BAB I
Perkembangan Ilmu Manajemen
A.
Pengertian
Pengendalian
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan
dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa
Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya
“mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”.
Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan
kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda),
dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.[1] Bahasa Prancis
lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi Ménagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur.
Menurut
Mary Parker Follet ilmu manajemen adalah suatu pengetahuan yang mempelajari
seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary
ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu
tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanak an apa
saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan
itu oleh dirinya sendiri.
Ricky
W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang
ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Istilah
manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada
keseragaman.
Profesor
Oei liang lee Mendefenisikan bahwa Manajemen adalah ilmu dan seni merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan, mengkordinasikan serta mengawasi tenaga manusia
dengan bantuan alatpalat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Manajemen
itu adalah pengendalian dan pemanfaatan daripada semua faktor dan sumberdaya,
yang menurut suatu perencanaan (planning), diperlukan untuk mencapai atau
menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang tertentu (Prajudi Atmosudirdjo,1982 : 124)
Manajemen
merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindsakan-tindakan:
Perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, dan poengawasan, yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain (George R. Terry, Ph.D,
1986:4)
Manajemen
dapat didefinisikan sebagai ‘kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh
sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang
lain’. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa manajemen merupakan alat
pelaksana utama administrasi (Sondang
P. Siagian. 1997 : 5)
Sedangkan
Stoner, berpendapat bahwa manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pemimpinan, dan pengawasan-pengawasan dari suatu organisasi
dan dari sumber-sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasiyang
telah ditetapkan.
B.
Fungsi
ilmu Manajemen
Ø Fungsi
ilmu manajemen menurut beberapa penulis antara lain untuk mempelajari tentang:
-
Ernest Dale :
Planning, Organizing, Staffing, Directing, Innovating, Representing dan
Controlling.
-
Oey Liang Lee :
Planning, Organizing, Directing, Coordinating, Controlling.
-
James Stoner :
Planning, Organizing, Leading, Controlling.
-
Henry Fayol :
Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling.
-
Lindal F. Urwich
: Forescating, Planning, Organizing, Commanding, Cordinating, Controlling.
-
Dr. SP. Siagian
MPA : Planning, Organizing, Motivating, Controlling.
-
Prayudi
Atmosudirjo : Planning, Organizing, Directing/ Actuating, Controlling.
-
DR. Winardi SE :
Planning, Organizing, Coordinating, Actuating, Leading, Communicating,
Controlling.
-
The Liang Gie :
Planning, Decision Making, Directing, Coordinating, Controlling, Improving.
Ø Pada
hakekatnya fungsi-fungsi di atas dapat dikombinasikan menjadi 10 fungsi yaitu :
1. Forecasting
(ramalan) yaitu kegiatan meramalkan, memproyeksikan terhadap kemungkinan yang
akan terjadi bila sesuatu dikerjakan.
2. Planning (perencanaan)
yaitu penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
3. Organizing
(organisasi) yaitu pengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan, temasuk dalam
hal ini penetapan susunan organisasi, tugas dan fungsinya.
4. Staffing atau Assembling Resources (penyusunan
personalia) yaitu penyusunan personalia sejak dari penarikan tenaga kerja baru.
latihan dan pengembangan sampai dengan usaha agar setiap petugas memberi daya
guna maksimal pada organisasi.
5. Directing
atau Commanding (pengarah atau
mengkomando) yaitu usaha memberi bimbingan saran-saran dan perintah dalam
pelaksanaan tugas masing-masing bawahan (delegasi wewenang) untuk dilaksanakan
dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
6. Leading
yaitu pekerjaan manajer untuk meminta orang lain agar bertindak sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
7. Coordinating
(koordinasi) yaitu menyelaraskan tugas atau pekerjaan agar tidak terjadi
kekacauan dan saling melempar tanggung jawab dengan jalan menghubungkan,
menyatu-padukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan.
8. Motivating
(motivasi) yaitu pemberian semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan agar
mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara sukarela.
9. Controlling
(pengawasan) yaitu penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
10. Reporting
(pelaporan) yaitu penyampaian hasil kegiatan baik secara tertulis maupun lisan.
C.
Teori
Manajemen
1.
Teori
Manajemen Kuno
Sampai
dengan tingkat tertentu, manajemen telah dipraktekkan oleh masyarakat kuno.
Sebagai contoh, bangsa Mesir bisa membuat piramida. Bangunan yang cukup
kompleks yang hanya bisa diselesaikan dengan koordinasi yang baik. Kekaisaran
Romawi mengembangkan struktur organisasi yang jelas, dan sangat membantu
komunikasi dan pengendalian.
Meskipun
manajemen telah dipraktekkan dan dibicarakan di jaman kuno, tetapi kejadian semacam
itu relatif sporadis, dan tidak ada upaya yang sistematis untuk mempelajari
manajemen. Karena itu manajemen selama beberapa abad kemudian “terlupakan”.
Pada akhir abad 19-an, perkembangan baru membutuhkan studi manajemen yang lebih
serius. Pada waktu industrialisasi berkembang pesat, dan perusahaan-perusahaan
berkembang menjadi perusahaan raksasa.
Robert
Owen (1771-1858) berkesimpulan bahwa manajer harus menjadi pembaharu
(reformer). Beliau melihat peranan pekerja sebagai yang cukup penting sebagai aset
perusahaan. Pekerja bukan saja merupakan input, tetapi merupakan sumber daya
perusahaan yang signifikan. Ia juga memperbaiki kondisi pekerjanya, dengan
mendirikan perumahan (tempat tinggal) yang lebih baik. Beliau juga mendirikan
toko, yang mana pekerjanya tidak kesusahan dan dapat membeli kebutuhan dengan
harga murah. Ia juga mengurangi jam kerja dari 15 jam menjadi 10,5 jam, dan
menolah pekerja dibawah umur 10 tahun.
Owen
berpendapat dengan memperbaiki kondisi kerja atau invertasi pada sumber daya manusia,
perusahaan dapat meningkatkan output dan juga keuntungan. Disamping itu Owen
juga memperkenalkan sistem penilaian terbuka dan dilakukan setiap hari. Dengan
cara seperti itu manajer diharapkan bisa melokalisir masalah yang ada dengan
cepat.
2.
Teori
Manajemen Ilmiah
Ø Federick
Winslow Taylor (1856-1915) disebut sebagai bapak manajemen ilmiah. Taylor
memfokuskan perhatiannya pada studi waktu untuk setiap pekerjaan (time and
motion study); dari sini ia mengembangkan analisis kerja. Taylor kemudian
memperkenalkan sistem pembayaran differential (differential rate).
Manajemen
Taylor didasarkan pada langkah atau prinsip sebagai berikut :
a.
Mengambangkan Ilmu untuk setiap elemen pekerjaan, untuk menggantikan pikiran
yang didasari tanpa ilmu.
b.
Memilih karyawan secara ilmiah, dan melatih mereka untuk melakukan pekerjaan
seperti yang ditentukan pada langkah-1.
c.
Mengawasi karyawan secara ilmiah, untuk memastikan mereka mengikuti metode yang
telah ditentukan.
d.
