Selasa, 18 Juni 2013

Perkembangan Ekonomi Islam di Dunia dan Indonesia



Ballroom sebuah hotel bintang lima di jantung London, Inggris, penuh dengan tarusan bankir, pengacara, dan investor papan atas dunia. Mereka yang datang dari berbagai negara di Asia, Eropa, dan Timur Tengah, saling membuat penawaran, dan banyak yang berakhir pada penandatanganan kesepakatan. Satu negara yang absen di acara ini: Amerika Serikat.
Keuangan Islam yang kemudian makin mendunia setelah Inggris mengadopsinya — telah berkembang pesat selama dekade terakhir. Sistem ekonomi ini telah menarik semua pemain internasional. kunci meninggalkan Amerika Serikat dalam industri global yang semakin menguntungkan itu.
Saat krisis ekonomi menghantam dunia dua tahun lalu, perbankan Islam menjadi juru selamat. Sistem ini menjadi area pertumbuhan utama untuk pembiayaan internasional. Memang asetnya hanya mewakili sekitar 2 persen sampai 3 persen dari aset keuangan global, atau hampir 1 triliun dolar AS, tetapi tumbuh rata-rata 25 persen setiap tahun.
Kini banyak negara berlomba untuk menjadi pusat global bisnis keuangan syariah. Untuk yang satu ini, London jauh di depan dibanding New York: menjadi mercu suar ekonomi syariah di Eropa. Tak terbendungnya perkembangan ekonomi syariah membuat gerah pihak tertentu — untuk tak menyebut Amerika Serikat. “Telah ada resistensi untuk memperluas pasar keuangan Islam di negara tertentu,” Mohamad Nedal Chaar al, Sekretaris jenderal Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, badan internasional terkemuka yang mengawasi industri ini, saat ia menyambut delegasi ke konferensi di London itu.
Kami mengerti ada kurangnya pengetahuan tentang sistem, tetapi kadang-kadang semua berujung pada Islamaphobia,” katanya, dalam sambutannya dipandang oleh banyak orang sebagai serangan terselubung bagi Amerika Serikat, di mana komentator sayap kanan telah menyebut industri ini sebagai “teror pembiayaan”.
Keuangan Islam sesuai dengan syariah, atau hukum Islam, yang melarang bunga dan membutuhkan kesepakatan yang didasarkan pada aset berwujud, serta memberikan beberapa isolasi dari turbulensi kredit. Spekulasi dilarang, dan risiko dibagi.
Lembaga think tank terkemuka AS, The Center for Security Policy, akhir tahun lalu menerbitkan sebuah laporan berjudul US think tank Pusat Kebijakan Keamanan akhir tahun lalu menerbitkan sebuah laporan berjudul “Syariah: Ancaman bagi Amerika”, mengatakan bahwa praktik-praktik mempromosikan syariah adalah “tidak sesuai dengan konstitusi” dan harus dilarang. Laporan ini didukung oleh beberapa Partai Republik.
Mantan Ketua DPR, Newt Gingrich, menyerukan hukum federal untuk memastikan bahwa Syariah – termasuk di dalamnya pembiayaan syariah – tidak diakui oleh pengadilan AS. Paul McViety, seorang pengacara yang berbasis di Dubai dengan Clifford Chance yang mengkhususkan diri di bidang keuangan Islam, mengatakan ia sering berbicara dengan klien yang berbasis di Amerika Serikat, yang merupakan rumah bagi 2,4 juta Muslim yang ingin lebih mengerti tentang struktur pendanaan Islam dan instrumennya. Apa hasil pembicaraan itu?
Diam-diam, beberapa lembaga — bukan lembaga berlatar keislaman — telah mempelajari dan mulai menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam usahanya. “Ada beberapa lembaga di AS yang mengambil industri keuangan syariah untuk mengeksplorasi sumber-sumber pendanaan alternatif,” kata McViety di sela-sela konferensi itu.
GE Capital, lengan keuangan General Electric, menjadi penerbit sukuk pertama di AS, pada akhir tahun 2009. Ketika itu, mereka mengeluarkan obligasi lima tahun bernilai 500 juta dolar AS. Freddie Mac, penyedia jasa keuangan AS terbesar kedua khususnya di bidang pembiayaan KPR, juga menawarkan produk pembiayaan rumah Islami bagi peminjam yang tidak mau membayar bunga. McViety mencatat bahwa Presiden AS Barack Obama telah “memposisikan dirinya untuk mencari sistem keuangan alternatif”. Namun, upayanya keburu terendus dan mentah sebelum diaplikasikan.
Benarkan ekonomi syariah identik dengan fundamental Islam seperti ditakutkan politisi Republik di AS? Sebagian besar peserta konferensi di London itu sudah hampir pasti menggeleng. Lihatlah Inggris saat ini, yang mendampingkan ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Maka jangan heran ketika berada di sebuah lembaga pembiayaan syariah, datang pasangan suami Istri kulit putih yang hendak membeli properti dan mengajukan permohonan KPR syariah. Jangan kaget pula bila Bank Islam Inggris — menurut angka pemerintah — kini memiliki nilai aset tertinggi pada angka di lebih dari 8 miliar pound (13 miliar dolar AS), mengalahkan aset bank-bank syariah di negara-negara mayoritas penduduknya Muslim.[1]

