iman
adalah glora inspirasi kepada pikiran-pikiran kita, maka lahirlah basirah. Iman
adalah cahaya yang menerangi dan melapangkan jiwa kita maka lahirlah takwa.
Iman adalah bekal yang menjalar diseluruh bagian tubuh kita, maka lahirlah
harakah. Iman menentramkan prasaan, menguatkan tekad dang menggerakkan raga
kita.
Dengan Iman,
Semua Menjadi Mungkin
Iman adalah yakin, percaya atau keyakinan. Kepercayaan atau keyakinan
yang teguh bisa muncul dari siapa saja. Seseorang yakin bisa mengubah mission
impossible menjadi mission possible.
.Cita-cita yang telah direncanakan untuk masa depan adalah sesuatu yang
ghaib, yang terus diperjuankan. Keyakinan itulah yang mengantarkannya untuk
bertindak meraih semua yang diinginkan, yang menurut kebanyakan orang sulit
atau tidak mungkin dilakukan.
Dalam buku Seven Habits, Stephen Covey menjelaskan bagaimana kekuatan
keyakinan bisa berpengaruh besar terhadap tercapainya tujuan. Menurutnya
pemikirannya, segala sesuatu diciptakan dua kali, secara mental dan spiritual,
semua yang kita lihat dalam dimensi fisik. Semua berasal dari dimensi spiritual
artinya semua yang kemudian bisa dilihat secara material itu baru bisa terwujud
setelah melewati fase mental, yakni sudah di olah dalam alam pikiran manusia.
Iman:
Definisi dan Cakupannya
Iman secara bahasa berarti pembenaran yang pasti dan tidak terkandung
keraguan didalamnya. Pembenaran ini terbagi dua hal, yakni membenarkan segala
berita, perintah, larangan. Secara istilah, iman adalah ucapan dengan lisan,
keyakinan dalam hati, dan amalan dengan anggota badan. Dengan begitu maka iman
terdiri atas tiga bagian :
Pertama, keyakinan hati dan amalan hati, yakni keyakinan dan pembenaran
terhadap apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya.
Kedua, ikrar dan amalan lisan. Ikrar lisan yakni dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat dan mengakui konsekuensi dari kedua kalimat itu. Sedangkan
amalan lisan segala amalan yang tidak dapat terlaksana kecuali dengan lisan,
seperti membaca Alqur’an.
Ketiga, amalan anggota badan yaitu, badan yang tidak terlaksana kecuali
dengan anggota badan, seperti rukuk, sujud, jihad dan lain-lain.
Iman kepada
Allah swt.
Iman kepada Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah adalah
Rabb (pemelihara, pengatur), pemilik dan pencipta segala sesuatu. Dia memiliki
segala sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan.
Iman kepada Allah mencakup pentahauidan Allah dalam tiga hal yaitu,
Tauhid
Rububiyah
Rububiyyah (kepemilikan, kepengaturan) Allah atas makhluk-Nya bermakna
ketunggalan Allah dalam menciptakan, memiliki, dan mengatur urusan-urusan
mereka.
Sebagaimana firman-Nya.
“Ingatlah hanya milik Dialah segala penciptaan dan segala urusan. Maha
suci Allah Rabb sekalian alam.”(QS.7:54)
Dengan kata lain tauhid rububiyyah adalah pengakuan bahwa sesungguhnya
Allah adalah pelaku mutlak di alam semesta dalam berbagai hal.
Tauhid
Uluhiyyah
Secara umum adalah keyakinan yang mantap bahwa Allah swt adalah Ilah yang
benar dan tidak ada Ilah selain Dia serta mengesakan-Nya dalam beribadah.
Tauhid uluhiyyah dibangun di atas permunian ibadah yang hanya kepada
Allah., baik ibadah yang bersifat batin maupun lahiriah.
Ada orang yang mengimani Allah secara tauhid rububiyyah saja, namun tidak
beriman secara taudi uluhiyyah. Sebagaimana firman Allah,
Tauhid Asma
Wash-Shifat
Makna Tauhid Asma Wash-Shifat (mengesakan Allah dalam hal nama-nama dan
sifat-sifat-Nya) adalah meyakini secara mantap bahwa Allah meyandang seluruh
sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan, dan Dia berada dengan
seluruh makhluk-Nya.
Fluktuasi
keimanan
Al-imaanu yaziidu wa yanqus” demikian Nabi Muhammad bersabda yang artinya
iman bisa naik dan bisa turun. Beberapa akan meningkatkan keimanan, yaitu:
1. Ilmu
Tidaklah
sama orang yang mengetahui secara rinci apa-apa yang disampaikan oleh
Rasulullah dengan yang tidak mengetahuinya, walaupun hal tersebut termasuk
dalam cakupan syahadat.
2. Amal
Keyakinan
akan bertambah, keimanan akan semakin kuat dengan memperbanyak amal saleh dan
ketaatan.
Hal
ini disebabkan karena pengakuan uluhiyyah Allah dan memurnikan pengabdian
kepada-Nya. Pengakuan ini ada dua macam, yaitu pengakuan konsepsional yakni
dengan meyakini dan pengakuan praksis yakni dengan ketaatan dan pelaksanaan.
Untuk kesempurnaan iman kedua pengakuan ini harus ada.
3. Zikir dan Fikir
Zikir
adalah mengingat Allah dengan segala sifat keagungan yang layak untuk-Nya.
Zikir melestarikan keterpautan hati dengan penciptanya.
Fikir adalah berusaha untuk senantiasa melihat karya Allah
dengan merenungi makhlu-makhluk-Nya, dan memeperhatikan ayat-ayat serta
mukjizat-Nya. Sebab diantara bagian iman kepada Allah adalah menyadari
keagungan-Nya, kemuliaan sifat-sifat-Nya, dan keagagungan pekerjaan-Nya.
Sifat-sifat dan perbuatan Allah yang agung dapat dilihat
begitu nyata oleh semua orang di alam semesta ini. Namun orang-orang kafir
selalu memandang dunia dengan sebagai kesenangan dan syahwat.
Ada pula
beberapa hal yang menyebabkan iman turun, diantaranya adalah:
1. Tidak mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah swt.
2. Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama, tidak
memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukuman-hukuman-Nya, baik yang bersifat kauni
maupun syar’i.
3. Beberbuat atau mengutarakan maksiat.
Iman
akan banyak sekali berkurang dan menjadi sangat lemah jika seorang hamba
terjerumus dalam dosa besar.
URGENSI
MENGHADIRKAN KEIMANAN DALAM KERJA
Ketika iman menjadi landasan dalam bekerja, maka keimanan menghadirkan
beberapa hal, di antaranya adalah:
1. Cenderung memilih yang halal, bukan yang haram
2. Cenderung menjauhi yang syubhat
3. Cenderung pada nila-nilai kebaikan
4. Menghormati anak buah dan pemimpin
5. Beretos kerja tinggi dan memperhatikan nila-nilai kebaikan
6. Memperhatikan etika dan norma dalam mengelola organisasi.
Iman juga seperti magnet yang menarik kearah nila-nilai kebaikan. Untuk
memperbesar daya magnetis positif kebaikan dan pada saat yang sama mereduksi
daya magnetis negative, maka ZIKR adalah salah satu caranya. Dengan modal itu,
seseorang akan memiliki motivasi tinggi dalam mewujudkan tujuannya dengan
disertai tawakal kepada Allah.
ENERGI ABADI
YANG MENCIPTA KEAJAIBAN
Orang yang beriman meskipun gagal mewujudkan keinginannya akan tetap
tenang dan tidak terganggu kejiwaannya. Di samping mereka meyakini bahwa semua
tujuan dunia hanyalah interim objectives dalam rangka mencapai ultimate
objective di akhirat. Mereke yakin usaha di dunia tidak sia-sia, karena ada
pahala diposisi Allah yang kekal.