Kerjasama antara manajemen dengan pekerja ditingkatkan. Persahabatan antara
keduanya juga ditingkatkan
Ø Frank
B. Gilberth (1868-1924) dan Lillian Gilberth (1887-1972)
Keduanya
adalah suami istri yang mempunyai minat yangsama terhadap manajemen. Menurut
Frank pergerakan yang dapat dihilangkan akan mengurangi kelelahan. Semangat
kerja akan naik karena bermanfaat secara fisik pada karyawan. Sedang Lilian
memberikan kontribusi pada lapangan psikologi industri dan manajemen
personalia. Beliau percaya bahwa tujuan akhir manajemen ilmiah adalah membantu
pekerja mencapai potensi penuhnya sebagai seorang manusia. Keduanya
mengembangkan rencana promosi tiga tahap, yaitu :
a. Menyiapkan
Promosi
b. Melatih
Calon Pengganti
c. Melakukan
Pekerjaan
Menurut
metode tersebut, seorang pekerja akan bekerja seperti biasa, sambil menyiapkan
promosi karir, dan melatih calon penggantinya. Dengan demikian pekerja akan
menjadi pelaksana, pelajar yaitu menyiapkan karir yang lebih tinggi, dan
pengajar dalam arti mengajari dalon pengganti.
Ø Henry
L. Gantt (1861-1919)
Gantt
melakukan perbaikan metode sistem penggajian Taylor (differential system)
karena menurutnya metode tersebut kurang memotivasi kerja. Sistem Pengawasan
(supervisor) diterapkannya sebagai upaya untuk memacu semangat kerja karyawan.
Disamping itu Gantt juga memperkenalkan sistem penilaian terbuka yang awalnya
merupakan ide Owen. Gantt chart (bagan Gantt) kemudian populer dan gigunakan
untuk perencanaan, yaitu mencatat scedul (jadwal) pekerja tertentu.
3.
Teori
Manajemen Organisasi
Ø Henry
Fayol (1841-1925)
Henry
Fayol merupakan industrialis Prancis, ia sering disebut sebagai bapak aliran
manajemen klasik karena upaya “mensistematisir” studi manajerial. Menurut
Fayol, praktek manajemen dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat
diidentifikasi dan dianalisis. Dan selanjutnya analisis tersebut dapat
dipelajari oleh manajer lain atau calon manajer.
Fayol
adalah orang yang pertama mengelompokkan kegiatan menajerial dalam 4 fungsi
manajemen, yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengarahan, dan
(4) Pengendalian. Fayol percaya bahwa manajer bukan dilahirkan tetapi
diajarkan. Manajemen bisa dipelajari dan dipraktekkan secara efektif apabila
prinsip-prinsip dasarnya dipahami.
Ø Max
Weber (1864-1920)
Max
Weber adalah seorang ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori birokrasi.
Menurutnya, suatu organisasi yang terdiri dari ribuan anggota membutuhkan
aturan jelas untuk anggota organisasi tersebut. Organisasi yang ideal adalah
birokrasi dimana aktivitas dan tujuan diturunkan secara rasional dan pembagian
kerja disebut dengan jelas. Birokrasi didasarkan pada aturan yang rasional yang
dapat dipakai untuk mendesain struktur organisasi yang jelas.
Konsep
birokrasi Weber berlainan dengan pengertian birokrasi populer, dimana orang
cnderung mengartikan kata birokrasi dengan konotasi negatif, yaitu organisasi
yang lamban, tidak reponsif terhadap perubahan.
Ø Mary
Parker Follet (1868-1933)
Mary
Parker Follet agak berbeda sedikit dengan pendahulunya karena memasukkan elemen
manusia dan struktur organisasi kedalam analisisnya. Elemen tersebut kemudian
muncul dalam teori perilaku dan hubungan manusia. Follet percaya bahwa
seseorang akan menjadi manusia sepenuhnya apabila manusia menjadi anggota suatu
kelompok. Konsekuensinya, Follet percaya bahwa manajemen dan pekerja mempunyai
kepentingan yang sama, karena menjadi anggota organisasi yang sama.
Selanjutnya
Follet mengembangkan model perilaku pengendalian organisasi dimana seseorang
dikendalikan oleh tiga hal, yaitu :
a. Pengendalian diri (dari orang tersebut)
b. Pengendalian kelompok (dari kelompok)
c. Pengendalian bersama (dari orang
tersebut dan dari kelompok)
Ø Chester
I Barnard (1886-1961)
Bernard
mengambangkan teori organisasi, menurutnya orang yang datang keorganisasi
formal (seperti perusahaan) karena ingin mencapai tujuan yang tidak dapat
dicapai sendiri. Pada waktu mereka berusaha mencapai tujuan organisasi, mereka
juga akan berusaha mencapai tujuannya sendiri. Organisasi bisa berjalan dengan
efektif apabila keseimbangan tujuan organisasi dengan tujuan anggotanya dapat
terjaga.
Bernard
percaya bahwa keseimbangan antara tujuan organisasi dengan individu dapat
dijaga apabila manajer mengerti konsep wilayah penerimaan (zone of acceptance),
dimana pekerja akan menerima instruksi atasannya tanpa mempertanyakan otoritas
manajemen.
4.
Teori
Manajemen Kontemporer
Beberapa
pendekatan sudah dibicarakan dimuka, dimana pendekatan-pendekatan tersebut
mengalami perkembangan. Ada beberapa perkembangan yang cenderung
mengintegrasikan pendekatan-pendekatan sebelumnya, menjadikan batas-batas
pendekatan yang telah dibicarakan menjadi tidak jelas. Namun demikian ada
pendekatan yang tetap berakar pada pendekatan-pendekatan tertentu. Bagian
berikut ini akan membicarakan pendekatan baru dalam manajemen :
a. Pendekatan
Sistem
Sistem
dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan.
Organisasi sebagai suatu sistem akan dipandang secara keseluruhan, terdiri dari
bagian-bagian yang berkaitan (sub-sistem), dan sistem/organisasi tersebut akan
berinteraksi dengan lingkungan.
Pada
proses selanjutnya pendekatan inilah yang selama ini digunakan dalam sistem
manajemen pendidikan di indonesia. Sebelum munculnya sistem
pendekatan-pendekatan yang baru.
b. Pendekatan
Situasional (Contingency)
Pendekatan
ini menganggap bahwa efektivitas manajemen tergantung pada situasi yang
melatarbelakanginya. Prinsip manajemen yang sukses pada situasi tertentu, belum
tentu efektif apabila digunakan di situasi lainnya. Tugas manajer adalah
mencari teknik yang paling baik untuk mencapai tujuan organisasi, dengan
melihat situasi, kondisi, dan waktu yang tertentu.
Pendekatan
situasional memberikan “resep praktis” terhadap persoalan manajemen. Tidak
mengherankan jika pendekatan ini dikembangkan manajer, konsultan, atau peneliti
yang banyak berkecimpung dengan dunia nyata. Pendekatan ini menyadarkan manajer
bahwa kompleksitas situasi manajerial, membuat manajer fleksibel atau sensitif
dalam memilih teknik-teknik manajemen yang terbaik berdasarkan situasi yang
ada.
Namun
pendekatan ini dalam perkembangannya dikritik karena tidak menawarkan sesuatu
yang baru. Pendekatan ini juga belum dapat dikatakan sebagai aliran atau
disiplin manajemen baru, yang mempunyai batas-batas yang jelas.
c. Pendekatan
Hubungan Manusia Baru (Neo-Human Relation)
Pendekatan
ini berusaha mengintegrasikan sisi positif manusia dan manajemen ilmiah.
