Taman
Hutan Raya (Tahura) “Bukit Barisan” yang luasnya 51.600 hektar, terletak di 4
Kabupaten : Karo, Deli Serdang, Langkat dan Simalungun, melintang dari Timur ke
Barat, merupakan Tahura yang terluas di Indonesia, tumbuh subur menghijau di
kawasan sepanjang pegunungan Bukit Barisan.
Tahura
Bukit Barisan yang dibangun pada tahun 1988 dengan biaya Rp 900 juta, dan pusat
pembangunan fisiknya, ditetapkan pemerintah Republik Indonesia melalui
Departemen Kehutanan RI ,di desa Tongkeh kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo,
sekitar 59 km Selatan Medan, adalah Tahura yang di bangun Pemerintah Pusat yang
ketiga di Indonesia, setelah Tahura “Ir.H.Juanda” di Bandung Propinsi Jawa
Barat pada tahun 1985 dan Tahura “Drs.Muhammad Hatta” di Padang Propinsi
Sumatera Barat Pada tahun 1986. Dan
beberapa tahun kemudian, berdiri lagi Tahura dikawasan hutan Samarinda Propinsi
Kalimantan Timur.
Areal kawasan Tahura Bukit Barisan yang hutannya lebat dan perawan
itu, meliputi wilayah Pemerintah Kabupaten Karo seluas 19.805 Hektare, Deli
terdapat 17.150 hektare, Langkat 13.000 Hektare dan Simalungun 1045 Hektare.
Seluruh kawasan ini yang luasnya 51.600 Hektare itu ,berasal dari hutan lindung
38.273 Hektare (74,17%), Taman Nasional 13.000 Hektare (25,20%), Bumi
Perkemahan Pramuka Sibolangit 200 Hektare (0,39%), Cagar Alam Sibolangit 120
Hektare (0,23%), dan taman wisata Lau Debuk-debuk 7 Hektare (0,01%) .
Sarana
dan prasarana fisik yang telah dibangun pemerintah di pusat Tahura Bukit
Barisan di Tongkeh, adalah kantor penelitian, pusat informasi, pondok wisata
Shelter, Gapura, Perpustakaan, Museum, Zoologicum, Karborium, Plaza, Play
Ground, Kolam Renang, Lapangan Parkir, Jalan setapak ketengah hutan, Taman
Buaya, Griya, Mesjid dan beberapa ekor 9 gajah yang siap ditunggangi para
wisatawan domestik dan mancanegara yang mengunjunginya.
Taman Hutan Raya Bukit Barisan, merupakan milik kebanggaan masyarakat
Sumatera Utara, yang mempunyai sasaran untuk melestarikan sumber daya alam dan
pemanfaatan lingkungan, serta untuk dapat meningkatkan fungsi dan peranan hutan
bagi kehidupan manusia. Untuk itu, Tahura Bukit Barisan mempunyai maksud dan
tujuan utama, yakni menjadikannya sebagai sumber genetik dan plasma nuftah,
pusat informasi dan penelitian peranan Flora dan Fauna bagi generasi kini dan
mendatang, perlindungan hidrologi, bahwa kawasan Tahura Bukit Barisan merupakan
sumber mata air bersih bagi warga Kota Medan, pencegah erosi dan banjir daerah
pantai timur Sumatera Utara, peredam polusi kenderaan dan industri Kota Medan
dan sekitarnya, lokasi penyuluhan dan pendidikan konservasi dalam menumbuhkan
kesadaran cinta alam dan sebagai sarana rekreasi dan wisata.
A. System
Kawasan
Tahura Bukit Barisan yang terletak di kawasan gunung berapi
Sinabung dan Sibayak ini, dibangun dalam satu unit pengelolahan yang berintikan
kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi. Keadaan Lapangan Tahura Bukit
Barisan ini pada umumnya terjal hingga puncak gunung berapi Sinabung yang
tingginya 2.451 meter dan Sibayak setinggi 2.211 meter di Kabupaten Karo, dan
sebagian kecil bergelombang dan landai di kaki perbukitan Bukit Barisan.
Kawasan Tahura Bukit Barisan ini merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS)
yang utama bermuara ke pantai timur Sumatera Utara seperti Sungai Ular, Sungai
Belumai dan Sungai Tuntungan di Kabupaten Deli Serdang; Sungai Denai, Sungai
Babura, Sungai Deli dan Sungai Belawan (sumber air bersih Persoalan Air Minum
Tirtanadi Medan ) di Kodya Medan. Sungai Bingei dan Sungai Mencirim di Kota
Binjai; dan Sungai Wampu dan Sungai Batang Serangan di Kabupaten Langkat.
Elevasi kawasan Tahura Bukit Barisan, berkisar sekitar 400 meter
hingga 2.451 meter dari permukaan Laut, sehingga kondisi wilayah dan vegetasi
kawasan sangat menentukan kualitas linkungan, terutama factor air minum warga
Kota Medan. Karena Instalasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi yang
sangat vital berada di kawasan Lau Kaban, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli
Serdang.
Flora sangat tumbuh subur di kawasan Tahura ini didominasi oleh
jenis-jenis pohon pegunungan, baik jenis lokal maupun yang berasal dari luar.