Dengan iman itulah kemudian daya juang, militansi, dan kemampuan sekses
terbentuk. Dan iman yang kuat menancap akan menjadi energy abadi yang akan
terus menjadi bahan bakar dari keberhasilan.
MENGHADIRKAN
IMAN DALAM AKTIVITAS KESEHARIAN
Dalam konteks celestial management, kekuatan iman akan menjadi pengawas
sekaligus motivasi. Iman juga membentuk milintasi. Hanya orang-orang yang
militan yang mampu berjuang keras untuk menaklukkan dan merebut market share.
Target dan beban dari perusahaan memang berat, akan tetapi dengan kekuatan
keimanan akan menghasilkan usaha yang tidak kenal lelah dan keyakinan akan
pertolongan Allah dan kemenangan yang dekat.
Hal yang perlu diperhatikan adalah membersihkan hati dan pikiran dari
keraguan, karena itu melemahkan iman dan menjauhkan cita-cita. Dengan iman
konsep celestial management menghadirkan pribadi dan organisasi dalam yang siap
berbagi power, informasi, knowlodge, dan reward. Akhirnya dengan iman pula,
seseorang akan berkerja dengan tulus ikhlas.
KONSISTEN
Air mengajarkan kita banyak hal, ia selalu mengalir ketempat yang lebih
rendah. Ia tidak ragu untuk mengalir. Air adalah guru kehidupan. Betapa
kerasnya cadas, ketika tetesan air mengenai permukaannya, lama kelamaan akan
berlubang juga.
Muhammad Yunus, seorang professor
ekonomi lulusan amerika dengan konsistensinya berupaya mengatasi kemiskinan,
pengangguran dan kebodohan dai Bangladesh. Belia mampu belajar dari air. Dengan
membuat solusi berupa kredit mikro. Yang awalnya ditertawakan, dicela, ditolak oleh banyak orang karena orang miskin
tidak bisa dipercaya untuk dipinjami. Akan tetapi keyakinannya seperti air yang
menetes, dengan berjalannya waktu ia mampu mereduksi kemiskinan lebih dari
setengah nasabah Gremeen Bank dalam sepuluh tahun terakhir.karena
keberhasilannya, konsep yang dijalaninya telah direplikasi di lebih dari 114
negara di dunia.
Konsisten
dalam Arah Tujuan (Istikamah)
Orang yang konsisten akan memperjuangkan cita-citanya dengan tidak kenal
lelah. Dia akan meluruskan arah dan teguh pendirian dalam menuju tujuan, meski
banyak menghadi rintangan bahkan kegagalan.
Konsistensi diserukan Alqur’an kepada semua orang yang beriman untuk
tetap menjaga arah keimanannya kepada Allah. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami adalah
Allah, kemudian mereka tetap istikamah, maka tidak ada kekhawatiran kepada
mereka dan tidak pula mereka berduka cita.”(QS. 46: 13)
Keselaran tujuan diantara anggota-anggota organisasi menjadi penting.
Begitu juga keselarasan tujuan organisasi dengan anggota-anggotanya. Keduanya
menjadi syarat mutlak agar tujuan dapat diraih secara bersama-sama.
Konsisten
dalam cakupan (kaaffah)
Seorang yang menjadi bagian organisasi, tidak hanya memilih peraturan
yang dianggap mudah sambil meninggalkan peraturan yang lainnya. Semua peraturan
terlahir dan disepakati sebagai aturan bersama.
Keselarasan itu diharapkan menjadi kunci keberhasilan. Sukses dalam arti
menyeluruh dalam totalitas. Konsistensi dalam dimensi kaaffah sangat penting.
Kaaffah menghendaki penyerahan secara total yang seimbang antara jiwa dan raga,
pribadi dan organisasi, karir dan rumah tangga, pendidikan dan keungan. Bukan
total namanya ketika beribadah merujuk Alqur’an dan Hadis, tapi dalam
berekonomi menggunakan bank ribawi
.
RESULT ORIENTED
Dalam konteks celestial management, hasil yang hendak dicapai bukan
seperti yang diinginakn oleh organisasi pada umumnya. Celestial mangemenr
menghendaki bahwa setiap organisasi bisnis juga institusi yang punya value
added kepada stakeholders-nya. Dalam hal lain institusi bisnis adalah juga
organisme dakwah.
Organisasi bisnis ibarat pesawat. Ia berangkat dari landasan pacu, titik
nol (zerobase). Bahan bakarnya iman. Sang pilot selalu konsisten (istikamah dan
kaaffah), mengarahkan orientasi tujuan (result oriented) kesasaran akhirat.
Keberhasilan dunia dan kesuksesan akhirat bukanlah sesuatu yang terpisah.
Sukses di dunia menjadi jalan untuk sukses di akhirat. Kesuksesan dunia bukan
mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, menuntut ilmu setinggi-tingginya,
sebaliknya menggunakan sumber daya untuk mewujudkan misi khalifatullah fil ardh
yakni tugas memakmurkan bumi.
Mengarahkan
Hasil dengan Motivasi
Dalam konteks celestial management, kebutuhan paling tinggi bagi manusia
adalah kebutuhan untuk bisa selamat dari azab neraka dan masuk surga. Kebutuhan
jenis ini akan memotivasi untuk senantiasa meyakini bahwa melihat dan
mengevaluasi pekerjaan kita tidaklah hanya pimpinan tetapi juga Allah
Saat ini pencapaian tujuan telah dikembangkan melalui teknik manajemen yang
digunakan secara luas yang dinamakan management by objectives.
CARA MENCAPAI
HASIL MENURUT CELESTIAL MANAGEMENT
Dalam konteks celestial management, selain motivasi yang benar,
berorientasi hasil haruslah diawali dari akhlak yang mulia dan ditindaklanjuti
dengan action plan dalam mencapai hal tersebut.
Bermula dari
Akhlak Islami
Tujuan organisasi adalah mengantarkan semua bagian organisasi dan semua
yang berintraksi untuk mencapai kebahagiaan di akhirat. Sedangkan tujuan jangka
pendeknya adalah laba.
Dengan akhlak dan karakter ini, maka premis Drusker bisa terpenuhi, yakni
membukukan laba perusahaan dengan signifikan. Dengan konsep celestial
management, tidak hanya laba yang diperoleh, tetapi juga kebaikan yang lebih
besar.
BAB V
ORGANISASI SEBAGAI TEMPAT BERKUMPUL DAN
BERBAGI KEPERCAYAAN
1)
Hubugan Kekayaan dan Maslahah
Dalam islam, kekayaan pada dasarnya merupakan salah satu unsur pemenuhan
kebutuhan hidup manusia yang ditenntukan oleh konsep maslahah. Secara bahasa, maslahah berarti member manfaat atau
mengurangi bahaya. Dalam konteks yank lebih umum, Imam shattibi dalam kitab Al
mufaqat mendefenisikan maslahah sebagai
prinsip-prinsip atau ukuran-ukuran yang berhubungan dengan dengan
keberlangsungan hidup dan kelengkapan hidup seluruh makhluk hidup. Jika
dikaitkan dengan kekayaan, maslahah dapat
diartikan sebagai kepemilikan dan kekuatan barang dan jasa yang mengandung
elemen-elemen dasar dan tujuan kehidupan manusia didunia serta perolehan pahala
untuk kehidupan akhirat. Konsep maslahah ini
terkait dengan kerangka maqasid al
shariah, yakni untuk mencapai kesuksesan hidup didunia dan diakhirat (falah) serta kesejahteraan umat manusia.
Oleh karena nya, semua barang da jasa yang
memiliki maslahah dapat
digolongkan sebagai kebutuhan manusia.