Pendekatan ini melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang emosional,
intuitif, dan kreatif. Dengan memahami kedudukan manusia tersebut, prinsip
manajemen dapat dikembangkan lebih lanjut. Tokoh yang dapat disebut mewakili
aliran ini adalah W. Edwadr Deming, yang mengembangkan prinsip-prinsip
manajemen seperti Fayol yang berfokus pada kualitas kerja dan hubungan antar
karyawan.
Dalam
perjalanannya pendekatan ini masih membutuhkan waktu untuk sampai dikatakan
sebagai aliran manajemen baru. Meskipun demikian pendekatan tersebut cukup
populer baik dilingkungan akademis maupun praktis. Ide-ide pendekatan tersebut
banyak mempengaruhi praktek manajemen saat ini.
D.
Kritik
Terhadap Teori Manajemen Konvensional
Teori
manajemen konvensional telah mengalami evolusi dari abad ke-19 sampai sekarang
ini. Akan tetapi, sesempurna apa pun sebuah teori dan konsep manajemen, manjadi
tidak layak (reliable) untuk diterapkan terus-menerus apabila dalam praktiknya
lebih menguntungkansatu pihak saja, misalnya. Sementara dalam sebuah industry
terdapat beberapa pihak yang berkepentingan, shareholder maupun stakeholder.
Maka, perlu pemikiran kritis dalam menyikapi berbagai konsep yang ditawarkan
dalam dunia baratkarena sebagian besar teori tersebut berasal dari sana. Oleh
karena konsepmanajemen berkembang sesuai dengan perkembangan masusia serta
aktivitasnya, maka kita tidak boleh terbelenggu dengan teori yang telah ada.
Kita sudah seharusnya mengembangkan teori manajemen yang sesuai hidup dan tidak
menzalimi pihak lain.
Teori
ini konsen terhadap sisi sosial dan memperlakukan kru secara baik, dan
menganggapnya sebagai factor penggerak utama bagi peningkatan produktivitas.
Akan tetapi, teori ini juga mengabaikan fungsi pengorganisasian resmi, kompetensi
teknis, serta nilai-nilai ekonomi yang merupakan factor penting dalam
manajemen. Teori ini juga bersifat parsial meski manajemen memperlakukan kru
dengan baik dan mengakui sisi kemanusiannya, tetapi tidak ada keselarasan
dengan kepentingan krunya. Teori ini hanya memperhatikanindividu dalam
manajemen dan tidak membahas factor lingkungan yang saling mempengaruhi.
- Kritik Terhadap Teori weber
Weber
memandang bahwa sistem birokrasi dan keputusan dibangun dengan rasionalitas.
Oleh karena itu, kru harus menaati keputusan tersebut. Namun teori ini tidak
memberikan kebebesan gerak kepada kru karena dibatasi dan diatur oleh
manajemen. Teori ini juga mengemukakan bahwa kekuasaan resmi sebagai penggerak
utama untuk mengarahkan aktivitas kru. Minusnya, sisi kemanusiaan kru dan
kopetensi teknis untuk memotivasi produktivitas kru terabaikan.
BAB II
Lingkungan dan Budaya Organisasi
A.
Pentingnya
Lingkungan Organisasi
Para
manajer perusahaan melaksanakan aktivitas manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan personalia, penggerakan, dan pengawasan dengan menggunakan sumber
daya-sumber daya secara efisien untuk mencapai tujuannya. Disamping itu manajer
harus memperhitungkan faktor-faktor luar (external factor) organisasi seperti anggota-anggota
masyarakat di luar organisasinya, dan kebutuhan akan sumber daya manusia,
teknologi, dan lain sebagainya. Faktor luar organisasi ini mempunyai kekuatan
dan tekanan untuk mempengaruhi kegiatan organisasi. Berhasil tidaknya
organisasi dipengaruhi oleh faktor-faktor luar.
Faktor
luar dimaksudkan disini adalah faktor luar organisasi dalam dan luar negeri
(international factor). Faktor international sangat besar pengaruhnya sebagai
faktor luar, ini berkaitan dengan perusahaan yang menggunakan input dari luar
negeri dan pasar luar negeri.
Ada
tiga hal yang perlu diperhatikan perusahaan dalam mengatasi faktor luar
tersebut. Pertama, perusahaan harus dapat melihat ketersediaan sumber
daya-sumber daya sebagai input seperti bahan baku tenaga kerja, modal dan
metode. Semua input ini akan dirubah atau ditransformasikan menjadi barang atau
jasa. Kedua, perusahaan perlu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan berbagai pihak,
seperti karyawan, konsumen, pemasok, pemerintah, pemegang saham, dan masyarakat
lainnya. Ketiga, perusahaan perlu memperhatikan faktor luar lainnya, seperti
ekonomi politik, teknologi dan sosial.
B.
Lingkungan
Organisasi
Organisasi
dalam menjalankan aktivitasnya untuk mencapai tujuan tidak terlepas dari
lingkungan eksternal (external environment). Organisasi merupakan suatu wadah
untuk memproses masukan (input) menjadi keluaran (output). Input merupakan
faktor-faktor produksi atau sumber daya-sumber daya seperti bahan baku, tenaga
kerja, uang dan energy yang diproses dalam organisasi untuk menghasilkan barang
atau jasa. Ketersediaan sumber daya seperti bahan baku, tenaga kerja, uang dan
energi yang diproses dalam organisasi untuk menghasilkan barang atau jasa.
Ketersediaan sumber daya-sumber daya tersebut dapat diperoleh dari luar
organisasi itu sendiri (self sufficient) maupun berdiri sendiri (self
contained). Organisasi berfungsi sebagai transformasi dari input menjadi
output. Dalam proses ini input dan output merupakan lingkungan luar dari
organisasi.
1.
Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal atau lingkungan
yang berada di luar organisasi saling mempertukarkan sumber dayanya dengan
organisasi tersebut dan tergantung satu sama lain. Organisasi mendapatkan input
(bahan baku, uang, tenaga kerja) dari lingkungan eksternal, kemudian
ditransformasikan menjadi produk dan jasa sebagai output bagi lingkungan
eksternal. Definisi lingkungan eksternal adalah sebagi berikut:
• Lingkungan eksternal adalah semua
kejadian di luar perusahaan yang memiliki potensi untuk mempengaruhi perusahaan
(Chuck Williams, 2001:51).
• Lingkungan eksternal terdiri dari
unsur-unsur di luar perusahaan yang sebagian besar tak dapat dikendalikan dan
berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer (T.Hani Handoko, 1999:62).
• Lingkungan eksternal terdiri atas
unsur-unsur yang berada di luar suatu organisasi, yang relevan pada kegiatan
organisasi itu (James A.F. Stoner,1996:66)
Lingkungan
eksternal juga dapat dibagi menjadi dua unsur, antara lain:
·
Menurut James
A.F. Stoner:
a. Unsur-unsur tindakan langsung (direct
action)
b. Unsur-unsur tindakan tak langsung
(indirect action)
·
Menurut T. Hani
Handoko:
a. Lingkungan ekstern mikro
b. Lingkungan ekstern makro
·
Menurut Chuck
Williams:
a. Lingkungan khusus
b. Lingkungan umum
c. Lingkungan yang berubah
Dari
ketiga pendapat tersebut sebenarnya mempunyai pengertian yang sama dalam
pembagiannya, hanya Chuck Williams yang menambahkannya dengan point ketiga
‘lingkungan yang berubah’. Jadi, lingkungan eksternal itu terbagi menjadi:
a. Lingkungan ekstern mikro (unsur-unsur
tindakan langsung atau lingkungan khusus)
b. Lingkungan ekstern makro (unsur-unsur
tindakan tak langsung atau lingkungan umum)
Lingkungan Ekstern Mikro
Lingkungan
ekstern mikro terdiri dari:
1. Pelanggan (customers)
Pelanggan
membeli produk barang dan jasa. Perusahaan tidak dapat hidup tanpa dukungan
pelanggan. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan usahanya suatu
perusahaan perlu mengamati perubahan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Pengamatan
reaktif dan proaktif merupakan strategi dalam mengamati kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Pengamatan reaktif adalah memusatkan perhatian pada kecendrungan dan
masalah pelanggan setelah kejadian, misalnya mendengarkan keluhan pelanggan.