Perkembangan Ekonomi Islam di dunia saat ini : Inggris semakin yakin, sedangkan AS terkesan malu-malu dalam mengadopsi sistem Ekonomi Islam.

B.   Perkembangan Ekonomi Syariah Indonesia
Belakangan ini, perkembangan ekonomi syariah Indonesia cukup cemerlang. Buktinya, saat ini semakin menjamur bank dan lembaga keuangan lain yang berbasis syariah. Dimulai sejak awal 2000-an, industri perbankan syariah terus berkembang, dan perkembangan pun tak main-main. Terus menunjukkan grafik peningkatan yang luar biasa.
Apalagi, beberapa waktu lalu terjadi krisis ekonomi di Amerika. Karenanya, hal itu berdampak pada perekonomian dunia. Positifnya, itu justru semakin membuat ekonomi syariah naik daun. Ya, ekonomi syariah digadang-gadang bakal menjadi sistem ekonomi yang tidak akan terpengaruh krisis yang terjadi di belahan dunia mana pun. Tak hanya itu, ekonomi syariah juga anggap sebagai solusi penyelesaian permasalahan ekonomi.
Berdasarkan ajaran Islam, ekonomi merupakan salah satu hal yang dibahas dan mempunyai aturan. Nah, inti dari sistem ekonomi syariah itu adalah perekonomian yang dilakukan berdasarkan prinsip hukum Islam dan mengharamkan adanya sistem riba, sebagaimana banyak terjadi pada sistem perekonomian konvensional.
Tak heran, jika itu semua mengakibatkan ekonomi syariah mulai banyak dilirik masyarakat Indonesia. Alasannya, karena sistem perekonomian ini dianggap menguntungkan dan memberikan keadilan bagi semua pihak. Maklum saja, karena dalam sistem ekonomi konvensional pemilik modal tentu akan lebih dominan mendapatkan keuntungan, namun dengan sistem ekonomi syariah semua pihak akan merasakan keuntungan bersama.
Berkembang ekonomi syariah di Indonesia juga didasari karena kondisi negara Indonesia itu sendiri. Pasalnya, masyoritas penduduk Indonesia beragama Islam, Indonesia juga merupakan negara muslim terbesar di dunia.
Namun jangan salah, karena sesungguhnya jumlah penduduk Islam yang besar ini sesungguhnya tidak menjamin ekonomi syariah berkembang dengan kualitas. Sebab, masih kurangnya pemahaman sebagian besar masyarakat tentang ekonomi syariah dan juga masih kurangnya sumber daya manusia yang profesional di bidang ini.
Untungnya, masalah itu dapat disiasati dengan seringnya sosialisasi tentang ekonomi syariah dan dapat juga dijadikan salah satu bidang ilmu di perguruan tinggi agar dapat mencetak tenaga profesional dalam bidang ekonomi syariah.
Meski demikian, boleh dikatakan perkembangan ekonomi syariah Indonesia cukup signifikan, itu tercermin tercermin dari semakin banyaknya bank syariah, pegadaian syariah, KPR syariah, asuransi syariah dan lembaga keuangan lainnya yang berbasis syariah.
Sementara itu, minat masyarakat terhadap bank-bank syariah karena dinilai lebih menguntungkan daripada bank konvensional, selain tidak adanya bunga yang tinggi, bank syariah juga menawarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) sehingga sama-sama menguntungkan, baik untuk bank juga untuk nasabahnya.
Tetapi, semua elemen dalam ekonomi syariah ini tetap membutuhkan pengawalan dalam sistem dan pelaksanaannya. Sebab, saat ini masih banyak bank syariah yang pada prakteknya tak mencerminkan praktek-praktek syariah itu sendiri. Bahkan, mereka tak jauh berbeda dengan bank konvensional pada umumnya.
Dengan kata lain, diperlukan beberapa hal untuk menghindari lembaga-lembaga keuangan yang berkedok syariah. Sehingga, semakin maju dan berkembangnya sistem ekonomi syariah di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan serta memberi warna dalam memilih format perekonomian Indonesia.[2]