Imam shatibi selanjutnya membedakan membedakan maslahah menjadi 3 jenis yakni:
Ø
Esensial (daruriyyah)
Daruriyyah sebagai komponen pertama merupakan hal-hal yang wajib adanya
dan menjadi pokok kebutuhan hidup manusia. Dalam pengertian ini, hal-hal yang
bersifat dharury bagi manusia
berpangkal pada pemeliharaan lima hal
pokok dalam maqasid al shariah yakni pemeliharaan jiwa, agama, akal, harta
kekayaan dan anak atau keturunan. Pada hakikatnya, melindungi kelima hal pokok
ini sama dengan atau merupakan langkah-langkah utama untuk menegaakan syariat
islam.
Ø
Pelengkap (hajiyyah)
Hajiyyah adalah suatu yang
melengkapi hal-hal esensial yang jika diabaikan akan memberikan kesukaran atau
kesulitan dalam kehidupan manusia. Contoh dalam bidang ekonomi adalah
penggunaan uank untuk alat tukar menukar barang dan transaksi lainnya, serta
kebolehhan melakukan transaksi dengan akad
mudharabah, mushaqat, muzara’ah, dan bai salam.
Ø
Penyempurna (tahsiniyyah)
Tahsiniyyah merupakan hal-hal
yang umumnya mengandung nilai estetika yang baik sehingga dapat meningkatkan
dan menyempurnakan kualitas hidup manusia. Tanpa keberadaanya, kehidupan
manusia masih tetap bisa berjalan dengan normal akan tetapi belum sempurna.
Dari ketiga kebutuhan pokok tersebut, pemeliharaan dharury merupakan
prioritas utama. sementara hajiyyah boleh ditinggalkan apabila dapat merusak
dharury, dan tahsiny boleh ditinggalkan apabila juga merusak dharury dan
hajiyyi.
2)
Mencari Kekayaan Menurut Islam
Dalam persfektif islam, mencari kekayaan tidak hanya diperlukan, namun
merupakan hal yang wajib dalam agama. Ini bertolak belakang dengan pendapat
banyak orang bahwa islam tidak mendukung pengumpulan kekayaan. Islam sangat
mendukung pengumpulan kekayaan. Berkerja mencari nafkah, oleh karenanya, tidak
hanya dianggap sebagai cara untuk menghasilkan pendapatan yang halal, namun
juga sebagai cara untuk memberikan manfaat yang besar kepada sesame sekaligus
mendekatkan diri kepada allah swt.
Dalam bekerja mencari dan mengumpulkan kekayaan, islam memberikan
berbagai pedoman yang jelas yakni:
Ø
Bekerja merupakan bagian
dari kewajiban beragama yang menunjukan ketaatan dan rasa syukur kepada allah
swt Sang maha pemberi kekaayaan.
Ø
Bekerja selalu harus
dilakukan degan penuh kesungguhan
Ø
Bekerja merupakan sumber
rezeki yang halal dan member keberkahan
Ø
Bekerja menunjukan harga
diri manusia
Ø
Bekerja merupakan cara
member manfaat kepada masyarakat.
Jelaslah bagi kita bahwa kekayaan atau rezky tersebut sudah disediakan
secara berlimpah oleh allah swt bagi manusia, termasuk sumbernya, bahkan
sebelum manusia dilahirkan. Karunia tersebut hanya diberikan Nya kepada orang-orang yang dikehendaki Nya.
Maka, manusia harus berusaha menjadi insane-insan yang terpilih untuk menjemput
kekayaan tersebut dengan cara-cara yang diberkahi dan telah digariskan oleh allah
swt dalam ajaran islam.
3)
Pencarian Kekayaan dan Pengelolaan Organisasi
Southwest Airlines telah menunjukan pentingnya menjadikan kru benar-benar
sebagai keluarga dan stakeholder utama dalam sebuah organisasi: menyatakan
mereeka dalam mengambil keputusan perusahan, memberikan penghargaan atas
keberhasilan mereka, serta mendorong kru nya untuk berani mengepresikan diri
dan sifat-sifat humanitas merekademi kepentingan bersama. Perusahaan juga
menempatkan kepuasan konsumen sebagai salah satu tujuan mereka.
Dalam beberapa literature mengaitkan keberhasilan ini dengan struktur
organisasi yang fleksibel dan pandangan yang luas mengenai konsep tata kelola
perusahaan, jika dibandingkan dengan perusahaan yan struktur organisasi nya
cenderung hierrarkis dan pandangan mengenai corporate
governance relative sempit. Dalam perusahaan-perusahaan tersebut,
pengambilan keputusan biasanya berjalan birokratis dan lamban. Mereka juga
cenderung lambat dalam melakukan langkah-langkah antisipasi dalam terhadap
perubahan-perubahan yang setiap saat bisa terjadi di era globalisasi ini.
Akibatnya, motivasi kru menjadi rendah yang pada akhirnya akan
mempengaruhi produktifitas dan keuntugan perusahaan. Perusahaan- perusahaan
dengan karakteristik seperti ini memerlukan reformasi organisasi mereka.
Reformasi ini dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan konsep berbagi
PIKR (power,information,knowledge, reward).
BAB VI
PIKR (POWER, INFORMASION, KNOWLEDGE, REWARD
SHARING)
A. PENDAHULUAN
Dalam konteks manajemen organisasi, system manajemen serta
budaya yang positif bagi organisasi dapat di kembangkan dengan beerbagai cara.
Salah satunya adalah dengan menerrapkan konsep berbagi atau sharing PIKR (Power, Information, knowledge, dan
Reward). Apa yang di maksud dengan “berbagi PIKR”? Bagaimana system
manajemen dan buaya organisasi dapat di pengaruhi konsep ini? Apakah aplikasi
konsep ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan dan
kinerja organisasi?.
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, terlebih
dahulu kita mengetahui apa yang dimaksud budaya organisasi dan elemen-elemen
yang terkai dengannya. Memahami apa yang dimaksud dengan konsep PIKR dan
kemudian menghubungkan dan keterkaitan antara budaya organisasi dengan berbagi
PIKR.
B. STRUKTUR ORGANISASI
1. Organisasi sebagai sebuah budaya
Pada pertengahan
tahun 1980-an, organisasi umumnya di lihat lebih sebagai alat untuk
mengoordinasikan dan mengatur sekelompok orang melalui fungsi tertentu. Akan
tetapi, dalam praktiknya sering kita melihat bahwa organisasi yang bergerrak di
bidang yang sama ternyata memiliki personalitas yang berbeda.
Budaya organisasi
umumnya dikembangkan dari latar belakang dan filosofis unik yang di miliki oleh
sebua organsasi dan kemudian di kembangkan secara sistematis di dalam organisasi
tersebut. Sering kali, kepemimpinan (leadership) merupakan faktor
pembawa perubahaban yang efektif dalam sebuah perusahaan.
Dalam perspektif
islam, budaya organisasi harus di kembangkan berdasarkan kodrat dan pandangan
islam mengenai keduniawian (Islamic worldview), terutama pandangan
mengenai manusia dan kemanusiaan sebagai mana dijelaskan dalam sumber-sumber
ajaran islam. Posisi manusia sangat istimewa dari dialog antara Allah SWT.
Dengan para malaikat ketika dia menciptakan nabi adam.
2. Pengertian Struktur
Organisasi
Secara harfiah
“strutur” dapat di defenisikan sebagai suatu cara menyusun dan membentuk bagian
atau elemen-elemen individu secara bersama-sama dalam satu kesatuan. Sedangkan
strutur organisasi merupakan kerangka untuk mendefenisikan bagaimana
aktivitas-aktivitas atau
pekerjaan-pekerjaan dalam sebuah organisasi,dikelompokkan,dan di koordinasikan.
Ketika struktur organisasi di rancang, bagian-bagian tersebut mejadi landasan
berjalannya sebuah organisasi. Oleh karena itu, pengelompokan orang-orang ke
dalam suatu unit kerja dan kesatuan tersebut merupakan hubungan kerja dalam
suatu bisnis.
