Ballroom
sebuah hotel bintang lima di jantung London, Inggris, penuh dengan tarusan
bankir, pengacara, dan investor papan atas dunia. Mereka yang datang dari
berbagai negara di Asia, Eropa, dan Timur Tengah, saling membuat penawaran, dan
banyak yang berakhir pada penandatanganan kesepakatan. Satu negara yang absen
di acara ini: Amerika Serikat.
Keuangan
Islam yang kemudian makin mendunia setelah
Inggris mengadopsinya — telah berkembang pesat selama dekade terakhir. Sistem
ekonomi ini telah menarik semua pemain internasional. kunci meninggalkan Amerika Serikat dalam
industri global yang semakin menguntungkan itu.
Saat
krisis ekonomi menghantam dunia dua tahun lalu, perbankan Islam menjadi juru
selamat. Sistem ini menjadi area pertumbuhan utama untuk pembiayaan
internasional. Memang asetnya hanya mewakili sekitar 2 persen sampai 3 persen
dari aset keuangan global, atau hampir 1 triliun dolar AS, tetapi tumbuh
rata-rata 25 persen setiap tahun.
Kini
banyak negara berlomba untuk menjadi pusat global bisnis keuangan syariah.
Untuk yang satu ini, London jauh di depan dibanding New York: menjadi mercu
suar ekonomi syariah di Eropa. Tak
terbendungnya perkembangan ekonomi syariah membuat gerah pihak tertentu — untuk
tak menyebut Amerika Serikat. “Telah ada resistensi untuk memperluas pasar
keuangan Islam di negara tertentu,” Mohamad Nedal Chaar al, Sekretaris jenderal
Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, badan
internasional terkemuka yang mengawasi industri ini, saat ia menyambut delegasi
ke konferensi di London itu.
“Kami mengerti ada kurangnya pengetahuan
tentang sistem, tetapi kadang-kadang semua berujung pada Islamaphobia,”
katanya, dalam sambutannya dipandang oleh banyak orang sebagai serangan
terselubung bagi Amerika Serikat, di mana komentator sayap kanan telah menyebut
industri ini sebagai “teror pembiayaan”.
Keuangan Islam sesuai dengan syariah,
atau hukum Islam, yang melarang bunga dan membutuhkan kesepakatan yang didasarkan
pada aset berwujud, serta memberikan beberapa isolasi dari turbulensi kredit.
Spekulasi dilarang, dan risiko dibagi.
Lembaga
think tank terkemuka AS, The Center for Security Policy, akhir tahun lalu
menerbitkan sebuah laporan berjudul US
think tank Pusat Kebijakan Keamanan akhir tahun lalu menerbitkan sebuah laporan
berjudul “Syariah: Ancaman bagi Amerika”, mengatakan bahwa praktik-praktik
mempromosikan syariah adalah “tidak sesuai dengan konstitusi” dan harus
dilarang. Laporan ini didukung oleh beberapa Partai Republik.
Mantan
Ketua DPR, Newt Gingrich, menyerukan hukum federal untuk memastikan bahwa
Syariah – termasuk di dalamnya pembiayaan syariah – tidak diakui oleh
pengadilan AS. Paul McViety,
seorang pengacara yang berbasis di Dubai dengan Clifford Chance yang
mengkhususkan diri di bidang keuangan Islam, mengatakan ia sering berbicara
dengan klien yang berbasis di Amerika Serikat, yang merupakan rumah bagi 2,4
juta Muslim yang ingin lebih mengerti tentang struktur pendanaan Islam dan
instrumennya. Apa hasil pembicaraan itu?
Diam-diam,
beberapa lembaga — bukan lembaga berlatar keislaman — telah mempelajari dan
mulai menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam usahanya. “Ada beberapa lembaga
di AS yang mengambil industri keuangan syariah untuk mengeksplorasi
sumber-sumber pendanaan alternatif,” kata McViety di sela-sela konferensi itu.