Jenis pohon lokal adalah Pinus Markusii, Altinngia Exelsa, Schina,Wallichii,
Busk Laudia Pupeluca, Meanglictia Glanca, Dacrydium Junghuhai, Podocerpus
Imbricatus, Dipterocarpoccae, Toona Jureni, Casuarina spp, Palagium, dan
lain-lain.
Fauna
yang hidup di kawasan ini antara lain: monyet, harimau, siamang, babi hutan,
ular, elangtor utama penunjang sebagai objek wisata adalah indahnya dan
udaranya sejuk, vegetasi alam dan hutan yang masih perawan, landsekap yang
indah dan menarik ,perbukitan dan pegunungan yang tepat untuk lintas alam dan
berkemah, sumber air panas dan air bening yang cukup banya ji, burung hantu,
kancil, beruk, katak, biawak, landak, rusa, labi-labi, bajing, kalong, mawas,
murai batu, tringgiling, beruang, dan lain-lain. Sejak
tahun 1920 pada masa penjajahan Belanda, sebagian dari kawasan ini, terutama
sekitar Tongkeh dan Brastagi, telah berkembang menjadi salah satu tujuan wisata
baik domestik maupun mancanegara yang vital dan ramai dikunjungi wisatawan.
B. Potensi
Wisata
Tersedia, objek-objek wisata alam seperti air panas Lau Debuk-debuk
(Doulu) di kaki gunung berapi Sibayak, panorama Danau Lau Kawar di kaki gunung
berapi Sinabung panorama penatapan air terjun Sipiso-piso, yang di latar
belakangi Danau Toba, air terjun Sikulalap, rumah adat tradisional yang indah
ratusan tahun usianya tetap berdiri kokoh walaupun tanpa menggunakan paku.
Atraksi budaya tembut-tembut dan perkolong-kolong, hasil buah-buahan seperti
jeruk, marquisa, kasmak, pokat, terong jepang, sayur-sayuran, dan berbagai
jenis bunga, dan mendaki gunung berapi Sibayak dan Sinabung.
Sebagian
besar kawasan Tahura bukit barisan telah di hubungkan dengan jalan lintas
Sumatera, Propinsi, Kabupaten dan Kecamatan yang sudah diaspal, yang
menghubungkan Tanah Karo ke Deli Serdang, Bahorok (Langkat), Prapat
(Simalungun) dan Kotacane (Aceh Tenggara), Sidikalang (Dairi).
Sarana akomodasi perhotelan dan penginapan di sekitar kawasan pintu
masuk Tahura Bukit Barisan, seperti Sibolangit, Tongkeh, Berastagi dan
Kabanjahe, telah memiliki hotel-hotel berbintang, bahkan di kota dingin
Brastagi telah memiliki hotel berbintang 4 serta lengkap dengan
sarana telekomunikasi telephone otomatis dan internet, air leding dan listrik
yang memadai.
C. Sosial,
Ekonomi, dan Budaya
Warga yang bermukim di kawasan Tahura Bukit Barisan, mayoritasnya
suku Karo, dan yang lainnya adalah Simalungun, Tapanuli, Melayu, Alas dan Gayo
(Aceh). Mata pencaharian utama masyarakatnya pada umumnya bertani sayur mayur,
bunga, dan berkebun buah-buahan seperti markisa, jeruk, terong belanda, kopi,
cengkeh, dan kemiri. Dan kawasan ini, terutama Tanah Karo khususnya merupakan
pengekspor sayur-mayur dan bibit bunga terbesar di Indonesia. Mengenai
pendapatan perkapita penduduk juga kawasan ini terutama Tanah Karo cukup
tinggi, dan berada di atas rata-rata pendapatan penduduk Propinsi Sumatera
Utara.
Budaya
masyarakatnya cukup terkenal ke seantero dunia, yang terkenal ramah, jujur,
rajin, ulet, dan ahli di bidang pertanian khususnya tanaman koltikultura
serta memiliki aneka ragam budaya seperti atraksi-atraksi yang menarik
wisatawan seperti tari tembut-tembut, perkolong-kolong, kulcapi, serunai dan
ukiran-ukiran kayu. Di sekitar
Tahura Bukit Barisan juga ditemui bekas peninggalan
sejarah seperti “Legenda Pecahan Meriam Putri Hijau” di
Sukanalu, dan adat tradisional Karo seperti Rumah Adat yang dibangun ratusan
tahun yang lalu tanpa menggunakan paku berada di Desa Lingga, Dokan
dan Peceren, Kabupaten Tanah Karo. Di sekitar 150 meter dari pusat Tahura Bukit
Barisan di Tongkoh, ditemukan bekas benteng pertahanan peninggalan Jepang, dan
kolam renang peninggalan Belanda, serta berbagai jenis kayu yang ada di dunia
yang ditanam Belanda pada tahun 1924 di sekitar Tongkoh.
kunjungi kami bagi anda yang ingin melakukan tour bersepeda lintas alam dalam tema bike to eat
BalasHapusterima kasih..
jangan lupa kunjungi kami yaa