Ada 6 hal yang
perlu dipertimbangkanmanajer ketika hendak merancang struktur sebuah
organisasi, antara lain :
a. Spesialisasi kerja (work specialization)
Spesialisasi kerja (work
specialization) menunjukkan bagaimana pekerjaan dalam sebuah organisasi di
bagi menjadi beberapa aktivitas yang berbeda dan dilakukan oleh
individu-individu yang berspecialisasi mengerjakan masing-masing aktivitas
tersebut. Ide mengenai spesialisasi pekerjaan atau pembagian tenaga kerja (division
of labor) dapat di telusuri semenjak zaman Al-Ghazali (1111 M) dan Ibnu
Khaldun (1404 M), pemikir-pemikir islam yang sangat produktif dan besar jasanya
dalam pengembangan dalam pengetahuan. Dengan spesialisasi kerja,diharapkan kru
dapat benar –benar menguassai aktivitas yang mereka kerjakan.
b.
Departmentalisasi
Departementalisasi merupakan
basis pengelompokan departemen-departemen dalaam sebuah organisasi untuk
mengintegrasikan kerja-kerja yang terspesialisasi. Misalnya adalah
pengelompokan berdasarkan fungsi pekejaan produk yang dihasilkan,daerah
geografis, proses produksi, tipe konsumen, dan sebagainya.pengelompokan ini
pada umumnya di dasarkan pada kebutuhan dan skala perusahaan, serta di bentuk
pada setiap level atau hierarki perusahaan.
c.
Rantai Komando
Rantai Komando (chain
of command) menunjukkan garis kekuasaan yang menghubungkan kru dengan
posisi yang lebih tinggi dengan yang berposisi lebih rendah, sehingga
tugas-tugas dan pelaporan dapat menjadi lebih jelas. Ada dua konsep yang
berhubungan dengan rantai komando, yaitu konsep wewenang (authority) dan
kesatuan perintah (unity of common). Wewenang adalah hak yang melekat
pada sebuah posisi manajerial untuk memberikan perintah dan mengharapkan
perintah tersebut di laksanakan oleh bawahannya.sedangkan, prnsip unity of
common bertujuan mendukung implementasi rantai komando sehingga seorang kru
hanya memiliki satu orang atasan yang bertanggung jawab secara langsng
kepadanya.
d.
Rentang kendali
Garis yang
menghubungkan individual-individual menggambarkan rentang kendali (span of
control) untuk setiap manajer di dalam struktur organisasi. Rentang kendali
mengindikasikan berapa banyak orang dan siapa saja bawahan-bawahan serta
fungsi-fungsi pelaporan yang di miliki setia manajer organisasi. Rentang
kendali juga menggambarkan sumber daya yang langung berada di bawah pengawasan
manajer.
e.
Sentralisasi dan
Desentralisasi
Pengambilan
keputusan di dasaarkan pada dua konsep utama, yaitu sentralisasi dan desentralisasi
. sentralisassi berarti pengambilan keputusan berada di tangan manajemen
lapisan atas, dengan sedikit atau tanpa masukan dari bagian-bagian di bawahnya.
Konsep ini berhubungan erat dengan kepemilikan kekuasaan formal. Kebalikan dari
konsep ini adalah desentralisasi. Dalam organisasi terdesentralisasi ,
dimungkinkan menerim masukan dari lebih banyak orang (terutama kru dari level
yang lebih rendah), pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang lebih
cepat, serrta tidak membuat kru mersa di pisahkan dari pihak pengambil
keputusan yang dapat memengaruhi cara kerjanya.
f.
Formalisasi
Formalisasi (formalization) atau standardisasi adalah
tingkatan dimana pekerjaan dalam sebuah organisasi sudah memiliki standar
tertentu. Formalisasi biasanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kerja,
dengan menjelaskan apa yang harus dilakukan, kapan waktunya, dan bagaimana
melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan. Deskripsi pekerjaan, peraturn
organisasi, proseddur yang jelas mengenai proses kerja dalam organisasi adalah
beberapa contoh formulasi yang sering di temukan dalam sebuah organisasi.
3. Faktor-Faktor Penyebab Struktur Organisasi Berbeda-Beda
a. Strategi perusahaan
Struktur organisasi merupakan sarana
untuk membantu manajemen mencapai tujuannya. Oleh karena tujuan perusahaan di
turunkan dari strategi perusahaan, maka struktur organisasi haruslah mengikuti
strategi perusahaan. Dalam ekonomi konvensional umumnya di asumsikan bertujuan
mencari keuntungan materi yang sebesar-besarnya. Sedangkan perusahaan yang
berbasis islam,visi dan misinya haruslah sesuai dengan ajaran islam. Konsep
maqasid al-shariahi dan maslahah dapat di jadikan sebagai acuan
dalam menetapkan visi dan misi yang sesuai dengan islam. Berdasarkan Konsep maqasid
al-shariah, sebuah perusahaan harus sejalan dengan tuntunan islam untuk
memelihara 5 hal mendasar yakni : agama, harta, keturunan, akal, dan jiwa.
Adapun tujuan akhir adalah falah (kesejahteraan dan kebahagiaan yang hakiki di
dunia dan di akhirat ), bukan meaksilimasilaba atau keuntungan materi semata.
b. Skala organisasi
Skala organisasi secara signifikan
memengaruhi struktur sebuah organisasi. Sebagai contoh, organisasi yang besar
cenderung memiliki lebih banyak spesialisasi. Departentalisasi, batasan
vertical dan peraturan/regulasi ddaripada organisasi yang kecil
c. Tekhnologi
Teknologi disini sebagai system atau
cara organisasi mentransformasi input menjadi output. Teknologi
rutin berhubungan dengan struktur
organisasi yang tersentralisasi, sementara teknologi non rutin bisanya sangat
berrgabtung pada pengetahuan para ahli yang akan mendorong delegasi wewenang
dalam mengambil keputusan. Secara umum hubungan teknologi dengan sentralisasi
kekuasaan terletak pada tingkatan formulasinya. Peraturan formal dan
pengambilan keputusan tersentralisasi biasanya memiliki mekanisme control dan
manajemen dapat mengganti salaah satunya.
d. Lingkungan
Lingkungan organisasi terbenuk dari
intitusi-intitusi di luarorganisasi yang berpotensi memengarhi kinerja
organisaasi. Contohnya adalah konsumen,
competitor, distribusi, masyarakat di sekitar, dan pemerintah. Kondisi
lingkungan yang senantiasa brubah, secara langsung dan tidak langsung
memengaruhi keefektivan organisasi.salah satu cara meminimalkan
ketidakefektifan karrena perubahan
lingkungan ini adalah dengan menyesuaikan tiga dimensi utama setiap lingkungan
organisasi: kapasitas, fluktuasi, dan kompleksitas, dengan strutur organisasi
yang di adopsi.
e. Wewenang
Semakin besar organisasi, kegiatan
operasional manajemennya akan semakin rumit dan banyak. Hal ini menuntun para
para atasan agar dapat mendelegasikan wewenang kepada bawahannya karena ia
tidak akan mampu melakukan segala aktivitas perusahaan sendirian. Pendelegasian
wewenang (authory) memang berarti bahwa seorang atasan harus memberikan
otoritas sepenuhnya sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
Konsep pemberdayaan (empowerment)
sering dikemukakan dalam literature manajemen. Pemberdayaan merupakan tindakan
mendelegasikan wewenang (power sharing) dengan pihak lain. Konteks
pemberdayaan adalah pendelegasia wewenang kepada bawahan atau pemberian lebih
banyak wewenang dari level atas manajemen kepada level manajemen yang lebih
rendah.