Pengamatan proaktif terhadap pelanggan adalah dengan memperkirakan kejadian,
kecendrungan, dan masalah sebelum hal itu terjadi (sebelum pelanggan mengeluh).
2. Pesaing
(Competitors)
Pesaing
adalah perusahaan di dalam industri yang sama dan menjual produk atau jasa
kepada pelanggan. Seringkali perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan usaha tergantung
pada apakah perusahaan melakukan pelayanan yang lebih baik daripada pesaing
lain. Karena itu, perusahaan harus melakukan analisis bersaing, yaitu
menentukan siapa pesaingnya, mengantisipasi pergerakan pesaing, serta
memperhitungkan kekuatan dan kelemahan pesaing.
3. Pemasok
(suppliers)
Pemasok
adalah perusahaan yang menyediakan bahan baku, tenaga kerja, keuangan dan
sumber informasi kepada perusahaan lain. Terdapat hubungan saling
ketergantungan antara pemasok dan perusahaan. Ketergantungan perusahaan pada
pemasok adalah pentingnya produk pemasok bagi perusahaan dan sulitnya mencari
sumber lain sebagai pengganti. Ketergantungan pemasok pada perusahaan adalah
suatu tingkat dimana perusahaan pembeli sebagai pelanggan bagi pemasok dan
sulitnya menjual produk kepada pembeli lain.
4. Perwakilan-perwakilan
Pemerintah
Hubungan
organisasi dalam perwakilan-perwakilan pemerintah berkembang semakin kompleks.
Peraturan-peraturan industri yang ditetapkan oleh perwakilan pemerintah ini
harus ditaati oleh organisasi dalam operasinya, prosedur perijinan, dan
pembatasan-pembatasan lainnya untuk melindungi masyarakat.
5. Lembaga
Keuangan
Organisasi-organisasi
tergantung pada bermacam-macam lembaga keuangan, seperti bank-bank komersial,
bank-bank instansi, dan perusahaan-perusahaan asuransi termasuk pasar modal.
Lembaga keuangan ini sangat dibutuhkan perusahaan untuk menjaga dan memperluas
kegiatan-kegiatannya seperti pendanaan untuk membangun fasilitas baru dan
membeli peralatan baru, serta pembelanjaan operasi-operasinya.
6. Partner
Strategis
Partner
strategis adalah perusahaan lain yang menjalankan bisnis berbeda dengan
perusahaan kita, tetapi secara bersama-sama bisa menjadi mitra kita dalam
menjalankan bisnis yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Dalam istilah
biologi dikenal dengan sebutan simbiosis
mutualisme.
7. Regulator
(Pembuat Undang-Undang)
Regulator
adalah pihak-pihak yang berkepentingan dalam menciptakan keadaan dan kegiatan
bisnis yang fair dan aman bagi semua pihak yang ingin menjalankan bisnis dengan
membuat aturan-aturan main yang dapat disepakatinoleh semua pihak di
masyarakat. Regulator dapat berasal dari pemerintah atau dari institusi dan
lembaga yang disepakati seperti OPEC yang dibentuk oleh negara-negara
anggotanya untuk menyepakati dan
menjalankan aturan main dalam perdagangan dunia.
8. Masyarakat
Umum
Masyarakat
umum adalah keseluruhan pihak yang tidak termasuk kedalam lingkungan-lingkungan
yang disebutkan di atas. Masyarakat umum ini dapat dibagi dua :
·
Pertama,
masyarakat umum yang menjadi pihak yang terkait langsung dengan kegiatan bisnis
yang dijalankan oleh sebuah perusahaan, seperti pelanggan, masyarakat sekitar
perusahaan, dan sebagainya.
·
Kedua,
masyarakat umum yang tidak terkait dengan kegiatan perusahaan. Untuk kelompok
ini, perusahaan tidak terlalu terpengaruh dengan apa yang dilakukannya. Akan
tetapi masyarakat ini dapat menjadi peluang di masa yang akan datang untuk
dijadikan sasaran perluasan pasar.
Lingkungan Ekstern Makro
Lingkungan
ekstern makro terdiri dari:
1. Ekonomi
Keadaan
ekonomi suatu negara akan mempengaruhi sebagian besar organisasi yang
beroperasi di dalamnya. Pada suatu keadaan perekonomian yang sedang tumbuh,
secara umum kemampuan daya beli masyarakat untuk membeli suatu produk atau jasa
meningkat. Akan tetapi, kondisi perekonomian seperti itu tidak menjamin bahwa
suatu perusahaan juga bertumbuh, hanya menyediakan lingkungan yang mendorong
terjadinya pertumbuhan usaha. Dalam keadaan perekonomian yang lesu, daya beli
masyarakat yang menurun, membuat pertumbuhan usaha menjadi sulit. Sehingga para
manajer perusahaan harus selalu mengantisipasi variable-variabel ekonomi
seperti kecendrungan inflasi, tingkat suku bunga, kebijakan fiscal dan moneter,
dan harga-harga yang ditetapkan oleh pesaing.
2. Teknologi
Teknologi
adalah pengetahuan, peralatan, dan teknik yang digunakan untuk mengubah bentuk
masukan (input) menjadi keluaran (output). Sehingga perubahan dalam teknologi
dapat membantu perusahaan menyediakan produk yang lebih baik atau menghasilkan
produknya dengan lebih efisien. Akan tetapi prubahan teknologi juga dapat
memberikan suatu ancaman bagi perusahaan-perusahaan tradisional. Contohnya
perusahaan fotocopy pada awalnya memberi ancaman bagi perusahaan kertas karbon.
3. Politik
Hukum
Komponen
politik/hukum adalah undang-undang, peraturan, dan keputusan pemerintah yang
mengatur perilaku usaha. Komponen politik/hukum ini dalam suatu periode waktu
tertentu akan menentukan operasi perusahaan. Sehingga manajer tidak mungkin
mengabaikan iklim politik dan hukum-hukum maupun peraturan yang ada di suatu
negara, seperti perlakuan yang adil dalam pembayaran gaji harus sesuai dengan
upah minimum yang ditetapkan pemerintah.
4. Sosial
Budaya
Komponen
sosial budaya merujuk kepada karakteristik demografi serta perilaku, sikap, dan
norma-norma umum dari penduduk dalam suatu masyarakat tertentu. Pertama,
perubahan karakteristik demografi seperti, jumlah penduduk dengan keterampilan
khusus, pertumbuhan atau pengurangan dari golongan populasi tertentu,
mempengaruhi cara perusahaan menjalankan usahanya. Kedua, perubahan sosial
budaya dalam perilaku, sikap, dan norma-norma juga mempengaruhi permintaan akan
produk dan jasa suatu usaha.