GE
Capital, lengan keuangan General Electric, menjadi penerbit sukuk pertama di
AS, pada akhir tahun 2009. Ketika itu, mereka mengeluarkan obligasi lima tahun
bernilai 500 juta dolar AS. Freddie
Mac, penyedia jasa keuangan AS terbesar kedua khususnya di bidang pembiayaan
KPR, juga menawarkan produk pembiayaan rumah Islami bagi peminjam yang tidak
mau membayar bunga. McViety
mencatat bahwa Presiden AS Barack Obama telah “memposisikan dirinya untuk
mencari sistem keuangan alternatif”. Namun, upayanya keburu terendus dan mentah
sebelum diaplikasikan.
Benarkan
ekonomi syariah identik dengan fundamental Islam seperti ditakutkan politisi
Republik di AS? Sebagian besar peserta konferensi di London itu sudah hampir
pasti menggeleng. Lihatlah Inggris saat ini, yang mendampingkan ekonomi syariah
dengan ekonomi konvensional. Maka
jangan heran ketika berada di sebuah lembaga pembiayaan syariah, datang
pasangan suami Istri kulit putih yang hendak membeli properti dan mengajukan
permohonan KPR syariah. Jangan kaget pula bila Bank Islam Inggris — menurut
angka pemerintah — kini memiliki nilai aset tertinggi pada angka di lebih dari
8 miliar pound (13 miliar dolar AS), mengalahkan aset bank-bank syariah di
negara-negara mayoritas penduduknya Muslim.[1]
“Perkembangan Ekonomi Islam di dunia saat ini : Inggris semakin yakin, sedangkan AS terkesan malu-malu dalam mengadopsi sistem Ekonomi Islam.”
“Perkembangan Ekonomi Islam di dunia saat ini : Inggris semakin yakin, sedangkan AS terkesan malu-malu dalam mengadopsi sistem Ekonomi Islam.”
B. Perkembangan
Ekonomi Syariah Indonesia
Belakangan
ini, perkembangan ekonomi syariah Indonesia cukup cemerlang. Buktinya, saat ini
semakin menjamur bank dan lembaga keuangan lain yang berbasis syariah. Dimulai
sejak awal 2000-an, industri perbankan syariah terus berkembang, dan
perkembangan pun tak main-main. Terus menunjukkan grafik peningkatan yang luar
biasa.
Apalagi,
beberapa waktu lalu terjadi krisis ekonomi di Amerika. Karenanya, hal itu berdampak
pada perekonomian dunia. Positifnya, itu justru semakin membuat ekonomi syariah
naik daun. Ya, ekonomi syariah digadang-gadang bakal menjadi sistem ekonomi
yang tidak akan terpengaruh krisis yang terjadi di belahan dunia mana pun. Tak
hanya itu, ekonomi syariah juga anggap sebagai solusi penyelesaian permasalahan
ekonomi.
Berdasarkan
ajaran Islam, ekonomi merupakan salah satu hal yang dibahas dan mempunyai
aturan. Nah, inti dari sistem ekonomi syariah itu adalah perekonomian yang
dilakukan berdasarkan prinsip hukum Islam dan mengharamkan adanya sistem riba,
sebagaimana banyak terjadi pada sistem perekonomian konvensional.
Tak
heran, jika itu semua mengakibatkan ekonomi syariah mulai banyak dilirik
masyarakat Indonesia. Alasannya, karena sistem perekonomian ini dianggap
menguntungkan dan memberikan keadilan bagi semua pihak. Maklum saja, karena
dalam sistem ekonomi konvensional pemilik modal tentu akan lebih dominan
mendapatkan keuntungan, namun dengan sistem ekonomi syariah semua pihak akan
merasakan keuntungan bersama.
Berkembang
ekonomi syariah di Indonesia juga didasari karena kondisi negara Indonesia itu
sendiri. Pasalnya, masyoritas penduduk Indonesia beragama Islam, Indonesia juga
merupakan negara muslim terbesar di dunia.
Namun
jangan salah, karena sesungguhnya jumlah penduduk Islam yang besar ini
sesungguhnya tidak menjamin ekonomi syariah berkembang dengan kualitas. Sebab,
masih kurangnya pemahaman sebagian besar masyarakat tentang ekonomi syariah dan
juga masih kurangnya sumber daya manusia yang profesional di bidang ini.
Untungnya,
masalah itu dapat disiasati dengan seringnya sosialisasi tentang ekonomi
syariah dan dapat juga dijadikan salah satu bidang ilmu di perguruan tinggi
agar dapat mencetak tenaga profesional dalam bidang ekonomi syariah.