Meluasnya pemberdayaan ini di
latarbelakangi oleh besarnya mamfaat yang dapat di peroleh dengan memberdayakan
kruserta besarnya bahaya yang di timbulkan oleh wewenang yang tersentralisasi
pada satu komando. Pendelegasian wewenang terbukti mamapu memberikan berbagai
mamfaat positf bagi kinerja sebuah
prganisasi. Beberapa cara dalam mendelegasikan wewenang yang lebih besar untuk
membuat keputusan yang spesifik, memberikan training yang sesuai agar kru bisa
mengembangkan kompetensi dan kepercayaan diri.
Kiat-kiat mendelegasikan wewenang :
1. Ciptakan budaya kerja yang membuat orang bebas dari perasaan
takut gagal/salah
2. Jadikan pendelegasian wewenang sebagai bagian dari proses
perbaikan
3. Dorong agar manajer merasa pasti dan aman
4. Didiklah manajer untuk bisa mengendalikan pekerjaannya dengan
baik
5. Tentukan mana yang bisa di delegasikan dan mana yang harus
dikerjakan sendiri
6. Pilihlah penerima delegasi dengan cermat dan baik
7. Kembangkan para bawahan agar mampu melakukan pekerjaan dengan
baik
8. Ciptakan budaya kerja tim
C. INFORMATION SHARING
1. Pengertian informasi dan Komunikasi
Informasi merupakan kumpulan data dan
fakta yang mengandung makna. Dalam konteks organisasi, informasi ini
selanjutnya di pertukarkan sehinnga dapat menjadi input dalam proses
pengambilan keputusan. Proses pertukaran informasi ini di kenal dengan istilah
informasi.
2. Konsep –konsep dasar komunikasi
a. Fungsi komunikasi
·
Komunikasi berfungsi
sebagai alat control perilaku anggota dalam sebuah organisasi dalam berbagai
cara. Sebuah organisasi memiliki hierarki kekuasaan dan pedoman kerja formal
yang harus di ikuti oleh anggota.
·
Komunikasi berfungsi
sebagai motivasi untuk menjelaskan atau mengklarifikasikan untuk meningkatkan
kinerja dan produktivitas kru.
·
Komunikasi berfungsi
sebagai ekspresi emosinal perasaan dan
pemenuhan kebutuhan sosial.
·
Komunikasi berfungsi
sebagai penyampaian informasi
b. Model dasar komunikasi
Semua jenis komunikasi melibatkan 4
aktivitas dan 5 komponen, aktivitas-aktivitas tersebut adalah peyampaian makna
(encoding), pengiriman (sending), penerimaan (receiving), dan
penguraian makna (decoding), dan 5 komponennya adalah pengirim (sender),
pesan, media, gangguan , dan penerima.
c. Jenis-jenis komunikasi
Komunikasi dapat terjadi dalam 2 bentuk
yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal terdiri
atas komunikasi tertulis dan komunikasi langsung. Komunikasi non verbal
merupakan bentuk komunikasi selai komunikasi
selai verbal, contohnya: intonasi, wajah, bahasa tubuh.
Media Komunikasi
Media Komunikasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda pula,
diantaranya :
§
Sifat personal
§
Tidak personal
§
Kecepatan dalam pengiriman
dan penerimaan pesan
§
Kesempatan untuk langsung
menerima umpan balik (feedback) dari penerima.
Berdasarkan kapasitas media komunikasi digolongkan sebagai kuat (rich)
dan lemah (lean) dalam memfasilitasi sharing informasi dan makna.
Berikut ini
faktor faktor yang mempengaruhi Kekuatan Media (Media Richness) :
Lean Medium Rich Medium
§
Tidak personal Personal
§
Hanya sedikit bantuan dalam Banyak
bantuan dalam
pengertian pesan pengertian
pesan
§
Umpan balik yang terlambat Umpan
balik seketika
Teknologi Komunikasi
Dewasa ini, komunikasi
organisasi sangat terbantu dengan banyaknya kemajuan teknologi komunikasi.
Beberapa teknologi komunikasi yang sangat lazim diunakan saat ini adalah:
§
E-mail : internet bertujuan mengirimkan dan menerima pesan/ dokumen
yang ditulis di komputer.
§
Pesan instan : e-mail atau real-time, pesan ini dapat dikirimkan
lewat internet seperti; Yahoo!, messenger dan Skype maupun media lainnya yang
berukuran kecil dan dan dapat dibawa kemana-mana (ponsel, palm pilot, atau
blackberries)
§
Intranet : jarinagn komunikasi yang bersifat private dan terbatas
bagi anggota sebuah organisasi yang diberikan akses informasi oleh sebuah
organisasi. Misalnya : internet bebas
kabel dan berkecepatan tinggi ( Wi-Fi).
Sedangkan
Ekstranet : jaringan komunikasi yang menghubungkan kru sebuah perusahan.
Misalnya; pemasok, konsumen, dan rekan strategis.
§
Video- conference : perpanjangan dari sistem intranet dan
ekstranet. Hal ini memungkinkan untuk ‘bertemu’ dan berkomunikasi langsung
berada di tempat lokasi yang berbeda.
§
Software perencanaan khusus : Enterprise resource planning (ERP)
merupakan salah satu contoh software khusus yang mampu mengintegrasikan
berbagai informasi yang terkait dengan perencanaan berbagai sumber daya sebuah
perusahaan agar bisa dijadikan input dalam proses pembuatan keputusan
perusahaan.
Hambatan-hambatan dalam komunikasi
Berikut didiskusikan beberapa hambatan
penting dalam komunikasi organisasi :
§
Manipulasi informasi
§
Persepsi selektif
(selective perception)
§
Informasi yang berlebih
(information overload)
§
Emosi
§
Bahasa
Banyak cara untuk meningkatkan Efektivitas
Komunikasi diantaranya :
§
Kemampuan mengirimkan pesan
dapat ditingkatkan dengan mempermudah bahasa yang digunakan dalam
berkomunikasi, menulis dengan lebih terorganisir, memahami pendengar,
§
Kemampuan menerima dan
mendengarkan informasi juga harus dikembangkan dengan sikap lebih terbuka,
lebih empati, mendengarkan lebih aktif, dan
§
Mampu mengenali
bahasa-bahasa non verbal seperti intonasi dan bahasa tubuh.
Pengetahuan
( Knowledge)
Dalam ilmu manajemen,
knowledge memiliki makna yang lebih spesifik. Knowledge diartikan sebagai
hal-hal yang diketahui oleh individu atau kelompok kru (dalam konteks social
knowledge dan humanistik) atau aturan, metode,
proses, perangkat kerja (tools)
atau aktivitas-aktivitas rutin yang dimiliki /dilakukan oleh perusahaan ( dalam
konteks knowledge terstruktur). Llebih jauh menurut Amin, dalam bukunya Celestial Management , Knowledge
merupakan informasi yang telah teruji kebenarannya. Informasi ini sendiri berasal
dari kumpulan fakta ( fakta-fakta awal atau proto-fact yang telah diobservasi
keberadaannya dalam dunia nyata) yang telah dihimpun menjadi data yang siap
untuk dianalisis untuk kemudian disajikan
dalam bentuk informasi yang memiliki makna. Knowledge ini kemudian
menjadi dasar untuk mendayagunakan informasi dan wewenang agar dapat membuat
keputusan yang tepat.
Jika diklasifikasikan
berdasarkan kontennya, knowledge dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yakni :
1. Pengetahuan implisit (tacit
knowledge).
Tacit knowledge merupakan Knowledge
personal berdasarkan pengalaman individu dan dipengaruhi oleh persepsi dan
nilai-nilai yang dipercaya. Cara pengkomunikasiannya melalui diskusi dan
demontrasi (kerja praktik).
2. Pengetahuan eksplisit (explicit
knowledge).
Explicit knowledge mengacu pada manual,
formula dan spesifikasi yang dideskripsikan dalam bahasa formal. Knowledge ini dapat dikelola dengan
menggunakan bantuan Knowledge database atau
dikenal dengan sistem knowledge
management.