Lingkungan yang Berubah
Setelah
membahas komponen-komponen lingkungan eksternal di atas, di sini akan dibahas
mengenai perubahan-perubahan lingkungan dan bagaimana cara memanfaatkan
lingkungan yang berubah.
Perubahan
lingkungan adalah angka kecepatan dari perubahan lingkungan umum dan lingkungan
khusus perusahaan. Perubahan ini terdiri dari perubahan yang stabil, dimana angka
perubahannya lambat, dan perubahan dinamis, dimana angka perubahan lingkungan
adalah cepat. Perusahaan biasanya mengalami baik perubahan stabil maupun
perubahan dinamis.
Kompleksitas
Lingkungan adalah jumlah faktor-faktor eksternal di dalam lingkungan yang
mempengaruhi organisasi. Lingkungan sederhana hanya memiliki sedikit faktor
lingkungan, sedangkan lingkungan kompleks mempunyai banyak faktor lingkungan.
Pengamatan
terhadap perubahan dan kompleksitas lingkungan membuat para manajer dapat
memanfaatkan lingkungan yang berubah dengan tiga langkah yaitu:
a. Pengamatan
Lingkungan
Pengamatan
lingkungan adalah meneliti lingkungan terhadap kejadian atau masalah penting
yang mungkin dapat mempengaruhi suatu organisasi.
b. Menerjemahkan
faktor-faktor Lingkungan
Setelah
mengamati, kemudian manajer menentukan kejadian dan masalah lingkungan apa yang
bermanfaat bagi organisasi. Biasanya manajer menerjemahkan kejadian dan masalah
sebagai ancaman atau kesempatan. Jika menerjemahkan sebagai ancaman, maka ia
akan berusaha melakukan suatu langkah-langkah untuk melindungi perushaan. Jika
manajer menerjemahkannya sebagai kesempatan, maka mereka akan memanfaatkan
kejadian tersebut dengan mempertimbangkan strategi alternatif untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.
c. Menghadapi
ancaman dan kesempatan
Setelah
pengamatan dan menerjemahkannya sebagai ancaman dan kesempatan, maka manajer
melakukan suatu peta keterkaitan (cognitive maps), merangkum hubungan yang
didasari antara faktor-faktor lingkungan dan kemungkinan tindakan organisasi.
Dari berbekal informasi yang dirangkum tersebut maka manajer dapat mengambil
tindakan untuk mengurangi dampak dari ancaman dan menggunakan kesempatan untuk
meningkatkan keuntungan.
2.
Lingkungan Internal
Lingkungan
internal adalah kejadian dan kecenderungan dalam suatu organisasi yang
mempengaruhi manajemen, karyawan, dan budaya organisasi. Yang termasuk ke dalam
lingkungan internal organisasi adalah pemilik organisasi (owner), pengelola
organisasi, para staff, anggota, atau para pekerja (employees), serta
lingkungan fisik organisasi.
1) Pemilik organisasi (Owners)
Para
pemilik organisasi adalah mereka yang secara historis maupun hukum dinyatakan
sebagai pemilik akibat adalanya penyertaan modal, ide, ataupun berdasarkan
ketentuan lainnya dinyatakan sebagai pemilik organisasi misalnya adalah para
pemegang saham, anggota (koperasi), atau juga individu jika perusahaan tersebut
bersifat individudari segi kepemilikan.
2) Tim Manajemen (Board of Management or Directors)
Tim
manajemen adalah orang-orang yang menurut para pemilik organisasi/perusahaan
dinyatakan atau ditunjuk sebagai pengelola organisasi dalam aktivitasnya
sehari-hari untuk suatu periode tertentu. Orang-orang ini bekerja secara
profesional berdasarkan tugasnya masing-masing, dan dalam periode tertentu
harus melaporkan setiap kegiatanya kepada para pemilik perusahaan.
3) Para Anggota atau Para Pekerja (Employees)
Para
pekerja dalam sebuah organisasi merupakan unsur sumber daya menusia (SDM) yang
sangat dominan dalam sebuah organisasi, karena biasanya jumlahnya merupakan
yang paling besar dalam sebuah organisasi. Para pekerja inilah yang sehari-hari
bergelut dalam aktivitas operasional perusahaan. Oleh karena tingginya
peranpara pekerja, maka mereka merupakan aset bagi organisasi/perusahaan.
4) Lingkungan Fisik Organisasi (Physical
Work Environtment)
Lingkungan
fisik organisasi adalah sumber daya selain manusia yang dimiliki perusahaan dan
menjadi faktor pendukung berjalannya sebuah aktifitas organisasi atau
perusahaan seperti sumber daya uang (financial resources), sumber daya alam
(natural resources), dan sumber daya informasi (informational resources).
C.
Lingkungan
Internasional dalam Kegiatan Bisnis
1.
Lingkungan
Internasional
Lingkungan
yang lebih luas dari Negara yang pada praktiknya memengaryhi kegiatan, terutama
jika perusahaan melakukan kegiatan bisnis Internasional, Yaitu transaksi bisnis
yang melibatkan lebih dari satu Negara dan lingkungan Internasional ini juga
peluang sekaligus ancaman.
Apalagi
dengan adanya Globalisasi. Globalisasi pada prinsifnya merupakan sebuah proses
untuk menjadikan dunia ini menjadi satu. Konsekuensi logis dari globalisasi,
setiap Negara aka lebih mudah untuk berintraksi satu sama lain. Interaksi ini
dapat berupa transaksi jual beli yang lebih mudah, termasuk persaingan yang
sangat ketat dari dalam maupun dari luar negeri. Contonya Perusahaan makanan
McDonald bersaing dengan A & W.
Suatu
perusahaan perlu memahami benar factor internasional ini, terutama jika
perusahaan tersebut berharap untuk dapat terus bertahan dalam jangka panjang,
di mana perubahan ke arah kompetisi global akan semakin dirasakan sebagai
sebuah kanyataan yang tidak dapat ditolak.
2. Berbagai Kegiatan
Bisnis
a. Ekspor- impor
Ekspor
(Kegiatan menghasilkan barang dan jasa yang kemudian menjualnya ke Negara
lain), Impor (Kegiatan yang mendatangkan/ membeli barang dan jasa dari Negara
lain). Banyaknya kendaraan bermerk seperti Toyota, BMW, Mazda,Ford atau
Mercedes merupakan aktivitas impor yang dilakukan oleh Negara kita. Sebaliknya
adanya pengiriman TKI ke Arab, Malaysia, Singapur, serta adanya kerajinan rotan
di Eropa adalah contoh bentuk kegiatan Ekspor oleh Negara kita.
b. Lisensi (Licencing)
Sebuah
kesepakatan/ perjanjian dimana perusahaan membolehkan perusahaan lain
menggunakan merek, teknologi, hak paten, atau aset lainya. Sebagai
konpensasinya, perusahaan yang menggunakan hak perusahaan lian biasanya
diharuskan membayar hak lisensi berupa sejumlah uang sebagai kesepakatan yang
di buat.
c. Partner Strategis ( International
Strategic Alliance)
Bentuk
kerjasama antara perusahaan secara Internasional untuk dapat melaksanakan
bisnis yang saling menguntungkan. Salah satu spesifik dari partner strategis
adalah Joint Ventura (Kerja sama bisnis dimana perusahaa yang berpartner
melakukan pembagian kepemilikan dalam menjalankan sebuah bisnis). Contohnya
McDonald, KFC dan A & W.
d. Investasi langsung (Direct investment)
Bentuk
kegiatan bisnis Internasional di mana sebuah perusahaan membeli sebagian/
keseluruhan asset atau melakukan investasi disebuah perusahaan. Contohnya,
Pembelian sebagian saham INDOSAT oleh perusahaan Singapura, FreePort di Papua.