Meski
demikian, boleh dikatakan perkembangan ekonomi syariah Indonesia cukup
signifikan, itu tercermin tercermin dari semakin banyaknya bank syariah,
pegadaian syariah, KPR syariah, asuransi syariah dan lembaga keuangan lainnya
yang berbasis syariah.
Sementara
itu, minat masyarakat terhadap bank-bank syariah karena dinilai lebih
menguntungkan daripada bank konvensional, selain tidak adanya bunga yang
tinggi, bank syariah juga menawarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) sehingga
sama-sama menguntungkan, baik untuk bank juga untuk nasabahnya.
Tetapi,
semua elemen dalam ekonomi syariah ini tetap membutuhkan pengawalan dalam
sistem dan pelaksanaannya. Sebab, saat ini masih banyak bank syariah yang pada
prakteknya tak mencerminkan praktek-praktek syariah itu sendiri. Bahkan, mereka
tak jauh berbeda dengan bank konvensional pada umumnya.
Dengan
kata lain, diperlukan beberapa hal untuk menghindari lembaga-lembaga keuangan
yang berkedok syariah. Sehingga, semakin maju dan berkembangnya sistem ekonomi
syariah di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan serta memberi warna dalam
memilih format perekonomian Indonesia.[2]
C. Indonesia
Lahan Subur Perkembangan Ekonomi Islam
Indonesia
akan menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan ekonomi Islam. Pasalnya,
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk itu. Beberapa potensi tersebut
antara lain, keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kelompok negara, seperti
G20 dan APEC. Selain itu,
Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia juga memiliki
pengalaman pembangunan yang cukup lama dengan mengadopsi sistem sosialis dan
kapitalis dan ini menjadi aset untuk membangun sistem perekonomian Indonesia
yang berdasarkan pada agama dan kepribadian budaya.
"Selain
itu, bangunan konstitusi negara dan ideologi ekonomi Pancasila sudah sejalan
dengan ekonomi Islam. Bahkan, perkembangan kelembagaan ekonomi Islam dan
perundang-undangan yang di Idnonesia cukup marak dalam 10 tahun terakhir,"
jelas Islamic Development Bank (IDB) Field Representative for Indonesia, M
Makhlani, dalam Stadium General Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY) Kamis, (20/9).
Menurut
Makhlani, pengembangan ekonomi Islam tidak hanya di Indonesia tetapi juga
dilakukan di negara lain seperti Malaysia. Namun, kata dia, pengembangan
tersebut masih sebatas pasar uang dan pasar modal. Diakuinya, saat ini ada tiga subsistem
ekonomi Islam yang berkembang yaitu subsistem ekonomi Islam yang berbasis
ekonomi moneter bebas riba. Kedua, subsistem ekonomi Islam ekonomi keuangan
publik, dan ketiga subsistem ekonomi Islam yang berbasis perdagangan
/komoditas.
Dikatakannya,
peran perguruan tinggi dalam perkembangan ekonomi Islam sangat besar. Perguruan
tinggi hendaknya menjadi bagian dalam pengembangan undang-undang perekonomian
Islam tersebut.
Perguruan
tinggi tidak hanya sebagai pembahas, tetapi harus memberikan sumbangan
pemikiran dalam pengembangan undang-undang perekonomian, karena perguruan
tinggi sebagai jalur akademis memiliki kemampuan/pikiran untuk membangun
negara.[3]
D. Potensi
Ekonomi Islam Pimpin Dunia
Tahun
2011, menjadi sejarah besar ekonomi dunia yang tidak terlupakan. Para pelaku
lembaga keuangan, pengamat ekonomi dan para akademisi dikejutkan dengan
adanya krisis Eropa dan Amerika Serikat yang notabene negara adikuasa
menguasai ekonomi dunia.
Kecemasan
itu wajar, sebagaimana dikatakan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution,
pertumbuhan ekonomi pemerintah 2012 sebesar 6,7 persen bakal tercapai.
Menurut Darmin, krisis ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat telah menurunkan
pertumbuhan ekonomi dunia sehingga menurunkan perdagangan internasional.