Knowledge Management adalah sistem yang memungkinkan knowledge atau
informasi yang bermakna tersebut dapat diorganisir dan didistribusikan secara
baik sehingga dapat menjangkau pihak yang tepat dan pada waktu yang tepat.
Proses sistem kinerja perusahaannya dengan merancang dan mengimplementasikan
perangkat kerja (tools), proses, sistem, struktur dan budaya perusahaan dalam
meningkatkan pembentukan ( creation), pembagian (sharing), dan penggunaan
knowledge.
Ada empat metode dalam mengembangkan
knowledge sharing yaitu:
a. Sosialisasi
b. Internalisasi
c. Eksternalisasi
d. Kombinasi
Metode-metode dalam Knowledge Sharing
yaitu:
Sosialisasi melibatkan pengetahuan implisit dengan cara berbagi
pengalaman, pembelajaran ini berlansung melalui observasi, imitasi dan latihan.
Eksternalisasi, mentransfer pengetahuan implisit
Menjadi pengetahuan eksplisit ,biasanya
berbentuk metafora, pemberian mode/konsep/persamaan yang dapat dijadikan acuan
dalam bertindak. Kombinasi, lalu
menyistemisasi konsep eksplisit menjadi sebuah sistem pengetahuan dengan cara
menganalisis, mengategorisasikan, dan menggunakan informasi dengan cara baru
yang lebih kreatif. Terakhir internalisasi,
proses mengonversi pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan implisit.
Metode-metode pelatihan seperti simulasi, action learning, dan on-the-job
training yang lazim dilakukan dalam konversi ini.
Pengetahuan Implisit Pengetahuan Eksplisit
Sosialisasi
|
Eksternalisasi
|
Internalisasi
|
Kombinasi
|
Pengetahuan Implisit
Pengetahuan Eksplisit
Pada
tataran praktis cara yang bisa dilakukan untuk menciptakan dan berbagi
knowledge, antara lain:
§
Memublikasikan katalog
mengenai kegiatan-kegiatan kru, bagaimana mereka dapat dihubungi, dan bidang
keahlian yang dikuasainya.
§
Menggunakan teknologi dan
software seperti note dan e-mail atau menciptakan jaringan internet perusahaan
yang memungkinkan untuk menyimpan dan berbagi data dengan yang lain.
§
Mengembangkan peta
informasi yang menjelaskan dimana knowledge tertentu disimpan di perusahaan.
§
Mewajibkan kru untuk
mempresentasikan kepada kru lainnya mengenali apa yang telah dipelajari pada
program pelatihan yang diikutinya.
§
Meenciptakan pustaka online
untuk sumber-sumber pembelajaran seperti jurnal, manual, kesempatan pelatihan
dan seminar.
§
Menta ruangan kantor yang
daoat memfasilitasi interaksi antar-kru.
BAB VII
ORGANISASI SEBAGAI TEMPAT PERTEMPURAN
APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERTEMPURAN (WARFARE)?
Menurut
kamus merriem-webster, secara bahasa, warfare berasal dari dua suku kata, yaitu
warre yang berarti perang dan fare yang berarti perjalanan. Secara istilah warfare dapat diartikan suatu operasi militer
yang terjadi diantara dua pihak yang saling bermusuhan. Kamus tersebut juga
didefenisikan warfare sebagai pertempuran diantara entitas-entitas yang saling
berkompetisi. Sementara itu kamus besar bahasa indonesia mengartikan
pertempuran perkelahian yang hebat, peperangan atau pun perjuangan. Sedangkan
kamus encarta mendefenisikan pertempuran tidak hanya sebatas peperangan, namun
juga mencakup kompetisi dan persaingan. Dari pengertian di atas dapat di ambil
kesimpulan bahwa pertempuran yaitu perjuangan yang dilakukan oleh beberapa
pihak yang saling berkompetisi untuk memperebutkan suatu hal yang diinginkan
bersama, atau untuk memenang kan tujuan tertentu.
Dalam islam, pertempuran
sangat lekat dengan kata “jihat” yang tampaknya semakin mengalami distorsi dari makna aslinya. Meskipun dalam
alquran menjelaskan jihat itu dekat
dengan perang yang dapat dilakukan dengan harta dan jiwa, namun perang tersebut
dapat dilakukan apabila kondisi umat sedang benar-benar terancam. Rasulullah
saw bersabda ats nama allah dan dirinya bahwa perang juga harus ada etika
perang seperti dilarang merusak tumbuhan, larangan membunih
anak-anak,wanita-wanita dan lelaki tua yang tidak ikut dalam peperangan.
PERTEMPUAN DI ABAD MILENIUM
Pertempuran yang semakin
terlihat di dunia saat ini adalah pertempuran pemikiran, keunggulan, dan
pengaruh terhadap pihak lain. Meskipun pertemuran ini tidak menimbulkan darah
dan jerit tangis tatapi tidak berbeda dengan pertempuran fisik karna
pertempuran ini melibatkan pengarahan pasukan dalam bentuk kru-kru yang
terlatih, memiliki kompetensi dan semangat juang yang tinggi untuk memenangkan
pertempuran pertempuran ini tidak menggunankan senjata pemusnah teatapi menggunakan strategi-strategi yang
kreatif dan inovatif untuk menaklukan kompetitor. Tantangan-tantangan apa saja
yang terjadi dalam pertempuran di era global ini?
TANTANGAN PERTEMPUARAN DI ERA GLOBAL
ü Globalisasi
Globalisasi membuat setiap organisasi secara sukarela
maupun terpaksa harus siap untuk menghadapinya. Namun, globalisasi tidak hanya
memengaruhi organisasi yang beroprasi secara internasional. Globalisasi juga
terjadi pada organisasi lokal yang membeli atau menggunakan produk atau barang
yang diproduksi diluar negeri, memperkerjakan karyawan dengan latar belakang
yang berbeda, atau bersaing dengan organisasi yang dimiliki oleh organisasi
asing. Banyak organisasi yang memasukan pasr internasional dengan mengekspor
produk keluar negeri. Membangun fasilitas pabrik di luar negeri.serta
memanfaatkan e-commerce untuk memasarkan produknya.
Kebutuhan terhadap kepemimpinan
Perkembangan dalam tekanan
kerja dan globalisasi menurut organisasi unutk mengidentifikasi, melatih, dan
mengembangkan karyawan dengan keahlian manajerial. Hal ini dikarenakan karyawan
eksekutif, administratif, serta bagian manajerial lainnya akan menghadapi
pergantian terbesar terhadap kematian atau penghentian kerja.
Permasalahan yang saat ini
tengah berkembang adalah banyak organisasi yang tidak memiliki karyawan dengan
kompetensi yang di yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis dalam prekonomian
global. Untuk mengelola bisnis dengan sukses dalam suatu prekonomian global,
manajer harus dapat mengenali diri dan dapat membangun tim internasional ,
menciptakan praktik manajemen dan pemasaran secara global dan berinteraksi
serta mengelola karyawan yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.
Meningkatkannya kebutuhan modal intelektual
Saat ini organisasi tertarik
dalam modal intelektual sebagai cara untuk menciptakan keunggulan terhadap
kompetitor. Sebagai akibatnya, banyak organisasi mencoba untuk menarik,
mengembangkan, dan mempertanhan kan pekerja yang memiliki pengetahuan
(knowledge workers). Knowledge workers merupakan karyawan yang berkontribusi ke
organisasi bukan melalu pekerjaan manual tetapi melaluihal-hal yang mereka
ketahui tentang konsumen atau pengetahuan yang khusus. Karyawan tidak bisa
hanya di perintahkan untuk mengerjakan suatu tugas tetapi mereka harus saling berbagi pengetahuan dan
berkolaborasi untuk mencari solusi masalah yang dihadapi bersama.dalam
mempertahan kan knowledge workers
organisasi dituntut untuk beradaptasi terhadap perubahan. Itu berarti
menjalankan ide atau perilaku yang baru oleh organisasi.