3. Faktor-Faktor
Terkait Dalam Bisnis Internasional
a. Kontrol dalam Perdagangan Internasional
Antisipasi
Negara pada sebuah perusahaan agar tetap berdiri dengan kebijakan-kebijakan.
Contoh kebijakan : QUOTA ( pembatasan jumlah barang yang diperjual belikan
secara Internasional), TARIFF (Pembebanan pajak kepada setiap barang yang
diekspor maupun diimpor).
b. Komunitas Ekonomi Internasional
Kelompok
yang terdiri dari berbagai Negara yang bersepakat untuk mengurangi
kendala-kendala dalam perdagangan Internasional. Contoh NAFTA (Nort American
Free Trade Agreement), AFTA ( Asia-Pasifik Free Trade Area), Kesatuan Eropa
(European Union). Adanya komunitas ekonomi ini akan memberikan kekuatan ekonomi
yang sangat signifikan bagi negara-negara anggota di setiap komunitas tersebut,
yaitu dengan adanya kemudahan yang lebih baik dari pada sebelumnya, dan
komunitas ini juga menjadi kekuatan dalam menghadapi ekonomi lain diluar
kelompok tersebut.
c. Perbedaan Budaya Antar Negara
Budaya
dalam Organisasi merupakan Nilai-nilai dan norma yang dianut oleh Organisasi
dan membantu anggotanya memahami bagaimana sebenarnya sebuah organisasi bisnis
berjalan, dan apa yang penting dan tidak penting bagi Organisasi bisnis
dikaitkan dengan lingkungan sekitarnya. Dalam dunia Internasional perusahaan
perlu memahami adanya perbedaan disetiap lingkungan, agar dapat memahami yang
sebenarnya dianut oleh masyarakat setempat dimana perusahaan berinteraksi dan
bagaimana cara beradaptasinya.
D.
BUDAYA
ORGANISASI
1.
Pengertian
Budaya Organisasi
Berikut
ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli:
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane,
Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang
dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun
perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti
yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara
berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada
dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya
organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota
organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya
organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan
memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan
dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada
anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam
mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE :
2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan
mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini
adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian
mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
2.
Arti
Penting dan Peranan Budaya Organisasi
Pemahaman
budaya organisasi sebagai kesepakatan bersama mengenai nilai-nilai yang
mengikat semua individu dalam sebuah organisasi seharusnya nementukan
batas-batas normatif perilaku angoota organisasi.
Secara
spesifik, peranan budaya organisasi adalah membantu menciptakan rasa memiliki
terhadap organisasi, menciptakan jatidiri anggota organisasi, menciptakan
keterikatan emosional antara organisasi dan karyawan yang terlibat di dalamnya,
membantu menciptakan stabilitas organisasi sebagai sistem sosial dan menemukan
pola pedoman perilaku sebagai hasil dari norma-norma kebiasaan yang terbentuk
dalam keseharian. Dengan demikian budaya organisasi berpengaruh kuat terhadap
perilaku para anggotanya.
·
Sepuluh
karakteristik yang menggambarkan esensi budaya organisasi, menurut Dharma,
2004:
1) Identitas anggota, dimana karyawan
lebihmengidentifikasi organisasi secara menyeluruh
2) penekanaan
kelompok, dimana aktivitas tugas lebih diorganisir untuk seluruh kelompok dari
pada individu
3) Fokus
orang, dimana keputusan manajemen memperhatikan dampak luaran yang dihasilkan
oleh karyawan dalam organisasi
4) Penyatuan
unit, dimana unit-unit dalam organisasi didorong agar berfungsi dengan cara
yang terkoordinasi atau bebas
5) Pengendalian,
dimana peraturan, regulasi dan pengendalian langsung digunakan untuk mengawasi
dan mengendalikan karyawan
6) Toleransi
resiko, dimana pekerja didorong untuk agresif, kreatif, inovatif dan mau
mengambil resiko
7) Kriteria
ganjaran, dimana ganjaran seperti peringatan, pembayaran dan promosi lebih
dialokasikan menurut kinerja karyawan dari pada senioritas, favoritisme atau
faktor non-kinerja lainnya
8) Toleransi
konflik, dimana karyawan didorong dan diarahkan untuk menunjukkan konflik dan
kritik secara terbuka
9) Orientasi
sarana tujuan, dimana manajemen lebih terfokus pada hasil atau luaran dari pada
teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai luaran tersebut
10) Fokus
pada sistem terbuka, dimana organisasi memonitor dan merespons perubahan dalam
lingkungan eksternal.
Gambaran
karateristik tersebut akan memberikan gambaran mengenai budaya yang dianut.
Gambaran ini menjadi landasan untuk menyamakan pemahaman bahwa anggota
organisasi merasa memiliki organisasinya dan mendorong anggota organisasi agar
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut organisasi.
3.
Sumber-sumber
Budaya Organisasi
Menurut
Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya
organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup
faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat
dikendalikan oleh organisasi.
b. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di
masyarakat
Keyakinan-keyakinan
dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan
kebersihan.
c. Faktor-faktor yang spesifik dari
organisasi
Organisasi
selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah
eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian
yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar
bagi tumbuhnya budaya organisasi.
4.
Fungsi
Budaya Organisasi
Menurut
Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas
antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas
bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya
mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya
merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan
memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya
sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
serta perilaku karyawan.
5.
Ciri-ciri
Budaya Organisasi
Menurut
Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:
1) Inovasi
dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif
dan mengambil resiko.
2) Perhatian
terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan,
analisis dan perhatian terhadap detail.
3) Orientasi
hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan
proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4) Orientasi
orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di
dalam organisasi itu.
5) Orientasi
tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya
individu.
6) Keagresifan. Berkaitan dengan
agresivitas karyawan.
7) Kemantapan.
Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.
Dengan
menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh
gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk
perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu,
bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku
(Robbins, 1996 : 289).
BAB III
Tanggung Jawab Sosial dan Etika
Manajemen
Ø Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan (CSR)
A.
Definisi
Tanggung
jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dapat
didefinisikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan
eksternal perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka
penjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai
bentuk tanggung jawab sosial lainnya.
Selain
definisi diatas masih ada definisi lain mengenai CSR yakni Komitmen perusahaan
dalam pengembangan ekonomi yang berkesinambungan dalam kaitannya dengan
karyawan beserta keluarganya, masyarakat sekitar dan masyarakat luas pada
umumnya, dengan tujuan peningkatan kualitas hidup mereka (WBCSD, 2002).
Sedangkan menurut Commission of The
European Communities 2001, mendefinisikan CSR sebagai aktifitas yang
berhubungan dengan kebijakan kebijakan perusahaan untuk mengintegrasikan
penekanan pada bidang sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan
interaksi dengan stakeholder.
Menurut
Carrol tanggung jawab sosial, dari sudut pandang strategisnya bahwa suatu
perusahaan bisnis perlu mempertimbangkan tanggung jawab sosialnya bagi
masyarakat dimana bisnis menjadi bagiannya. Ketika bisnis mulai mengabaikan
tanggung jawabnya, masyarakat cenderung menanggapi melalui pemerintah untuk
membatasi otonomi bisnis.