Kegagalan
Eropa menyelesaikan krisis utang dan masalah pengangguran di Amerika Serikat
sungguh berimbas di Asia. Kini ekspor negara-negara Asia ke dua kawasan
ekonomi dunia itu melemah. Sementara itu ekspansi dari produk Cina ke
Singapura, telah membuat Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, dan Filipina
merasa khwatir akan menaikkan suku bunga.
Pada
2012, Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Asia,
tidak termasuk Jepang, berada pada angka 7,5 persen, turun dari perkiraan
sebelumnya sebesar 7,7 persen. Inflasi diperkirakan pada 4,6 persen.
Secara
fundamental, ekonomi Indonesia memang masih kuat. Pada kuartal kedua tahun
ini, ekonomi tumbuh 6,5 persen. Inflasi sesuai dengan target maksimal 5 persen
plus-minus 1 persen. Cadangan devisa Indonesia juga cukup besar, yaitu lebih
dari US$ 120 miliar. Faktor lainnya yang patut diacungi jempol adalah rasio
utang Indonesia yang cenderung turun. Tapi bukan berarti Indonesia lengah.
Menurut
mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Anggito Abimanyu
menyatakan pada 2008, krisis bisa ditangani dengan stimulus fiskal melalui
utang luar negeri. Adapun saat ini negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika
Serikat sulit berutang karena defisit anggaran lebih besar dibanding produk
domestik bruto. Selain itu, pada 2008 negara-negara yang tergabung
dalam G-20 memotong suku bunga mereka. Namun, kondisi saat ini berbeda, tidak
banyak instrumen untuk menanggulangi krisis.
Peneliti
Utama Direktorat Pengaturan dan Penelitian Perbankan Bank Indonesia, Suhaedi,
mengatakan prospek perekonomian global lebih lambat daripada perkiraan
semula. Akibatnya akan berdampak pada prospek perekonomian Indonesia,
terutama pada 2012 dan tahun-tahun selanjutnya.
Tahun
ini pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan 4,2 persen, lebih rendah daripada
target semula 4,3 persen. Sementara itu, pada 2012 perekonomian dunia tumbuh
4 persen, turun dibanding target sebelumnya 4,5 persen.
Meski
demikian, Suhaedi menegaskan, potensi gagal bayar yang terjadi di Eropa dan
Amerika tidak akan berdampak pada perbankan. Karena Penempatan dana perbankan
kita di sana masih terbatas.
Potensi Besar
Disisi
lain, adanya krisis Eropa dan Amerika serikat tidak selalu berdampak
negatif pada sistem ekonomi, misalnya saja ekonomi Islam. Dengan adanya
krisis tersebut malah menjadi pintu gerbang untuk membuktikan potensi sistem
ekonomi Islam terutama sebagai Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
Direktur
Karim Business Consulting, Adiwarman Karim, mengatakan tahun 2012,
diperkirakan semakin banyak perusahaan multifinance yang membuka unit usaha
syariah untuk menyerap dana dari perbankan syariah yang akan disalurkan
kepada nasabah-nasabah ritel.
Diperkirakan,
Indonesia akan menjadi kiblat beberapa industri syariah dunia. Pertama,
industri makanan dan minuman halal. Saat ini standar kehalalan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) telah diadopsi luas di berbagai negara yang menjadi mitra
dagang Indonesia. Kedua, industri busana muslim/muslimah. Talenta dan
kreativitas anak bangsa di industri kreatif ini sulit ditandingi negara lain.
Ketiga, industri media dengan materi terkait syariah. Besarnya populasi
Indonesia dan kreatifitas program menjadi pilar utama industri ini.
Keempat,
industri ritel konsumer dan usaha mikro juga akan menjadi kiblat dunia.
Krisis yang kini melanda Zona Eropa dan AS harus dicermati dengan baik dalam
mengembangkan industri keuangan syariah di Indonesia agar ekonomi syariah
tidak sekadar menjadi nama lain dari sistem yang sama. Tidak sekadar mencari
pembenaran fikih formal tanpa memahami maksud hakiki dari nilai-nilai ekonomi
syariah.
Pada
tahap ini, kepercayaan terhadap sistem kapitalisme Barat yang tadinya
dianggap lebih unggul daripada sistem sosialisme mulai dipertanyakan.