Talenta yang mumpuni
Sebagian besar dari lapangan
pekerjaan yang ada, membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan sarjana dan
telah mendapatkan pelatihan. Meskipun organisasi akan membutuhkan karyawan
diberbagai tingkat pendidikan dan pelatihan, namun yang bagi yang memiliki
pendidikan yang tinggi biasanya memiliki pilihan yang lebih banyak dalam bursa
kerja dan dan kesemp[atan yang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan dengan
gaji yang tinggi. Oleh karna itu mempertahankan pegawai yang bertalenta
merupakan bagian yang penting dalam manajemen organisasi. Karyawan yang
bertalenta mencoba untuk mencari tantangan baru dan perkembangan karier.
Meningkatnya tekanan akan kualitas dan pelayanan terhadap konsumen
Total Quality management (TQM)
adalah suatu usaha organisasi unutk mengembangkan secara kontinu cara oran,
mesin, dan sistem menyelesaikan pekerjaan. Nilai dasar TQM adalah :
·
Metode dan proses desain untuk memenuhi kebutuhan
dari kamsumen.
·
Setiap karyawan di organisasi menerima pelatihan
dalam kulitas.
·
Kualitas desain ke produk atau jasa sehingga
errors dapat dicegah untuk terjadi daipada dideteksi dan dikoreksi.
·
Organisasi melakukan kerja sama dengan vendors,
suppliers dan konsumen untuk meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya.
·
Manajer mengukur kemajuan dengan feedback
berdasarkan data.
Perubahan Demografis dan keberagaman
angkatan kerja
Salah satu tantangan yang
dihadapi organisasi adalah ada nya peningkatan keberagaman angkatan kerja.
Melalui keberagaman ini, sulit ditemukan kru yang memiliki bobot kinerja yang
sama. Penelitian menyarankan bahwa untuk memaksimalkan komitmen dan motivasi
karyawan terhadap tujuan organisasi, karyawan harus diberi kesempatan untuk
mengembangkan keahliannya, memenuhi keinginannya, dan menyeimbangkan pekerjaan
dengan aktivitas kehidupan lainnya.
Perkembangan Teknologi
Perkembangan
teknologi telah banyak membantu organisasi dalam menjalankan kegiatan
oprasional nya. Teknologi, misalnya, memungkinkan rapat, diskusi, maupun
pelatihan dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan fasilitas teleconference.
Internet dan web memungkinkan para karyawan untuk mengirim dan menerima
informasi. Internet memberikan karywan akses instan ke para ahli, dimna dapat
berkomunikasi dengan newsgroup.
Melalui teknologi, informasi
yang dibutuhkan untuk meningkatkan customer service dan kualitas produk menjadi
lebih mudah unutk di akses oleh karywan. Ini berati para karywan diharapkan
unutk mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk memuaskan konsumen.
PERTEMPURAN DALAM DUNIA BISNIS
Berbicara mengenai pertempuran dalam dunia bisnis bisa
di ibaratkan menembak peluruke target yang bergerak. Ini di sebabkan pergeraka
n pola pertempuran dalam dunia bisnis yang berubah dengan luar biasa
cepatnya.terlebih dengan kemajuan teknologi dan peningktan pengetahuan yang
berkembang secra eksponensial. Tidak hanya hanya dalam hal strategi bisnis,
target pemasaran produk maupun jasa organisasi bisnis pun telah banyak bergeser
sebelum era ini banyak organisasi bisnis yang memfokuskan pemasaran produk yg
bekualitas dan terkustomisasi pada pasar menengah ke atasuntuk mendapatkan
margin keuntunganyang besar. Saat ini organisasi bisnis dipaksa terjun dalam
pertempuran bisnis tersebut dengan mengarahkan target pemasaran nya ke sebagian
dari 1,3 miliar penduduk golongan menengah ke bawah yang masi terisolasi secara
ekonomi namun tetap menjadi bagian integral ekonomi dunia.
SOLUSI THE CELESTIAL
MANAGEMENT
Calastial
management, pertempuran global sejatinya dapat dimenangkan oleh organisasi
manapun yang memiliki kemampuan MIKR. MIKR disini berarti lebih luas daripada
kata mikir dalam bahasa jawa yang berarti berfikir. MIKR di dalam celestial
management merupakan akronim dari empat sifat yaitu militan, intelek,
kompetitif dan regeneratif. Keempat sifat inilah yang merupakan hal lanjutan
yang harus disiapkan oleh suatu komunitas yang didalam nya terdapat individu
yang telah mengamalkan ZIKR dan telah berkumpul dalamorganisasi yang telah
melakukan sharing PIKR. Jika suatu komunitas telah memiliki sifat MIKR, adalah
suatu keniscayaan bila komunitas tersebut akan terbentuk menjadi suatu
komunitas yang tangguhdan dapat memenangkan pertempuran dalam konteks apapun.
BAB VIII
MILITAN, INTELEK, KOMPETITIF, DAN REGENERATIF
A.
Apa yang dimaksud dengan militan.
Jika dilihat secara bahasa mititan terdiri dari 2 kata yakni mili yang
berarti kecil dan tan yang berarti orang. Sehingga, militant dapat diartikan
sebagai sekelompok orang yang berjumlah kecil atau sedikit. Lebih jauh lagi
jika kita merujuk pada the American heritage dictiniories, kata militant berasa latin yakni militans yang berarti melayani atau mengabdi seperti halnya
tentara. Sementara itu, KBBI menjelaskan bahwa militan dapat diartikan sebagai
bersemangat tinggi, penuh gairah, berhaluan keras.
1. Ciri-ciri orang militan
Secara umum,
seorang dapat dijadikan militant bila orang tersebut memiliki 3 hal berikut.
Ø
Ia adalah orang aktivis
yang dapat melihat masalah dan tampil untuk menyelesaikannya.
Ø
Ia tidak pernah berhenti
berjuang karena ia tahu bahwa kemenangan adalah suatu hasil perjuangan yang
panjang.
Ø
Ia memiliki kepemimpinan
yan kuat dan visioner.
2.
Apa yang dimaksud dengan intelek
Intelek merupakan kata benda yang bermakna daya atau proses pemikiran
yang lebih tinggi yang berkenaan dengan pengetahuan. Ia juga dapat
diartikan sebagai daya akal budi atau
kecerdasan berpikir. Sementara itu, intelektual berate cerdas, berakal dan
berpikiran jenih berdasarkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, orang yang
cerdas namun menyalahgunakan kecerdasaanya untuk membodohkan rakyat kecil tidak
termasuk dalam golongan ini. Sehingga, kaum terpelejar yang ilmunya tidak
bermanfaat maka tidak termasuk kedalam orang yang intelek.
BAB IX
STUDI KASUS
STUDI KASUS 1
The whistle Blower
Saya adalah seorang perencana strategis di perusahaan terkemuka dalam
negri, memiliki dan mengelolah Industri makanan ringan seperti Kerupuk. Dalam
beberapa waktu terakhir ini perusahaan saya menjadi subjek Artikel kritis dalam
surat kabar dan Majalah. Beberapa di antaranya adalah kondisi perusahaan yang
Eksploitatif, kurang menyenangkannya pada rancangan pemulangan kembali profit
yang dibuat bersama pemerintah, Pajak yang masih belum dibayarkan dan lain
sebagainya yang berbau Negatif tentang perusahaan saya. Meskipun staff “tidak
harus menyingkap informasi dagang pada orang yang tidak berwewenang” dan pihak
lain mengatakan bahwa “semua hubungan dengan pers harus ditangani secara tepat
olehpegawai yang berwewenang”.
Di sebuah fungsi sosial, staf dari departemen saya menerangkan bahwa ia
yang menerangkan bahwa ia telah melakukan dan mengatakan kepada mereka “Anda
harus mengabaikan apa yang telah saya katakan atau saya akan sacked”.