Carroll
menyatakan bahwa manajer organisasi bisnis memiliki empat tanggung jawab yakni
:
1. Tanggung
jawab ekonomi yakni memproduksi barang dan jasa yang bernilai bagi masyarakat.
2. Tanggung
jawab hukum yakni perusahaan diharapkan mentaati hukum yang ditentukan oleh
pemerintah.
3. Tanggung
jawab etika yakni perusahaan diharapkan dapat mengikuti keyakinan umum mengenai
bagaimana orang harus bertindak dalam suatu masyarakat.
4. Tanggung
jawab kebebasan memilih yakni tanggung jawab yang diasumsikan bersifat
sukarela.
Dari
keempat tanggung jawab tersebut, tanggung jawab ekonomi dan hukum dinilai
sebagai tanggung jawab dasar yang harus dimiliki perusahaan. Setelah tanggung
jawab dasar terpenuhi maka perusahaan dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya
yakni dalam hal etika dan kebebasan memilih.
Terdapat
dua pandangan tentang kepada siapa organisasi bertanggung jawab sosial, yaitu
sebagai berikut :
1.
Model
Pemegang saham (Shareholder)
Pandangan
tentang tanggung jawab social yang menyebutkan bahwa sasaran organisasi yang
utama adalah memaksimalkan keuntungan bagi manfaat para pemegang saham. Lebih
spesifik lagi, apabila keuntungan meningkat, maka nilai saham perusahaan yang
dimiliki oleh pemegang saham akan meningkat juga.
2.
Model
Pihak yang berkepentingan (Stakeholder)
Teori
tentang tanggung jawab social perusahaan yang mengatakan bahwa tanggung jawab
manajemen yang terpenting, kelangsungan hidup jangka panjang (bukan hanya
memaksimalkan laba), dicapai dengan memuaskan keinginan berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan (bukan hanya pemegang saham).
B. Alasan Perusahaan Menerapkan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
Ada
beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk menerapkan CSR sebagai
bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni :
1. Moralitas : Perusahaan harus
bertanggung jawab kepada banyak pihak yang berkepentingan terutama terkait
dengan nilai-nilai moral dan keagamaan yang dianggap baik oleh masyarakat. Hal
tersebut bersifat tanpa mengharapkan balas jasa.
2.
Pemurnian Kepentingan Sendiri :
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap pihak-pihak yang berkepentingan
karena pertimbangan kompensasi. Perusahaan berharap akan dihargai karena
tindakan tanggung jawab mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3.
Teori Investasi : Perusahaan harus
bertanggung jawab terhadap stakeholder karena tindakan yang dilakukan akan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.
4.
Mempertahankan otonomi : Perusahaan
harus bertanggung jawab terhadap stakeholder untuk menghindari campur tangan
kelompok-kelompok yang ada didalam lingkungan kerja dalam pengambilan keputusan
manajemen.
C. Strategi Pengelolaan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
1. Strategi Reaktif
Kegiatan
bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung
menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab social. Contohnya,
perusahaan tembakau di masa lalu cenderung untuk menghindarkan diri dari isu
yang menghubungkan konsumsi rokok dengan peluang penyakit kanker. Akan tetapi,
karena adanya peraturan pemerintah unuk mencantumkan bahaya rokok setiap iklan,
maka hal tersebut dilakukan oleh perusahaan rokok.
2. Strategi Defensif
Strategi
defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait
dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri
atau menolak tanggung jawab sosial .Perusahaan yang menghindarkan diri dari
tanggung jawab limbah saja berargumen melalui pengacara yang disewanya untuk
mempertahankan diri dari tuntutan hukum dengan berargumen bahwa tidak hanya
perusahaannya saja yang membuang limbah ke sungai ketika lokasi perusahaan
tersebut beroperasi, terdapat juga prusahaan lain yang beroperasi.
3. Strategi Akomodatif
Strategi
Akomidatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan
dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal
tersebut.Tindakan seperti ini terkait dengan strategi akomodatif dalam tanggung
jawab sosial.contoh lainnya,perusahaan perusahaan besar pada era orde baru
dituntut untuk memberikan pinjaman kredit lunak kepada para pengusaha kecil,
bukan disebabkan karena adanya kesadaran perusahaan, akan tetapi sebagai
langakah akomodatif yang diambil setelah pemerintah menuntut para korporat
untuk lebih memperhatikan pengusaha kecil.
4. Strategi Proaktif
Perusahaan
memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung jawab untuk
memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka citra positif
terhadap perusahaan akan terbangun.Dalam jangka panjang perusahaan akan
diterima oleh masyarakat dan perusahaan tidak akan khawatir akan kehilangan
pelanggan, justru akan berpotensi untuk menambah jumlah pelanggan akibat citra
positif yang disandangnya.Langkah yang dapat diambil oleh perusahaan adalah
dengan mengambil inisiatif dalam tanggung jawab sosial, misalnya dengan membuat
khusus penanganan limbah, keterlibatan dalam setiap kegiatan sosial lingkungan
masyarakat atau dengan membarikan pelatihan terhadap masyarakat di sekitar
lingkungan masyarakat.
D. Manfaat Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
1. Manfaat bagi Perusahaan
Citra
Positif Perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah. Kegiatan perushaan dalam
jangka panjang akan dianggap sebagai kontribusi positif di masyarakat. Selain
membantu perekonomian masyarakat, perusahaan juga akan dianggap bersama
masyarakat membantu dalam mewujudkan keadaan lebih baik di masa yang akan
datang. Akibatnya ,perusahaan justru akan memperoleh tanggapan yang positif
setiap kali menawarkan sesuatu kepada masyarakat. Perusahaan tidak saja
dianggap sekedar menawarkan produk untuk dibeli masyarakat, tetapi juga
dianggap menawarkan sesuatu yang membawa perbaikan masyarakat.
2. Manfaat bagi Masyarakat
Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan
masyarakat dengan perusahaan akan
lebih erat dalam situasi win-win solution. Artinya terdapat kerjasama yang
saling menguntungkan ke dua pihak. Hubungan bisnis tidak lagi dipahami sebagai
hubungan antara pihak yang mengeksploitasi dan pihak yang tereksploitasi, tetapi
hubungan kemitraan dalam membangun masyarakat lingkungan kebih baik. Tidak
hanya di sector perekonomian, tetapi juga dlam sektor sosial, pembangunan dan
lain-lain.
3. Manfaat bagi Pemerintah
Memiliki
partner dalam menjalankan misi sosial dari pemerintah dalam hal tanggung jawab
sosial. Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi sebagai wasit yang
menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dan
memberikan sanksi bagi pihak yang melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang mendapat
legtimasi untuk mengubah tatanan masyarakat agar ke arah yang lebih baikakan
mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut. Sebagian
tugas pemerintah dapat dilaksanakan oleh anggota masyarakat, dalam hal ini
perusahaan atau organisasi bisnis.
Ø Etika dalam
Manajemen Bisnis
A.
Definisi
Etika
didefinisikan sebagai konsensus mengenai standar perilaku yang diterima untuk
suatu pekerjaan, perdagangan atau profesi. Sedangkan menurut Griffin, Etika
adalah pandangan, keyakinan dan nilai akan sesuatu yang baik dan buruk, benar
dan salah.