C.   Indonesia Lahan Subur Perkembangan Ekonomi Islam
Indonesia akan menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan ekonomi Islam. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk itu. Beberapa potensi tersebut antara lain, keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kelompok negara, seperti G20 dan APEC. Selain itu, Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia juga memiliki pengalaman pembangunan yang cukup lama dengan mengadopsi sistem sosialis dan kapitalis dan ini menjadi aset untuk membangun sistem perekonomian Indonesia yang berdasarkan pada agama dan kepribadian budaya.
"Selain itu, bangunan konstitusi negara dan ideologi ekonomi Pancasila sudah sejalan dengan ekonomi Islam. Bahkan, perkembangan kelembagaan ekonomi Islam dan perundang-undangan yang di Idnonesia cukup marak dalam 10 tahun terakhir," jelas Islamic Development Bank (IDB) Field Representative for Indonesia, M Makhlani, dalam Stadium General Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Kamis, (20/9).
Menurut Makhlani, pengembangan ekonomi Islam tidak hanya di Indonesia tetapi juga dilakukan di negara lain seperti Malaysia. Namun, kata dia, pengembangan tersebut masih sebatas pasar uang dan pasar modal. Diakuinya, saat ini ada tiga subsistem ekonomi Islam yang berkembang yaitu subsistem ekonomi Islam yang berbasis ekonomi moneter bebas riba. Kedua, subsistem ekonomi Islam ekonomi keuangan publik, dan ketiga subsistem ekonomi Islam yang berbasis perdagangan /komoditas.
Dikatakannya, peran perguruan tinggi dalam perkembangan ekonomi Islam sangat besar. Perguruan tinggi hendaknya menjadi bagian dalam pengembangan undang-undang perekonomian Islam tersebut.
Perguruan tinggi tidak hanya sebagai pembahas, tetapi harus memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan undang-undang perekonomian, karena perguruan tinggi sebagai jalur akademis memiliki kemampuan/pikiran untuk membangun negara.[3]