1. Apakah yang harus saya lakukan?
2. Bagaimana pendapat anda mengenai orang yang berperilaku seperti
rekan saya diatas, yaitu orang yang “meniup peluit” di perusahaan?
3. Apa prinsip umum yang mendukung pendapat saya?
STUDI KASUS 2
Dilema Etika
Saat anda berada di posisi jabatan yang cukup tinggi (Manager) di sebuah perusahaan anda
diberitahu oleh CEO tentang Rahasia perusahaan dalam kondisi kritis, Namun beruntung anda masih dipertahankan di
perusahaan tersebut. Di saat itu pula perusahaan harus merumahkan 200 karyawan,
dan akan terjada PHK besar-besaran. Saat itu pula ada yang bertanya dengan
kondisi perusahaan saat ini dia adalah teman sewaktu meniti karir dari bawah
bersama anda dahulu, dan sekarang posisi dia masih berada di bawah jabatan
anda.
Apakah etis menjelaskan kondisi perusahaan sebenarnya, dan bagaimana
langkah terbaik yang anda lakukan ?
STUDI KASUS 3
Departemen anda sedang memperbaharui IT. Untuk Keperluan perusahaan akan
menmbah 5 Komputer dan 5 printer. Anda ditugasi manajemen untuk menghubungi dan
memesannya dari vendor yang biasa kerjasama dengan perusahaan anda. Setelah itu
anda memberi tahu kepada agen tersebut bahwa anda membutuhkan printer disetiap
rumah. Tidak disangka, wakil agen tersebut menawarkan barang yang sama dan
memberikan diskon 25% dari harga. “Anda
telah memesan dalam jumlah yang besar. Anda mendapatkan Diskon ini” kata sang
agen.
Anda ambil peluang ini karena tawaran itu diberikan Sesudah anda memesan,
bukan sebelum anda memesan ?
STUDI KASUS 4
Budaya dalam Hewlett-Packard
Hewlett-Packard (HP), merupakan pemimpin dalam industry computer dan
Instrumen elektronik di dunia serta mempunyai profitabilitas yang tinggi.
Didirikan pada tahun 1940 oleh lulusan Universitas Stanford, William Hewlwett,
dan David Packard. HP mengembangkan budaya yang ditumbuhkan dari keyakinan
pribadi pendirinya. Bill dan Dave, memformalisasikan budaya HP pada tahun 1957
dalam sebuah pernyataan tujuan perusahaan sebagai “HP way” yang berorientasi
pada orang, menekankan pentingnya memperlakukan setiap orang dengan perhatian
dan hormat serta penghargaan terhadap pencapaian prestasi.
Nilai dasar yang dikomunikasikan di HP way adalah melayani setiap orang
yang berkepentingan dengan integritas dan kejujuran, HP termasuk pelanggan,
pemasok, karyawan, pemegang saham, dan masyarakat pada umumnya. Filosofi HP
diletakan dalam pedoman prinsip. Salah satunya adalah kebijakan karyawan jangka
panjang, bahwa HP tidak akan menjadi perusahaan yang memperkejakan dan mencatat
karyawannya. Prinsip ini telah teruji dalam beberapa kesempatan misalnya pada
tahun 2001 saat terjadi kemunduran dalam bisnis sehingga memaksa perusahaanan
untuk meminta memilih karyawan untuk memilih 3 opsi yaitu pensiun dini, cuti tanpa gaji, serta pemotongan dalam gaji. Jadi,
saat perlu sedikit karyawan, manajemen HP menghindarkan PHK dan memotong gaji
dan memperpendek hari kerja sampai permintaan produk HP meningkat. Kebijakan
ini menguatkan loyalitas kepada HP. Tidak seperti kebanyakan perusahaan lain
yang memilih jalan mudah, melakukan PHK terhadap karyawannya.
HP way didasrkan pada aturan
emas bagaimana memperlakukan anggota perusahaan agar merasa bebas berinovasi
dan berkreasi. Para manajer HP percaya bahwa setiap karyawannya dari perusahaan
merupakan anggota dari tim HP. Mereka meningkatkan level komunikasi di antara
karyawan yaitu komunikasi horizontal terhadap pers, tidak hanya komunikasi
vertikal antara hierarki bawah dan atas. Hal ini penting untuk menciptakan iklim
inovasi yang positif. Untuk mendukung komunikasi dan kerjasama antara karyawan
pada perbedaan level hierarki, HP menghilangkan formalitas.
Bill dan Dave mempelopori teknik
manajemen “walking around”. Karyawan
diharapkan berkeliling untik mempelajari apa yang orang lain lakukan agar
mereka bisa berkesempatan mengembangkan produk baru, atau mencari peluang baru
dalam kerja sama. Mereka juga mempelopori prinsip bahwa karyawan harus
meluangkan 15% dari waktu kerja pada proyek yang mereka pilih. Mereka juga mendorong
karyawan untuk membawa peralatan kerumah.
HP mengembangkan Hewlett- Packard’s “I-Community”
untuk mengembangkan pasar yang
seimbang dengan komitmen human melalui kemitraan bersama pemerintah maupun
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Seperti prinsip HP bahwa: “good business with good citizenship.”
Pertanyaan:
1. Apakah terdapat hubungan antara budaya organisasi, aksi
manajerial, serta kinerja organisasi dalam kasus HP diatas ? Jelaskan !
2. Nilai-nilai apa yang dikembangkan HP dalam mengelola organisasi
dan bisnisnya ?
STUDI KASUS 6
Muhammad Bhakty Kasry dan Pandu Siswi
Sentosa
Motivasi untuk berdiri diatas kaki sendiri dan tidak lagi membaktikan
diri pada perusahaan asing membuat Muhammad Bhakty Khasry memulai dan
mengembangkan perusahaan ekspedisi Pandu Siwi Sentosa yang memiliki moto
“KIRIMAN SATU MALAM” Kini, setelah 15 tahun berdiri, perusahaan tersebut telah
menjadi perusahaan ekspedisi domestic yang ketiga terbesar di Indonesia. Apa
Rahasianya? Menurut lelaki yang pernah 10 tahun bekerja di perusahaaan DHL dan
telah menempati posisi paling puncak disana , bisnis yang dimulai dari nol akan
menuai keberhasilan dengan menjalankan setidaknya 3 hal berikut ini. Pertama,
adnya motivasi yang kuat untuk trus maju, kedua menjaga komitmen terhadap kepuasan
pelanggan. Ketiga, meraih keberkahan dari Allah swt. dengan shalat Shubuh
berjamaah dan sedekah.
Setelah mengawalinya dari diri sendiri dan keluarga, lalu ia mengajak
karyawannya untuk shalat Shubuh
berjamaah di mesjid yang didirikan dari hasil sedekah danperusahaan. Efek dari
semua itu adalah lahirnya ukhuwah dan suasana kerja yang kondusif
diperusahaanya. Selain itu ketenangan batin, kemudahan menyelesaikan maslah,
serta datangnya rezki tidak terduga yang menendai keberkahan bisnisnya.
kk terima kasih banyak atas ilmu"a
BalasHapusOke sama-sama...... Kunjungi trus Blog saya ya.....!
HapusSaya pernah bekerja di bidang pelayanan pelanggan selama 7 tahun. Dalam pekerjaan terakhir, saya memimpin sebuah tim beranggotakan 8 orang. Saya memiliki kemampuan komunikasi dan hubungan antarpersonal yang luar biasa, dan itulah yang memungkinkan saya bekerja dengan orang banyak pada beragam tingkatan. Saya punya latar belakang bekerja di perusahaan besar maupun kecil. Keunggulan saya adalah kemampuan dalam mengorganisasi dan mengoordinasikan proyek untuk memastikan agar tenggat waktu terpenuhi
BalasHapus