Perkembangan ekonomi Indonesia yang sebagian besar ditopang oleh sektor riil
dan masih kecilnya peranan produk derivatif di dunia keuangan, ternyata telah
memberikan lahan subur bagi perkembangan ekonomi syariah. Bila dibandingkan
dengan Malaysia dan Timur Tengah, keuangan syariah di Indonesia jauh lebih
membumi untuk kepentingan sektor riil, menjangkau nasabah dalam jumlah sangat
besar, dan cakupan geografis yang sangat
luas.[4]
Ø Analisis:
Perkembangan ekonomi islam di
dunia barat mulai terlihat, terutama di inggris yang semakin yakin dan
percaya bahwa ekonomi islam membawa perubahan yang signifikan bagi
perkembangan ekonomi regional maupun Skala Internasional. Meskipun amerika
terkesan gengsi memakai nama ekonomi islam atau ekonomi syariah diam-diam
mereka mulai menerapkan prinsir-prinsip nya.
Sedangkan di Indonesia
perkembangan ekonomi islam sangat lah pesat. Ekonomi islam sudah masuk ke
kedalam pelajaran maupun mata kuliah di sebagian universitas yang ada di
indonesia. Praktek ekonomi islam juga sudah banyak kita temui di indonesia
seperti di dunia Perbankan, Asuransi, Pasar Modal, dan lembaga keuangan
lainya. Sekarang praktek-praktek ekonomi islam sudah banyak kita temui. Dan
seiring waktu berjalan ekonomi islam bisa menggeser Pola dan prinsip ekonomi
yang ada sekarang di Indonesia.
Penulis yakin dan percaya
bahwa setiap periode 700 tahun-an islam mengalami naik turunnya siklus dan
sekarang berada di siklus yang naik, nah di sini ekonomi syariah bisa menjadi
Kiblat perekomian dunia.
Ø
Kesimpulan:
1.
Keuangan Islam yang kemudian makin mendunia setelah Inggris mengadopsinya
dan telah berkembang pesat selama dekade terakhir. Sistem ekonomi ini telah
menarik semua pemain internasional. kunci meninggalkan Amerika Serikat dalam
industri global yang semakin menguntungkan itu.
2.
Saat krisis ekonomi menghantam dunia dua tahun lalu, perbankan Islam
menjadi juru selamat. Sistem ini menjadi area pertumbuhan utama untuk
pembiayaan internasional. Memang asetnya hanya mewakili sekitar 2 persen
sampai 3 persen dari aset keuangan global, atau hampir 1 triliun dolar AS,
tetapi tumbuh rata-rata 25 persen setiap tahun.
3.
GE Capital, lengan keuangan General Electric, menjadi penerbit sukuk
pertama di AS, pada akhir tahun 2009. Ketika itu, mereka mengeluarkan
obligasi lima tahun bernilai 500 juta dolar AS. Freddie Mac, penyedia jasa
keuangan AS terbesar kedua khususnya di bidang pembiayaan KPR, juga
menawarkan produk pembiayaan rumah Islami bagi peminjam yang tidak mau
membayar bunga. McViety mencatat bahwa Presiden AS Barack Obama telah
“memposisikan dirinya untuk mencari sistem keuangan alternatif”. Namun,
upayanya keburu terendus dan mentah sebelum diaplikasikan.
|
4.
Belakangan
ini, perkembangan ekonomi syariah Indonesia cukup cemerlang. Buktinya, saat ini
semakin menjamur bank dan lembaga keuangan lain yang berbasis syariah. Dimulai
sejak awal 2000-an, industri perbankan syariah terus berkembang, dan
perkembangan pun tak main-main. Terus menunjukkan grafik peningkatan yang luar
biasa.
5.
Indonesia akan menjadi lahan yang subur
bagi pertumbuhan ekonomi Islam. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi yang besar
untuk itu. Beberapa potensi tersebut antara lain, keikutsertaan Indonesia dalam
berbagai kelompok negara, seperti G20 dan APEC.
6.
Diperkirakan, Indonesia akan menjadi
kiblat beberapa industri syariah dunia. Pertama, industri makanan dan minuman
halal. Saat ini standar kehalalan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah diadopsi
luas di berbagai negara yang menjadi mitra dagang Indonesia.
Keren sob
BalasHapuswww.kiostiket.com
OKE THANKS SOB........ di add juga blog nya ya sob....
BalasHapus