D.   Potensi Ekonomi Islam Pimpin Dunia

Tahun 2011, menjadi sejarah besar ekonomi dunia yang tidak terlupakan. Para pelaku lembaga keuangan, pengamat ekonomi dan para akademisi dikejutkan dengan adanya krisis Eropa dan Amerika Serikat yang notabene negara adikuasa menguasai ekonomi dunia.
Kecemasan itu wajar, sebagaimana dikatakan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, pertumbuhan ekonomi pemerintah 2012 sebesar 6,7 persen bakal tercapai. Menurut Darmin, krisis ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat telah menurunkan pertumbuhan ekonomi dunia sehingga menurunkan perdagangan internasional.
Kegagalan Eropa menyelesaikan krisis utang dan masalah pengangguran di Amerika Serikat sungguh berimbas di Asia. Kini ekspor negara-negara Asia ke dua kawasan ekonomi dunia itu melemah. Sementara itu ekspansi dari produk Cina ke Singapura, telah membuat Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, dan Filipina merasa khwatir akan menaikkan suku bunga.
Pada 2012, Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Asia, tidak termasuk Jepang, berada pada angka 7,5 persen, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 7,7 persen. Inflasi diperkirakan pada 4,6 persen.
Secara fundamental, ekonomi Indonesia memang masih kuat. Pada kuartal kedua tahun ini, ekonomi tumbuh 6,5 persen. Inflasi sesuai dengan target maksimal 5 persen plus-minus 1 persen. Cadangan devisa Indonesia juga cukup besar, yaitu lebih dari US$ 120 miliar. Faktor lainnya yang patut diacungi jempol adalah rasio utang Indonesia yang cenderung turun. Tapi bukan berarti Indonesia lengah.
Menurut mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Anggito Abimanyu menyatakan pada 2008, krisis bisa ditangani dengan stimulus fiskal melalui utang luar negeri. Adapun saat ini negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika Serikat sulit berutang karena defisit anggaran lebih besar dibanding produk domestik bruto.  Selain itu, pada 2008 negara-negara yang tergabung dalam G-20 memotong suku bunga mereka. Namun, kondisi saat ini berbeda, tidak banyak instrumen untuk menanggulangi krisis.
 Peneliti Utama Direktorat Pengaturan dan Penelitian Perbankan Bank Indonesia, Suhaedi, mengatakan prospek perekonomian global lebih lambat daripada perkiraan semula. Akibatnya akan berdampak pada prospek perekonomian Indonesia, terutama pada 2012 dan tahun-tahun selanjutnya.
Tahun ini pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan 4,2 persen, lebih rendah daripada target semula 4,3 persen. Sementara itu, pada 2012 perekonomian dunia tumbuh 4 persen, turun dibanding target sebelumnya 4,5 persen.
Meski demikian, Suhaedi menegaskan, potensi gagal bayar yang terjadi di Eropa dan Amerika tidak akan berdampak pada perbankan. Karena Penempatan dana perbankan kita di sana masih terbatas.
Potensi Besar
Disisi lain, adanya krisis Eropa dan Amerika serikat tidak selalu berdampak  negatif pada sistem ekonomi, misalnya saja ekonomi Islam. Dengan  adanya krisis tersebut malah menjadi pintu gerbang untuk membuktikan potensi sistem ekonomi Islam terutama sebagai Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
Direktur Karim Business Consulting, Adiwarman Karim, mengatakan tahun 2012, diperkirakan semakin banyak perusahaan multifinance yang membuka unit usaha syariah untuk menyerap dana dari perbankan syariah yang akan disalurkan kepada nasabah-nasabah ritel.
Diperkirakan, Indonesia akan menjadi kiblat beberapa industri syariah dunia. Pertama, industri makanan dan minuman halal. Saat ini standar kehalalan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah diadopsi luas di berbagai negara yang menjadi mitra dagang Indonesia. Kedua, industri busana muslim/muslimah. Talenta dan kreativitas anak bangsa di industri kreatif ini sulit ditandingi negara lain. Ketiga, industri media dengan materi terkait syariah. Besarnya populasi Indonesia dan kreatifitas program menjadi pilar utama industri ini.
Keempat, industri ritel konsumer dan usaha mikro juga akan menjadi kiblat dunia. Krisis yang kini melanda Zona Eropa dan AS harus dicermati dengan baik dalam mengembangkan industri keuangan syariah di Indonesia agar ekonomi syariah tidak sekadar menjadi nama lain dari sistem yang sama. Tidak sekadar mencari pembenaran fikih formal tanpa memahami maksud hakiki dari nilai-nilai ekonomi syariah.
Pada tahap ini, kepercayaan terhadap sistem kapitalisme Barat yang tadinya dianggap lebih unggul daripada sistem sosialisme mulai dipertanyakan. Perkembangan ekonomi Indonesia yang sebagian besar ditopang oleh sektor riil dan masih kecilnya peranan produk derivatif di dunia keuangan, ternyata telah memberikan lahan subur bagi perkembangan ekonomi syariah. Bila dibandingkan dengan Malaysia dan Timur Tengah, keuangan syariah di Indonesia jauh lebih membumi untuk kepentingan sektor riil, menjangkau nasabah dalam jumlah sangat besar, dan cakupan geografis yang sangat luas.[4]