Etika
Manajemen adalah standar kelayakan pengelolaan organisasi yang memenuhi
kriteria etika. Selain etika, dikenal pula istilah Moral atau Moralitas yakni
ajaran-ajaran perilaku personal berdasarkan agama atau filosofi. Salah satu
penyebab perilaku tidak etis adalah tidak adanya standar yang berlaku bagi
seluruh dunia mengenai perilaku para pelaku bisnis. Sedangkan norma dan
nilai-nilai budaya berbeda-beda untuk setiap negara dan bahkan antara daerah
geografis dan kelompok-kelompok etnis dalam suatu negara.
Selain
faktor-faktor situasional seperti pekerjaan itu sendiri, supervise dan budaya
organisasi, perilaku etnis seseorang diperngaruhi oleh tahap perkembangan moral
dan cirri-ciri keprobadian lainnya. Sama seperti hirarki kebutuhan Maslow,
perkembangan moral terbentuk dari keinginan pribadi untuk memperhatikan
nilai-nilai universal.
B.
Bidang
Dasar Etika Manajerial
Etika
manajemen berbicara mengenai nilai-nilai yang dianut oleh organisasi sehubungan
dengan kegiatan bisnis yang dijalankannya. Walau etika dapat mempengaruhi
pekerjaan manajerial dengan banyak cara, ada 3 bidang dasar yang menjadi
perhatian khusus dari etika manajerial :
1. Bagaimana perusahaan memperlakukan karyawan
mereka.
Upah
dan kondisi kerja merupakan bidang yang memungkinkan menimbulkan kontroversi.
Fakta bahwa manajer membayar seorang karyawan lebih sedikit daripada yang layak
diterima karena manajer tahu bahwa karyawan tersebut tidak mungkin keluar atau
tidak mau mengambil resiko kehilangan pekerjaannya jika protes, mungkin
dianggap tidak etis. Terakhir, setiap organisasi diwajibkan melindungi
kebebasan pribadi kayawannya.
2. Bagaimana karyawan memperlakukan
organisasi
Sejumlah
persoalan etika juga berakar dari bagaimana karyawan memperlakukan organisai
mereka. Konflik kepentingan muncul ketika suatu keputusan secara potensial
menguntungkan individu tetapi mungkin merugikan organisasi. Untuk menjaga
praktik seperti ini sebagian besar perusahaan melarang pembeli mereka untuk
menerima hadiah dari pemasok. Mengungkapkan rahasia perusahaan juga jelas tidak
etis.
Karyawan yang bekerja di bisnis yang sangat
kompetitif seperti elektronik, software, pakaian, mungkin tergoda untuk menjual
informasi mengenai rencana perusahaan kepada competitor. Kejujuran juga masalah
yang sering muncul termasuk menggunakan telepon perusahaan untuk membuat
panggilan interlokal pribadi, mencuri perlengkapan kantor, dan menambahkan
pengeluaran.
3. Bagaimana karyawan dan
perusahaan memperlakukan agen ekonomi lain.
Agen-agen
ekonomi yang berkepentingan : konsumen, competitor, pemegang saham, pemasok,
dealer dan serikat tenaga kerja. Perilaku antara organisai dan agen-agen tsb
yang rentan terhadap ambiguitas etika termasuk iklan, promosi, pengungkapan
financial, pemesanan dan pembelian, pengiriman dan permohonan permintaan,
penawaran dan perundingan, dan hubungan bisnis lainnya.
C.
Nilai
Personal sebagai standar Etika
1.
Nilai (Values)
sendiri pada dasarnya merupakan pandangan ideal yang mempengaruhi cara pandang,
cara berfikir dan perilaku dari seseorang.
2.
Nilai Personal
atau Personal Values pada dasarnya merupakan cara pandang, cara pikir, dan
keyakinan yang dipegang oleh seseorangsehubungan dengan segala kegiatan yang
dilakukannya .
3.
Nilai Personal
terdiri dari nilai terminal dan nilai instrumental. Nilai terminal pada
dasarnya merupakan pandangan dan cara berfikir seseorang yang terwujud melalui
perilakunya, yang didorong oleh motif dirinya dalam meraih sesuatu. Nilai
instrumental adalah pandangan dan cara berfikir seseorang yang berlaku untuk
segala keadaan dan diterima oleh semua pihak sebagai sesuatu yang memang harus
diperhatikan dan dijalankan.
D.
Relativisme
Moral
Relativisme
Moral mengatakan bahwa moral bersifat relative pada beberapa pribadi, sosial
atau standar budaya, dan tidak ada standar yang lebih baik dibanding standar
lainnya.
Ada
empat tipe relativisme :
1.
Naïve Relativism, yakni keyakinan
bahwa semua keputusan moral adalah sangat pribadi dan individu memiliki hak
untuk menjalani hidupnya.
2.
Role Relativism, yakni melakukan
peran sosial disertai dengan kewajiban hanya pada peran tersebut.
3.
Social Group Relativism, yakni
kepercayaan bahwa moralitas adalah suatu hal yang menyertai norma-norma suatu
kelompok.
4.
Cultural Relativism, yakni bahwa
moralitas tergantng pada budaya tertentu dalam masyarakat tertentu.
E.
Pendekatan
Etika
Ada
tiga pendekatan dasar terhadap perilaku etis :
1.
Pendekatan Utilitarian : tindakan dan perencanaan harus dinilai berdasarkan
akibat dari tindakan tersebut.
2.
Pendekatan hak-hak individual : kesadaran bahwa manusia memiliki hak-hak dasar
yang harus dihormati dalam semua keputusan.
3.
Pendekatan Peradilan : pemahaman bahwa pembuatan keputusan harus wajar, adil
dan tidak bias dalam mendistribusikan keuntungan dan kerugian bagi individual
dan bagi kelompok.
·
Berikut adalah
contoh dari tindakan tidak etis atau tidak legal dalam sebuah manajemen
perusahaan :
-
Pengawasan Kualitas atau Quality Control
-
Pencurian oleh Para Pekerja atau Korupsi
-
Konflik Kepentingan
-
Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia
-
Penyelewengan dalam pencatatan keuangan
-
Penyalahgunaan penggunaan asset perusahaan
-
Pemecatan tenaga kerja
-
Cara bersaing dari Perusahaan yang dianggap tidak etis
-
Penggunaan pekerja atau tenaga kerja di bawah umur
F. Upaya Perwujudan dan Peningkatan
Etika Manajemen
-
Pelatihan etika
-
Advokasi etika
-
Kode Etik
-
Keterlibatan Publik dalam Etika Manajemen Perusahaan
Dari
berbagai pendekatan manajemen, dapat disimpulkan ada dua aliran manajemen,
yaitu manajemen yang lebih berorientasi kepada tugas untuk meningkatkan
produksi sebanyak-banyaknya dan manajemen yang berorientasi kepada manusia
sebagai pelaksana tugas untuk meningkatkan hubungan manusiawi sebaik-baiknya.
Daftar Pustaka
Husaini
Usman. 2009. Manajemen: Teori Praktek
dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Riawan,
Amin, dan tim FEBS FEUI. 2012. Menggagas
Manajemen Syariah. Jakarta: Salemba Empat.
Swastha,
basu, dan Ibnu Sukotjo. 2002. Pengantar
Bisnis Modern. Cetakan Kesepuluh. Yogyakarta: Penerbit Liberty
Heizer,
jay, dan Barry Render. 2006. Manajemen
Operasi. Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat.
Sukwiyati,
dkk. 2009. Ekonomi 3. Jakarta:
Yudhistira.
http://www.google.com/
jadi apakah manajemen itu seni?
BalasHapus