Ø  Analisis:
Perkembangan ekonomi islam di dunia barat mulai terlihat, terutama di inggris yang semakin yakin dan percaya bahwa ekonomi islam membawa perubahan yang signifikan bagi perkembangan ekonomi regional maupun Skala Internasional. Meskipun amerika terkesan gengsi memakai nama ekonomi islam atau ekonomi syariah diam-diam mereka mulai menerapkan prinsir-prinsip nya.
Sedangkan di Indonesia perkembangan ekonomi islam sangat lah pesat. Ekonomi islam sudah masuk ke kedalam pelajaran maupun mata kuliah di sebagian universitas yang ada di indonesia. Praktek ekonomi islam juga sudah banyak kita temui di indonesia seperti di dunia Perbankan, Asuransi, Pasar Modal, dan lembaga keuangan lainya. Sekarang praktek-praktek ekonomi islam sudah banyak kita temui. Dan seiring waktu berjalan ekonomi islam bisa menggeser Pola dan prinsip ekonomi yang ada sekarang di Indonesia.
Penulis yakin dan percaya bahwa setiap periode 700 tahun-an islam mengalami naik turunnya siklus dan sekarang berada di siklus yang naik, nah di sini ekonomi syariah bisa menjadi Kiblat perekomian dunia.

Ø  Kesimpulan:
1.      Keuangan Islam yang kemudian makin mendunia setelah Inggris mengadopsinya dan telah berkembang pesat selama dekade terakhir. Sistem ekonomi ini telah menarik semua pemain internasional. kunci meninggalkan Amerika Serikat dalam industri global yang semakin menguntungkan itu.
2.      Saat krisis ekonomi menghantam dunia dua tahun lalu, perbankan Islam menjadi juru selamat. Sistem ini menjadi area pertumbuhan utama untuk pembiayaan internasional. Memang asetnya hanya mewakili sekitar 2 persen sampai 3 persen dari aset keuangan global, atau hampir 1 triliun dolar AS, tetapi tumbuh rata-rata 25 persen setiap tahun.
3.      GE Capital, lengan keuangan General Electric, menjadi penerbit sukuk pertama di AS, pada akhir tahun 2009. Ketika itu, mereka mengeluarkan obligasi lima tahun bernilai 500 juta dolar AS. Freddie Mac, penyedia jasa keuangan AS terbesar kedua khususnya di bidang pembiayaan KPR, juga menawarkan produk pembiayaan rumah Islami bagi peminjam yang tidak mau membayar bunga. McViety mencatat bahwa Presiden AS Barack Obama telah “memposisikan dirinya untuk mencari sistem keuangan alternatif”. Namun, upayanya keburu terendus dan mentah sebelum diaplikasikan.
4.      Belakangan ini, perkembangan ekonomi syariah Indonesia cukup cemerlang. Buktinya, saat ini semakin menjamur bank dan lembaga keuangan lain yang berbasis syariah. Dimulai sejak awal 2000-an, industri perbankan syariah terus berkembang, dan perkembangan pun tak main-main. Terus menunjukkan grafik peningkatan yang luar biasa.
5.      Indonesia akan menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan ekonomi Islam. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk itu. Beberapa potensi tersebut antara lain, keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kelompok negara, seperti G20 dan APEC.
6.      Diperkirakan, Indonesia akan menjadi kiblat beberapa industri syariah dunia. Pertama, industri makanan dan minuman halal. Saat ini standar kehalalan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah diadopsi luas di berbagai negara yang menjadi mitra dagang Indonesia.


[1] http://zonaekis.com/perkembangan-ekonomi-islam-di-dunia/ diakses pada 15/6/2013
[4] http://www.tamzis.com/content/view/211/ diakses pada 15/6/2013

2 komentar: